Duapuluh Tiga

74 3 0
                                    

       Danish memainkan gitarnya ketika ruang musik sedang kosong. Ini sebenarnya jam istirahat, tapi ia tak nafsu makan. Sebelumnya ia ingin boker. Tapi ketika ia melewati ruang musik yang kosong dan pintunya terbuka, Danish punya inisiatif untuk memainkan sesuatu yang ada di situ. Dan bokernya hilang seketika :v (ceritanya gitu aja)

Danish memetik gitar dan tangannya yang lihai mulai bermain sesuai kuncinya. Hatinya sangat nyaman ketika mendengar lagu ini. Rahasia hati milik Nidji.

"Ku coba. Merangkai kata cinta. Walaupun, ku bukanlah pujangga yang bisa, tuliskan kata-kata yang indah. Nyatanya tak ada nyali untuk ungkapkan.

I wanna Love you like the hurricane. I wanna Love you like the mountain rain. So wild so pure, so strong and carzy for you.

Andai matamu melihat aku. Terungkap semua isi hatiku. Alam sadarku alam mimpi ku. Semua milikmu andai kau tahu, andai kau tahu. Rahasia cintaku..."

"Woaww!! Bagus banget suara kak Danish!" Teriak siswi yang sedang lewat dan tak sengaja melihat Danish bernyanyi. Cewek itu bersama temannya yang sama-sama penggemar Danish.

Danish hanya tersenyum. "Makasih"

Kedua siswi itu melotot dan mulai berteriak histeris. Dan mulai bilang ke temannya yang lain. "Woi! Woi! Kak Danish senyum ke gue! Dia bilang 'makasih'. Ouchh. Ganteng banget sehh" teriak cewek itu yang masih Danish dengar.

Danish menggeleng kepalanya. Memang gini rasanya jadi orang ganteng. Tiba-tiba Erika datang dan duduk di depan Danish.

"Lagi ngapain?" Tanya Erika tersenyum manis. Manis banget.

"Nyanyi" jawab Danish singkat.

"Mau dong! Lo yang gitar, gue yang nyanyi yahh. Lagunya...lagunya apa ya?" Tanya Erika mengingat-ingat lagu yang ia hafal.

"Pelangi-Hivi?" Tawar Danish menaikan kedua alisnya.

"Nah! Oke. Siap yah."

Danish mengangguk. Lalu ia mulai memainkan gitarnya. Erika berdehem pelan mengontrol suaranya.

"Kuingin cinta hadir untuk selamanya. Bukan hanyalah, untuk sementara. Menyapa dan hilang. Terbit tenggelam bagai pelangi. Yang indahnya, hanya sesaat. Tuk kulihat dia, mewarnai hari...

Tetaplah engkau disini. Jangan datang lalu--" nyanyi terpotong.

"Woi Danish! Ale di rumah sakit. Dia jatuh dari tangga kemarin. Ayok kita jenguk!" Teriak Bagas dari luar membuat kedua remaja ini berhenti dari aktivitasnya.

Danish sudah berdiri ingin ikut, tapi Erika mencengkalnya.

"Danish gak ikut. Lo temenin gue aja disini" ucap Erika yang masih tersenyum.

Bagas memutar bola matanya. "Apaan sih! Danish tetep ikut. Danish itu sahabat gue. Sedangkan Lo? Siapanya Danish suruh Danish nemenin Lo? Sadar diri keles. Temen aja kagak. Apalagi pacar" ucap Bagas mengenai hati Erika. Cewek itu terdiam. Ia mengepalkan tangannya.

"Danish temen gue kok. Dan dia juga calon pacar gue" ucap Erika yang masih tersenyum dan terlihat enjoy. Tapi dibalik itu. Erika ingin menghabisi Bagas sekarang juga. Dasar muka dua!

"Bwakaka. Ngakak so hard. Sejak kapan Danish nganggap Lo temen. Dan Lo bilang apa tadi? Calon pacar? Terlalu ngarep banget sih jadi orang. Siapa tahu Danish kecantol cewek lain. Cewek kayak Lo bukan tipe Danish! Gak level sama cewek macam Lo. Lo pikir aja. Danish gak nembak lo kan? Itu tandanya Danish gak cinta sama lo. bodoh banget sih jadi cewek. Tapi kalo Danish ngaku suka dan cinta sama Lo. Mungkin Danish sedang khilaf. Dan sebentar lagi dia akan sadar kok. Bertaubatlah nak. Danish gue tunggu Lo di kelas. Awas aja Lo gak ikut. Lo gue  end!" Kata-kata Bagas sangat menusuk hati Erika. Dia bahkan direndahkan di depan Danish.

NyamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang