#Part 16

1.2K 163 13
                                    

Motor Ali membelah jalanan Jakarta. Prilly yang dibonceng oleh Ali hanya memeluk erat ketika laju motor kekasihnya terasa cepat. Jantungnya berpacu dengan aliran darah yang terasa mengalir deras.

Ali memang selalu melajukan motor ya dengan kecepatan tinggi. Walaupun Ali tahu kalau Prilly tidak suka ketika Ali membawa motornya dengan kecepatan tinggi, namun tetap saja Ali tidak memikirkan hal itu.

Prilly sudah lelah mengingatkan Ali kalau membonceng dirinya jangan sampai ngebut di jalan. Ia sudah semakin terbiasa kalau Ali ngebut di jalan.

Akhirnya motor Ali sampai di parkiran rumah Prilly. Prilly menaikan satu alisnya ketika melihat sebuah mobil terparkir di parkiran rumahnya. Ia sepertinya sudah tidak asing dengan mobil itu.

"Kenapa?" tanya Ali membuyarkan pikiran Prilly.

"Nggak kok nggak apa-apa."

"Kamu yakin?"

"Iya Ali. Aku nggak apa-apa," jawab Prilly meyakinkan Ali.

"Aku antar kamu sampai pintu. Terus kamu langsung masuk ke kamar." Ali memerintah Prilly. Tapi sepertinya Prilly tidak mendengar perintahnya barusan.

Ali melepaskan helm-nya kemudian turun dari motor. Matanya menyipit melihat ada mobil yang tidak dikenalinya terparkir. Setahu Ali, itu bukan mobil Prilly ataupun Arsen. Apa mobil papinya Prilly? Ali mengerutkan keningnya. Bukannya apapi Prilly sedang dinas dan tidak bisa pulang?

"Mobil siapa?" tanya Ali.

Prilly terdiam sejenak. Perasaannya mulai tidak enak ketika melihat mobil itu.

"Li, kamu jangan dulu pulang ya. Kamu temenin aku sampe Bang Arsen pulang," pinta Prilly.

"Anything for you sayang," balas Ali sambil mengelus pipi Prilly dengan ibu jarinya.

Keduanya berjalan ke dalam rumah Prilly. Yang pertama masuk adalah Prilly, baru saja gadis itu menginjakan kaki di dalam rumah, tubuhnya menegang melihat seorang wanita paru baya yang sedang duduk di ruang tamu sambil membaca majalah.

Melihat Prilly datang, wanita itu langsung menutup majalahnya dan melukis senyuman di wajahnya.

"Kamu baru pulang?" tanya wanita itu.

Sesak, itu yang Prilly rasakan saat ini. Rasa rindu dan kecewa berbaur menjadi satu. Pun Ali, dia tampak bingung melihat wanita yang kini sedang menatap kekasihnya.

"Kamu nggak menyambut mami dengan pelukan kamu?" tanya wanita itu lagi yang ternyata adalah mami Prilly—-Viona—-

Ali meneliti wajah mami Prilly. Jadi ini wanita yang membuat gadisnya murung belakangan ini.

"Kenapa mami ada disini?" akhirnya Prilly bersuara.

"Jadi kamu nggak suka mami ada disini?"

Prilly berdecih dan memalingkan wajahnya. Ali menatap Prilly dengan intens. Ali yakin saat ini gadisnya itu sedang menahan tangisnya.

"Siapa kamu?" tanya Viona terhadap Ali dengan tatapan tak ramah.

"Ali. Pacarnya Prilly." Ali menjawab tegas pertanyaan mami Prilly. Cowok itu membalas tatapan maminya. Terlihat sekali raut wajah tak suka dari mami Prilly. Tapi Ali tidak memperdulikan itu.

"Sejak kapan kamu pacaran dengan Prilly?" tanyanya sarkatik.

"Sejak kapan mami peduli dengan urusan aku?" sahut Prilly sebelum Ali menjawab pertanyaan maminya.

"Pril, kenapa kamu nggak bilang kalo kamu udah punya pacar?"

"Buat apa? Selama ini mami nggak pernah mau tau urusan aku ataupun Bang Arsen kan? Mami sibuk dengan dunia mami sendiri!" balas Prilly dengan nada sedikit meninggi.

Mami Prilly hanya tersenyum sekilas. Ali yang berada di samping Prilly menggenggam erat tangan gadis itu yang terasa dingin.

"Siapa bilang? Mami ini mami kamu, tentu mami selalu memantau kamu. Hanya saja kamu nggak tahu kalau mami selalu memperhatikan kamu walaupun dari jauh."

Prilly berdecih, "memantau? Memperhatikan? Omong kosong apa yang mami bilang? Bahkan untuk menengok Prilly ke rumah aja mami nggak pernah. Setelah mami pisah sama papi, mami udah nggak pernah peduli dengan Prilly ataupun Bang Arsen. Padahal kami masih membutuhkan kasih sayang seorang ibu."

Ali semakin menggenggam tangan Prilly. Bola mata hitamnya menatap tubuh gadis di sampingnya yang terlihat gemetar. Ali yakin benteng pertahanan Prilly telah roboh. Wajah cantik Prilly nya kini sudah dibasahi dengan air mata.

"Mami nggak sempat Pril. Kamu tau sendiri mami sibuk bisnis. Mami pulang pergi ke luar negeri. Tapi—-"

"Sibuk? Ibu macam apa yang mementingkan urusan bisnis dibanding anak-anaknya?" potong Prilly.

"Kenapa kamu berani bicara seperti itu pada mami? Pasti papi kamu yang ngajarin."

"Papi? Aku kayak gini karena ulah mami sendiri. Apa mami nggak sadar?"

"Ulah mami? Apa maksud kamu? Kamu nggak tau apa-apa Prilly!" Viona mencoba meredam emosinya agar terkendali.

"Aku tau semuanya. Apa mami nggak sadar kesalahan mami?"

"Mami punya alasan kenapa mami melakukan hal itu dulu Pril," ucap Viona.

Prilly mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia menatap dinding rumahnya dan disana terdapan pigura yang menampilkan foto ketika keluarganya masih utuh dan dipenuhi kebahagiaan.

Rasanya ingin sekali ia kembali ke masa dimana mami dan papinya masih berkumpul. Semuanya utuh tanpa harus berpisah.

"Apa mami nggak mikir perasaan aku sama abang waktu mami pergi ninggalin kami? Kami masih membutuhkan kasih sayang mami, perhatian mami. Kami memohon-mohon sama mami agar mami nggak ninggalin kami disini. Tapi apa nyatanya, mami lebih memilih lelaki brengsek itu—-"

"Dia papi kamu juga Prilly!" potong Viona.

"Nggak, itu bukan papi aku!" bantah Prilly.

Mami Prilly menarik nafas dalam, "udahlah, mami kesini bukan mau berdebat sama kamu Pril."

"Lantas apa? Apa mami baru menyadari semua kesalahan mami makanya mami kesini?"

Ali yang sedari tadi ikut mendengarkan pembicaraan Prilly dan maminya hanya terdiam seraya menatap mami Prilly tanpa henti. Wajahnya terlihat datar tanpa ekspresi.

"Kenapa kamu selalu mengungkit kesalahan mami? Lagipula mami kesini ingin membicarakan hal penting sama kamu," bantah maminya.

"Hal penting apa?" Prilly menatap maminya tak suka.

"Setelah lulus SMA kamu akan mami jodohkan dengan anak sahabat mami."

Tubuh Prilly menegang hebat. Apa maksudnya semua ini?

Sementara Ali, tetap terdiam dan sangat tenang. Raut wajahnya sama sekali tidak menandakan keterkejutannya atas apa yang baru saja dia dengar.

"Apa maksud mami?"

"Kamu akan bertunangan setelah lulus SMA."

🍂🍂🍂

Hayooolooh gimana zheyeng2 ??
Maaf kependekan yaa soalnya idenya lagi stuck banget...
Ditambah lagi sibuk sama anak juga...

Semoga menikmati ceritanya yaa hihi...

Dia Milikku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang