Ana baru saja menyiapkan keseluruhannya untuk acara pernikahan Ida, ia pergi membawa tas yang digendongnya. Ida pernah bicara pada Ana untuk memajukan hari pernikahannya, tidak satu tahun lagi. Sebab, menunda sesuatu yang sudah semestinya tidak baik, apalagi Azam memang sudah merasa mampu. Hari pernikahan Rasyid masih beberapa minggu lagi, sehingga Ana memutuskan untuk pergi sendiri. Kemarin ia meng-sms Ilham, namun Ilham bilang sudah sampai Banten.
Ana menaiki bus, dan duduk di tengah-tengah. Tak sengaja ia melihat seorang ibu berdiri membawa barang belanjaannya, karena tak mendapatkan kursi. Akhirnya, Ana menyuruh sang ibu untuk duduk di tempatnya, kemudian Ana berdiri. Ia berpikir jika wanita itu bundanya, ia tak akan tega melihat bundanya berdiri membawa begitu banyak barang-barang sedangkan dirinya sendiri duduk.
Ana pun memainkan ponselnya, ia melihat-lihat beranda facebook-nya. Kakaknya, Rais baru saja memposting foto dengan seorang wanita yang berbeda dari sebelumnya. Ana pun berdecap, kelakuan abangnya memang tidak pernah berubah.
Kemudian Ana menggeser kembali layar ponselnya ke bawah, di sana terdapat postingan foto dari akun Muhammad Farhan Al-Harits, Farhan nampak sedang menggendong anak kecil. Sudah pasti itu pasiennya, Farhankan memang menyukai anak kecil.
Tak lama, bus berhenti di terminal. Ia turun membawa tas yang digendongnya. Tiba-tiba seseorang berusaha merebut tas dari lengan Ana. Ana terperanjat kaget, ia mengejar pria yang baru saja merebut tasnya. Ia pun menarik rambut panjang pria itu sampai terjatuh, Ana meninju pipi kanan preman tersebut hingga sedikit memerah. Saat pria itu sudah tak berdaya, Ana merebut tasnya kembali dan pergi.
"Ana?" Teriak seorang laki-laki membuat Ana menoleh mencari sumber suara.
Dia Ilham, seorang pria mengenakan kemeja berwarna putih yang dilipat sesikut, dan celana bahan berwarna hitam, tersenyum ke arah Ana.
"Katanya sibuk?" Tanya Ana melekatkan pandangannya.
"Lumayanlah, Na. Bagaimana acara lamaran abang kamu, Na?" tanya Ilham basa-basi.
"Alhamdulillah, Kak. Bang Rasyid akan melangsungkan pernikahannya dua minggu lagi." Ilham mengangguk sambil tersenyum.
"Ayo, Na. Nanti akadnya keburu selesai," Ilham berjalan di depan Ana, perasaannya tak karuan. Apa benar dirinya mencintai Ana?
Di perjalanan menuju rumah Azzam yang tak jauh dari terminal, Ana bercerita bahwa dirinya ingin bercadar, dan itu mendapat respon yang baik dari Ilham. Ana juga meminta janji Ilham untuk mengajari Ana berkuda ditemani Ida, tetapi Ilham tidak menyetujuinya, karena Ida baru saja menikah. Mereka butuh bulan madu, dan Ana tak boleh mengganggunya. Ilham memberi saran agar berkudanya ditemani oleh Afra, sekaligus temu kangen.
***
Ana dan Ilham sampai di rumah mempelai. Ida terlihat cantik di sana. Ia mengenakan hijab yang besar, dan makeup yang tidak terlalu berlebihan. Ana pun memeluk Ida dengan rasa rindu, di sini juga ada Adriel yang datang. Adriel yang selalu mencari-cari Ida ketika Ida tak ada. Padahal dia sendiri sekarang sudah mengakui bahwa Adriel sebenarnya mencintai Ana, ia mencari-cari cara lain agar bisa berbincang dengan Ana. Namun, biar bagaimana pun Ana dan Adriel berbeda keyakinan, ia tak mungkin bersama dengan Adriel.
Tapi saat ini nyatanya Adriel telah berubah, ia menggandeng seorang wanita bercadar. Ana pun menghampiri keduanya.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucap Ana menumpukan kedua tangannya di depan dada.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah, Ana. Kenalkan dia Aisyah, istriku." Adriel memperkenalkan wanita bercadar di sampingnya.
"Subhanallah, perkenalkan nama saya Ana." Ana menjabat tangan Aisyah.

KAMU SEDANG MEMBACA
FARZANA
SpiritualBagaimana jika seorang gadis cilik bernama Farzana Romeesa Fariza yang bercita-cita menjadi seorang Ibunda Aisyah Binti Abu bakar, menjadi ibunda Fatimah binti Muhammad, menjadi ibunda Asma binti Abu Bakar, dan wanita tangguh penjuang Islam lainnya...