Seorang wanita menatap sendu pintu dimana Prilly dirawat. Ada rasa sesal dan nyeri ketika mengingat Prilly seketika ambruk usai berdebat dengannya.
"Apa tante udah bahagia dengan keadaan Prilly sekarang?" tanya seseorang yang mengagetkan wanita itu yang tak lain adalah Viona.
"Maksud kamu apa bicara seperti itu pada saya?"
"Sudah puas merusak kebahagiaan putri anda?" tanya orang itu lagi.
"Diam kamu Ali."
Ya, Ali-lah yang datang. Saat ingin memasuki kamar rawat Prilly, dia tak sengaja melihat Viona berdiri dan menatap ke arah pintu kamar itu. Ali yakin di dalam hatinya ada rasa khawatir ketika melihat Prilly pingsan.
"Saya nggak heran kenapa tante bisa tahu alamat Rumah Sakit tempat Prilly dirawat. Tapi yang saya heran, kenapa seorang ibu tega merusak kebahagiaan putrinya sendiri," sindir Ali. Lalu Ali menyender ke tembok sambil memasukan kedua tangannya ke saku celana.
Pandangannya lurus ke depan. Dia tak menatap Viona yang kini menatap Ali dengan tatapan benci.
"Lancang kamu bicara seperti itu pada saya!"
Ali tersenyum kecil, "lantas apa yang akan tante lakukan jika nyatanya putri tante lebih bahagia berada di samping saya dibanding pria yang sudah tante jodohkan?"
"Itu hanya persepsi kamu saja Ali. Prilly belum bertemu dengan pria yang saya jodohkan. Lama-lama saya yakin Prilly bisa bahagia bersama dia."
"Sepertinya tante sangat yakin dengan hal itu? Namun nyatanya, Prilly dengan jelas menolak."
"Karena Prilly belum—-"
"Prilly itu milik saya," potong Ali. Viona berdecih.
"Kamu itu cuma pacar Prilly, tapi saya ibu kandungnya. Jelas-jelas Prilly itu milik saya," balas Viona tak terima.
"Ck..."
"Kenapa?"
Ali menatap Viona intens. Cowok itu dengan tenang melewati Viona tenang kemudian duduk di bangku di dekat Viona.
"Kenapa Prilly harus menuruti keinginan tante? Apa dengan menuruti keinginan tante, bisa membuat Prilly bahagia? Tante bisa menjamin itu? Saya rasa tidak," pungkas Ali.
"Tahu apa kamu soal kebahagiaan?"
"Hmm..."
"Kamu itu tidak tahu apa-apa. Jadi tidak usah menceramahi saya!"
Ali mendapati Viona telah duduk di sampingnya. Matanya kembali menatap lurus ke depan. Duduk dengan tenang dan menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Nyatanya kebahagiaan itu diciptakan bukan dikejar ataupun dicari."
Viona tersenyum remeh.
"Pada prinsipnya, kebahagiaan itu dimulai dengan membahagiakan diri sendiri bukan orang lain. Kebahagiaan itu bisa diciptakan oleh kita sendiri walaupun dengan hal-hal yang sederhana. Jika kebahagiaan itu dicari, sampai kapanpun tidak akan ditemukan. Karena dasarnya di dalam hatilah kebahagiaan itu akan timbul."
Kini Viona tercenung mendengar serangkaian kalimat Ali. Apa benar demikian? Viona mengalihkan pandangannya ke arah lain. Enggan menatap Ali yang berada di sampingnya.
"Seharusnya tante datang memberi kebahagiaan untuk Prilly. Membuat dia bisa memaafkan kesalahan tante. Bukan memberi kabar yang membuat Prilly semakin membenci tante," pungkas Ali.
Viona terdiam. Kata-kata Ali barusan seakan menusuk ke dalam hatinya. Apa Viona mulai menyesali perbuatannya?
"Sebenarnya apa yang terjadi dengan Prilly?" Akhirnya hati Viona lega karena sudah menanyakan apa yang selama ini dia pendam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Milikku!
FanfictionAprillya Edeline, siswi baru di sekolah favorit di jakarta dan merupakan anak dari pemilik sekolah itu. Baru saja pertama masuk sekolah, Prilly sudah dihadapkan dengan satu kejadian yang membuatnya syok terapi... Kejadian apa itu?? Apalagi ketika di...