Sebelas

83 6 0
                                    

     "Lo lagi apa?"

Suara itu Ale mengenalnya. Ia menoleh ke belakang, lalu membulatkan matanya dan memasang wajah sebalnya setelah mengetahui siapa dia. Ia menghampiri seseorang itu.

"Setanlah! Ale kira Danish. Mau ngapain bang Deris ke kamar Ale?" Tanya Ale ketus.

Deris tertawa pelan. "Itu. Lo dipanggil ke bawah. Suruh nemenin Danish."

Ale mengernyit. Cobaan apalagi Tuhan. Dengan malas, Ale berjalan menuruni tangga. Disana sudah ada Mawar, Indah dan juga...Danish. Ale menatap Danish yang saat itu tengah menatapnya dengan tatapan datar tanpa ekspresi.

Ale sudah berdiri di samping sofa. Mawar menatap anaknya itu dengan senyuman khasnya.
"Alera, kamu ajak nak Danish ke gazebo belakang ya. Mama mau bicara sama Tante Indah tentang pekerjaan di kantor. Ya, nak?"

Ale diam sebentar. Lalu kata-kata apa yang ia lontarkan ketika berdua dengan Danish di gazebo? Semoga ia mendapatkan topik yang pas. Ale mengangguk. Lalu ia berjalan ke halaman belakang dengan Danish yang dibelakangnya.

Keduanya tengah duduk di gazebo yang bawahnya kolam renang. Ale dan Danish merendam kaki mereka di kolam renang rumah Ale. Halaman belakang rumah Ale memang sangat luas. Ditambah dengan gazebo, taman bermain, dan juga kolam renang yang menambah kesan indah.

"Mm..Danish gak ada topik yah? Ale canggung banget" ujarnya menggigit bibirnya.

Danish yang tadinya fokus di ponselnya, ia menoleh menatap Ale. "Gak ada. Seharusnya Lo memulai. Bukan gue"

Benar-benar datar. Tanpa ekspresi. Ale kembali menggigit bibirnya. Ia tak tahu harus melakukan apa. Ia mengedarkan pandangannya dan berhenti melihat bi Sumi yang sedang berkebun. Itu membuatnya pengen membantunya. Ale beranjak dan menghampiri bi Sumi. Danish hanya melihat dari jauh. Ia tak berniat untuk mengikuti Ale.

Ale menghidupkan keran lalu mengambil selang dan menyemprotkannya di tanaman bunga-bunga yang indah. Disana ia tersenyum puas. Ia suka jika disuruh berkebun Seperi ini. Ia memutar-mutar selang itu hingga airnya tersembur seperti sedang hujan. Sungguh menyenangkan. Rasanya ia kembali ke masa kecil. Danish hanya diam di tempat Dengan sesekali menggeleng kepalanya.

Setelah selesai menyirami tanaman, Ale menghampiri bi Sumi untuk memotong rumput. Ale mengambil gunting lalu memotong-motong tanaman itu. Sesekali ia mengusap keringatnya yang keluar, dan itu membuat daunnya menempel di rambut Ale.

Danish berdiri menghampiri Ale. Ia berjongkok untuk lebih dekat dengan Ale. Lalu mengambil daun yang menempel di rambut Ale. Itu membuat Ale diam.
"Seharusnya Lo buat gue seneng. Bukan senang-senang sendiri" ujar Danish.

Ale menyengir. Lalu ia berdiri dan mengusap celananya yang sedikit kotor. "Yaudah, Danish mau main apa?" Tanya Ale.

Danish mengernyit. "Lo pikir kita anak kecil?"

Ale terdiam sebentar. Bener juga sih, lalu harus apa ya Tuhan. "Lo punya PS?" Tanya Danish.

Ale mengangguk. "Bagus. Yuk main PS" ajak Danish yang sudah berjalan.

"Tapi..PS nya di kamar bang Deris." Ucap Ale membuat Danish berhenti melangkah.

"Yaudah, kita main sama Deris"

***

Ale sudah menebaknya. Stik PS nya juga cuman dua. Mana bisa dimainkan bertiga. Ale hanya bisa tiduran di kasur Deris, sambil sesekali melihat keduanya yang asik main. Seperti kacang Ale disini. Berkali-kali ia menguap. Ah, kantuknya menyerang kembali.

"Kalian main sendiri aja deh" ucap Ale lalu beranjak pergi dari kamar Deris.

"Et..mau kemana?" Tanya Deris menghentikan Ale.

NyamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang