Ale membereskan buku-bukunya. Bel pulang sekolah sudah berbunyi sekitar 5 menit yang lalu. Ale bergegas keluar dengan menenteng tasnya hanya sebelah. Lesi mencengkal tangan Ale. Itu membuat Ale harus berhenti dan menatap Lesi.
"Habis ini Lo mau kemana?" Tanya Lesi.
Ale tampak berfikir sebentar. ia mungkin sudah melupakan kejadian tadi di taman belakang. Ia terlalu malas untuk memikirkan itu lagi. Buang-buang waktu.
"Em..mau ke toko parfum dulu" jawab Ale.
Lesi mengernyit. "Lo mau beli parfum? Buat siapa?"
"Ale beli parfum buat baju Danish, biar wangi" ucapnya senang.
Lesi mengangguk. Sebelumnya ia ingin mengajaknya ke rumahnya untumm.m,m.. mm.mmmmm.mmmmmmmmmmmm.mmmm.m.m.m.mmmm... m.m.mm.mm.mmm.k sekedar begadang. Tapi Ale punya wacana sendiri. Yasudah lah.
"Mm..baguslah. Gue doain cepet-cepet Lo suka sama Danish" ujar Lesi menepuk pundak Ale lalu keluar dari kelas yang sudah sepi.
Itu lagi, itu lagi. Ale sudah muak mengenai soal percintaannya. Hampir saja ia sudah melupakan itu, tapi Lesi kembali mengingatkannya. Menyebalkan!
Ale keluar dari kelasnya. Baru saja keluar sudah mendapatkan pemandangan yang membuatnya meremas jari-jarinya. Ale terdiam di ambang pintu melihat Danish menggandeng tangan Erika di depannya. Sebenarnya biasa saja. Tapi entah mengapa Ale tak menginginkan itu terjadi. Ia memajukan bibirnya beberapa centi. Moodnya tiba-tiba hilang.
Ale menghentakkan kakinya. Kesal dengan semua masalah yang menimpanya. Rasanya ia pengen menghempaskan semua itu dari dirinya. Lalu terbang ke angkasa meninggalkan masalah-masalah itu.
Ale membuka pintu mobil Pajeronya yang berwarna hitam. Lalu melajukan mobilnya keluar dari sekolah. Dalam perjalanan keluar halaman sekolah, Ale melihat Bagas sedang berdiri di depan gerbang. Ale menghampirinya lalu mengklaksonnya.
"Bagas dijemput sama siapa yak?" Tanya Ale setelah membuka jendela mobilnya.
Bagas mendekati mobilnya Ale. Lalu ia menatap wajah cantik itu di dalam mobil.
"Sama nyokap, tapi kayaknya nyokap gak bisa." Bagas diam sebentar, lalu menatap Ale dengan cengirannya."Boleh nebeng gak?" Tanyanya masih dengan cengiran tak berdosa nya.
Ale memutar bola matanya, lalu mengangguk. Bagas berjalan dan hendak membuka pintu jok belakang. Tapi kegiatannya terhenti ketika mendengar pekikan Ale.
"Eh dugong! Emang Ale sopir Bagas? Sini kek. Duduk di samping Ale" suruh Ale sedikit keras.
Bagas memutari mobil lalu ia membuka pintu samping kemudi. Ia agak aneh dengan posisinya sekarang. Masalahnya Ale yang menyetir. Jadi terlihat aneh, seharusnya dirinya yang menyetir tapi apa boleh buat sebagai 'penebeng'.
"Bagas ngapain liatin Ale mulu?" Tanya Ale memergoki Bagas yang sedang menatapnya tanpa berkedip.
"Mm..kalo gue yang nyetir gimana? Soalnya ini agak aneh gitu" paparnya.
Ale menghela nafas. Ia masih fokus ke depan. "Udah deh, Bagas nurut aja. Lagian Bagas kan nebeng. Jadi gak hak untuk ngatur siapa yang menyetir" ucap Ale lebih ke menyindir.
Bagas manggut-manggut. "Ya juga sih. Oke gue diem"
Setelah mengucapkan itu, Bagas tak lagi bersuara. Ale menoleh menatap wajah bagas yang menggemaskan. Ia tertawa pelan.
"Jan gitu. Nanti pipi Bagas, Ale cubit loh"Bagas masih tidak bergeming. Ia masih diam sambil menatap lurus tanpa sedikitpun menatap Ale. Itu membuat Ale semakin gemas kepada Bagas. Ale memberhentikan mobilnya di depan mall kecil. Dan ia yakin di dalamnya pasti ada yang jualan parfum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nyaman
Teen Fiction"Kamu butuh aku, enggak?" "Enggak" "Yaudah kita putus" "Ya" -Nyaman sih iya, tapi gue gak suka dia- -Terimakasih sudah mau menjadi pacar aku yang selalu aja sakitin aku. Sering nangis sih, tapi gak papalah yang penting kamu di sisi aku itu udah leb...