#Part4

8.6K 1.2K 39
                                    

Prilly menatap jengah ketika siswi di sekolahnya menatap dirinya sambil berbisik. Prilly tahu, mereka pasti sedang membicarakannya. Malas sekali harus menginjakan kaki jika harus mendengar semua ocehan-ocehan dari mereka.

Rasanya ingin sekali menyumpal mulut-mulut mereka yang senang bergosip. Eh tapi dia juga kadang bergosip walau tidak sering.

"Bukannya dia anak baru, kok bisa ditembak sama Ali?"

"Dih cantik juga nggak, pendek sih iya!"

"Cantikan gue kemana-mana."

"Imut juga sih. Lucu."

"Serasi ya sama Ali daripada si buah markisa."

Berbagai macam komentar Prilly terima pagi ini. Sepertinya dia harus menambah porsi kesabarannya setelah gosip beredar di sekolahnya. Insiden kemarin membuat heboh seisi sekolah apalagi menyangkut Ali.

Baru kali ini, Prilly masuk sekolah baru, dan dia mengalami kejadian yang membuatnya risih dan tidak nyaman.

"Kenapa nasib gue jadi kayak gini sih?" gumamnya pelan.

"Prilly..."

Deg...

Suara itu... Prilly tahu suara itu. Panggilan bernada tegas dan juga datar. Siapa lagi yang memiliki suara bernada seperti itu kalau bukan Ali.

Dengan ragu Prilly membalikan badannya dan menatap Ali yang kini ada di hadapannya. Ia memandang Ali yang membalas pandangannya juga. Cowok itu menatapnya datar tanpa eksrepsi.

"A---Ali..." gumam Prilly.

Banyak siswi yang teriak histeris mendengar suara Ali. Karena mereka tahu Ali jarang sekali bersuara ketika di sekolah terkecuali jika bersama kedua temannya.

Ali memang terkenal cuek pada setiap siswi yang sengaja mendekatinya. Tak heran jika dia jarang sekali berinteraksi dengan yang lainnya.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Ali.

"Maksudnya?" balas Prilly.

"Kamu tahan sama semua ocehan mereka?"

Prilly sejenak menarik nafasnya, "mau gimana lagi. Ini semua kan gara-gara lo Ali," cicitnya pelan.

"Aku?"

"Iyalah lo, siapa lagi coba. Lo tau lo itu udah bikin mood gue hancur tau nggak sih. Dateng tiba-tiba ke hidup gue, anjir lah," geram Prilly.

Ali menaikan alisnya sebelah, "kenapa ngomongnya kasar sayang?"

"Ehhh..." Prilly menjadi sedikit salah tingkah. Mendengar kata sayang yang baru saja lolos dari mulut cowok di hadapannya.

"Kenapa ngomongnya kasar hemm?" ulang Ali masih dengan senyum di wajahnya.

"Emang ke---kenapa sih? Mulut-mulut gue, ko lo yang repot." Prilly memalingkan wajahnya berusaha menutupi rasa groginya.

"Nggak baik ngomong kasar sama pacar sendiri," tukas Ali seraya mengelus pucuk kepala Prilly.

"I---ya...Emmm gue mau ngomong sama lo pulang sekolah nanti."

"Oke aku tunggu di lapangan basket."

Belum sempat Prilly menjawab, Ali sudah pergi dari hadapannya tanpa menunggu balasan darinya. Lagi-lagi Prilly mendesah kecil. Benar-benar harus ekstra sabar.

Kembali, Prilly melangkahkan kakinya agar cepat memasuki kelasnya. Cape rasanya mendengar ocehan-ocehan siswi yang membicarakannya.

"Prillyyyy!!!" pekik Aya ketika Prilly baru saja sampai di kelas.

Dia Milikku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang