DUA PULUH

504 17 0
                                    

Bulu kuduk mereka merinding, suasana malam hari ditambah mati listrik membuat ketakutan mereka semakin menjadi jadi.

Jaya sedari tadi komat kamit membaca doa dan sesekali ia memanggil nama Ibunya.

"Manja"

"Penakut"

"Lemah"

Itulah kata kata yang dilontarkan Gisel, Angga dan Imelda untuk Jaya.

"Kita ke depan aja yuk, atau telpon satpam", ucap Bela.

"JANGAN!", teriak Imelda dan Gisel.

"Emang lo berani?", tanya Jaya.

"Kalau bareng bareng kenapa enggak", ucap Bela.

"Hihihi"

"HAAAAA!!!", Mereka teriak lagi, entah untuk keberapa kalinya. Tawa perempuan yang membuat mereka semakin takut. Malam semakin mencengkam.

"Pokoknya, kalau ada acara di puncak begini, gue gak mau ikut!", ucap Jaya.

"Yaudah sih jangan", ucap Imelda.

"Yang lain kenapa gak denger kita ya?", tanya Bela.

"Apa jangan jangan, kita di dunia lain", ucap Angga.

"Bisa jadi, cuma kita yang bisa ngerasain ini karena kita didunia me--mereka", ucap Gisel.

"Mereka siapa?", tanya Bela.

Gisel menunjuk ke arah pintu, "I--Itu", ucapnya.

"BACA DOA BURUAN!", Teriak Jaya.

Mereka membaca doa dengan sekeras mungkin, dan menutup mata mereka, kemudian saling memeluk.

"Kalau gue meninggal disini, gue cuma mau bilang, kalau gue suka sama lo Mel", ucap Jaya.

Imelda menoleh, "Apa!?", tanya Imelda sedikit terkejut.

...

Tiba tiba lampu menyala. Mereka sangat senang, tetapi tetap hati hati juga.

Tiba tiba, pintu terbuka, dan...

"HAPPY SWEET SEVENTEEN ANGGA"

Angga terkejut, Bela juga begitu. Karena kehadiran Dylan yang membuat Bela terkejut.

"GILA GILA GILA !", ucap Angga.

Angga berlari memeluk Dylan erat. Sangat erat. Sahabat seperjuangannya datang tiba tiba.

"Kemana aja lu!?", tanya Angga.

"Pergi jauh. Cuma untuk lo", ucap Dylan, sambil menoleh ke arah Bela meski hanya beberapa detik.

"Ekhm", Gisel berdehem, "Ada yang mau ketemu lo juga", ucap Gisel.

Bela tersenyum ke arah Dylan, Dylan membalas senyuman itu meski hanya sebentar. Bela ingin sekali memeluk Dylan, tapi ia bukan siapa siapa.

"Yaudah yuk makan kuenya", ajak Dylan yang berjalan ke ruang tamu sambil merangkul Angga. Disusul oleh beberapa temannya.

"Dia kenapa?", tanya Gisel.

"Mungkin dia fokus ke Angga, karena hari spesial Angga", ucap Bela yang terus berpikir positif.

"Yaudah, yuk keluar", ajak Gisel.

"Hey! Sini makan kue nya", suruh Angga.

"Happy Sweet Seventeen, Dear", ucap Gisel sambil memeluk Angga dan memeberikan sebuah kado.

"Thanks", balas Angga, "Apa ini?", tanya Angga.

"Buka dirumah aja", ucap Gisel.

Bela duduk tepat disamping Dylan, dan ia tersenyum pada Dylan.

LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang