EMPAT PULUH DUA

436 12 3
                                    

Bela mengganti pakaiannya dengan pakaian tidur. Ia duduk di sofa sembari memejamkan mata dan tersenyum.

Jam menunjukkan pukul 02:00 dini hari. Ponselnya bergetar, menandakan ada pesan masuk.

"Jangan senyum senyum. Langsung tidur ya"

Hanya pesan biasa dari seorang Dylan. Yang berhasil membuat dirinya melayangan ke angkasa. Betapa indahnya hari ini.

***

Tok...tok...tok..

Tok..tok...tok...

Ketukan keras dari pintu yang membuat Bela terbangun. Ia melirik jam. Sudah jam 04:00 pagi. Bela beranjak dari sofa dan mengambil sapu yang dekat dengan pintu.

Ia takut bila itu adalah maling. Dengan perlahan ia membuka pintu dan terkut.

"Te..Tegar?," kejut Bela.

Bela menatap Tegar dengan tatapan kaget. Laki laki yang setengah sadar itu terus berbicara tanpa tau apa yang ia bicarakan.

Bela menatap seorang gadis yang merangkul Tegar. Gadis yang sepertinya blasteran Indonesia - Inggris dan Gadis itu.. seperti sedang hamil.

"Hai. Gue Alexa. Gue ketemu dia di club dekat sini", ucap gadis itu.

"Darimana lo tau apartement gue ?", tanya Bela.

"Gue tanya dia tadi sebelum dia mabuk kayak gini. Umm, katanya apartement dia dekat sini", ucap Alexa.

Bela menatap gadis itu tajam.

Alexa pun tak nyaman dengan tatapan Bela. Ia segera melepaskan Tegar.

Bela meraih tangan Tegar, dan mengajaknya masuk ke dalam.

"Btw. Thanks", ucap Bela cuek.

Bela menutup pintu dan menguncinya.

Ia mengajak Tegar ke ruang tamu. Bela berjalan menuju dapur. Mengambil air hangat dan handuk kecil.

Ia mebasahi wajah Tegar sambil berdecak kesal karena laki laki itu tak henti hentinya berbicara. Entah apa yang ia bicarakan.

"Ada ada aja sih lo, Gar. Gue yang repotkan", ucap Bela.

Bela terus menatap Tegar yang semakin lama semakin berhenti bicara karena lelah. Matanya tertutup dan Tegar tertidur.

Bela tersenyum. Akhirnya ia bisa melanjutkan tidurnya yang tertunda.

###

Tegar terbangun dari tidurnya. Ia melirik jam yang terpasang di dinding. Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore.

Tegar terkejut. Ia sudah tidur setengah hari. Laki laki itu bangun dan menuju kamar Bela.

Kamar Bela sudah rapi. Tak ada gadis itu dikamar. Tegar berjalan menuju ruang makan. Diatas meja sudah ada pancake yang sudah dingin dan susu yang belum di tuangkan di gelas.

Tegar tersenyum, "Istri idaman", batin Tegar.

Tegar tetap memakan pancake itu meski sudah dingin. Ia sangat kelaparan. Meski dua piring pancake telah habis, itu tak cukup baginya.

Tegar pun memutuskan untuk pergi keluar mencari makanan untuk perutnya.

***

LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang