Part 15

1.7K 192 11
                                    

Hari ini adalah hari dimana Prilly akan bertemu dengan maminya. Seharusnya ia sudah berada di parkiran karena Arsen sudah menunggunya disana. Entahlah, mendadak ia berubah pikiran dan tidak ingin pergi ke rumah maminya.

Prilly lebih memilih berdiam diri di taman belakang sekolah yang sangat sepi sambil mendengarkan lagu melalu earphone-nya. Ia tidak peduli dengan chat yang dikirim Arsen sedari tadi.

"Nggak baik sendirian di bawah pohon kayak gini," sahut seseorang dari belakang Prilly dan langsung melepas earphone dari telinga Prilly.

Merasa terganggu dengan kehadirannya, Prilly membuka matanya dan siap mengeluarkan sumpah serapah pada orang itu. Namun sepertinya ia tidak jadi menyumpahi pemilik suara itu.

Karena nyatanya yang mengganggu dirinya adalah Ali. Prilly sedikit tersenyum kemudian tangannya beralih mematikan musik di handphone-nya.

"Kenapa masih disini?" Tanya Ali lembut.

"Li, aku nggak mau ke rumah mami."

"Kenapa?"

"Aku males Li. Aku nggak pernah kepikiran buat ketemu lagi sama mami. Aku benci mami, aku—-"

"Ssstttt."

Perkataan Prilly terhenti ketika telunjuk Ali berhasil membungkam mulutnya. Matanya menatap nanar sang kekasih.

"Kamu nggak boleh kayak gitu. Aku udah pernah bilang sama kamu. Dia itu tetap mami kamu. Jangan pernah menjadi anak durhaka," jelas Ali.

"Menurut kamu, aku harus ke rumah mami?"

Ali tersenyum, "jangan meminta pendapat aku. Coba tanya hati kecil kamu, karena kamu tau apa yang harus kamu lakukan."

"Ko kamu mendadak jadi bijak sih?"

"Hmm."

"Tuh kan kalo dipuji kamu suka kaya gituh," protes Prilly.

Ali menaikan satu alisnya dan menatap Prilly yang masih menggerutu. Ada raut bahagia di wajahnya ketika melihat Prilly tersenyum karenanya.

"Jadi sekarang kamu mau ke rumah mami atau nggak? Barusan Arsen ngechat nyuruh kamu cepat ke parkiran," tegur Ali.

Prilly terdiam dan berfikir sejenak, "kayaknya nggak sekarang deh Li. Aku masih butuh waktu."

"Aku ngerti," balas Ali.

"Makasih ya."

"Sama-sama. Aku bisa ngerti gimana perasaan kamu. Tapi kamu juga harus ingat semua pedan aku tadi," ucap Ali.

"Iya aku bakalan inget terus pesan kamu tadi. Oh ya kamu udah makan?"

"Tumben nanyain aku udah makan atau belum. Biasanya kamu cuek."

"Tuh kan diperhatiin tapi kamu nya malah kayak gituh."

Ali terkekeh kemudian menarik Prilly dan menyenderkannya di dada bidang Ali. Tangannya mengusap pelan rambut Prilly.

"Ini di sekolah ntar ada yang liat loh," kata Prilly.

"Biarin."

"Ih modus."

"Modus sama pacar sendiri nggak apa-apa asal jangan ke orang lain. Kamu itu harta paling berharga buat aku."

Seketika pipi Prilly terasa memanas. Senyuman kecil terlukis di bibir Prilly.

"Makasih ya Li kamu udah mau jadi teman dan sahabat buat aku," ungkap Prilly.

"Kok sahabat? Aku pacar kamu bukan sahabat kamu," protes Ali namun Prilly hanya tertawa renyah.

Dia Milikku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang