Khitbah.

2.1K 179 8
                                    

اِنَّا زَيَّنَّا السَّمَآءَ الدُّنْيَا بِزِيْنَةِ اۨلْكَوَاكِبِ ۙ
Sesungguhnya Kami telah menghias langit dunia (yang terdekat), dengan hiasan bintang-bintang.
[QS. As-Saffat: Ayat 6]

Part ini langsung aja ke lulus SMA.

Pagi ini kelulusan, dan enam tahun berturut-turut Adriel belum juga bisa mengalahkan peringkat Ana. Akhirnya Adriel memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya di Inggris, dia ikut bersama orang tuanya.

Rencananya, setelah kelulusan Ana ingin mengajak Ida, dan Ilham makan-makan di caffe sebelah sekolah.

Masalah Ilham, dia sudah bercerita semuanya kepada Ana tentang keluarganya. Tapi ia belum juga bilang mengenai perasaannya, perasaan yang sempat membuat Ana bertanya-tanya dengan ucapan Afra.

Afra, ia sudah menikah dua tahun yang lalu, dan sudah mempunyai satu anak pria. Sedangkan Ilham belum menikah juga, padahal ia sudah lulus dari SMAnya. Ilham itu hebat, ia sekolah dengan hasil bayarannya menjadi guru silat. Ia juga hidup sebatang kara di rumahnya, dan Ana kagum dengan sosok pria di hadapannya. Dia juga tampan, berkulit putih bersih, dan gagah. Pastilah banyak wanita yang menyukainya, tapi Ilham tak sedikitpun mau melirik wanita kecuali Ana, dan Afra sahabatnya.

Rais sedang kuliah di Jakarta, dan pastinya bunda dengan ayah hanya berdua di rumah. Tapi kali ini, karena sudah lulus Ana biasanya pergi ke rumah bundanya itu setiap semester. Rasyid sedang melanjutkan pendidikan S3 kedokterannya di Jakarta pula.

Dan masalah dengan Farhan, Ana sudah baikan dengan Farhan mengenai masalah waktu itu. Ana juga sesekali menanyai kabar ummi Habibah kepada Farhan, dan Farhan menjawabnya sangat manis. Jujur saja di dalam lubuk Ana.

Ana baru mengetahui perasaan cinta yang tumbuh di dalam hatinya sejak sepuluh tahun yang lalu. Farhan ramah, Farhan yang banyak mengajarkan banyak hal kepada Ana. Ana jatuh hati kepadanya, meski sejak Farhan pergi ia tak tahu lagi perubahan wajah Farhan.

Sering kali ia menatap surat pemberian Farhan, juga hijab yang pernah Farhan berikan. Ia berharap Allah menyatukan Ana dengan Farhan. Bahkan iapun belum pernah memakai hijab besar pemberian Farhan, ia menyimpannya di lemari, dan akan ia kenakan ketika nanti bertemu Farhan. Ia sudah janji kepada dirinya sendiri.

"Ayo dimakan Ana, kok melamun terus." Ucap pria dihadapan Ana membuyarkan lamunan Ana.

Dan Ida menatap dengan tatapannya yang menggoda, "Khem, cie merhatiin Ana nih." Ana langsung menginjak kaki Ida, Ida pun menyeringai.

Ana memakan makanannya, tak lama Ilham bertanya.

"Mau kuliah di mana Na?" Tanya Ilham menghentikan suapannya.

Begitupun Ana yang juga menghentikan suapannya, "Rencananya di Jakarta kak, mau di Universitas Islam."

"Subhanallah, kok kebetulan begini ya. Kakak juga kerja di Jakarta loh Na, di perguruan sebelah Universitas itu. Kapan-kapan main ya?" Tanya Ilham berseri-seri begitupun dengan Ana. Masalah sebutan saya berubah dengan sebutan kakak itu sudah sejak empat tahun yang lalu.

Ana mengangguk, "In syaa Allah kak."

Lagi-lagi Ida berdehem manja, "arrgh anak itu buat aku salting aja"

FARZANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang