Enambelas

71 5 0
                                    

     Ale dan Danish sudah menepikan mobilnya di depan rumah Irfan. Rumah yang Ale rindukan. Rumah yang sekarang jarang ia menginjakkan kakinya di situ. Ale menatap Danish yang sedang bengong. Ale menepuk bahu Danish.

"Danish...Ale masuk, okay?" Ucap Ale, lalu melepas sabuk pengamannya.

Tanpa disangka-sangka, Danish mencengkal tangan Ale. Membuat Ale harus membalikkan badannya lagi. Ale menaikkan kedua alisnya.

"Ada apa Danish?" Tanya Ale

Danish terdiam. Tak tahu ada apa dengan dirinya ini. Ia melepas cengkraman tangannya di pergelangan tangan Ale secara perlahan. Danish menggeleng.
"Nanti kalo ada apa-apa bilang. Gue takut" setelah berkata itu, Danish menyuruh Ale masuk ke dalam rumah Irfan.

Setelah itu, Danish meninggalkan Ale yang masih memaku. Ale melihat Danish sudah pergi dari rumah Irfan. Ale merasa bahwa ada sesuatu yang mengganjal di perkataan Danish barusan. Danish khawatir maksudnya?
Ale mengepalkan tangannya ketika melihat rumah besar di depan matanya. Ale sangat merindukan ini.

"Alera!" Panggil seseorang.

Ale menoleh dan melihat Irfan yang berjalan mendekati Ale. Jantung Ale pun mulai berdetak kencang. Ale meneguk ludahnya sendiri. Serasa semua ini hanyalah mimpi. Tapi jika ini kenyataan, bilang saja kalo ini hanya fiktif belaka.
Irfan tersenyum manis ke Ale. Membuat Ale mabuk kepayang saat itu juga.

Irfan berhenti tepat di depan Ale. "Lo siap kan? Yuk masuk" ajaknya yang sudah berbalik menuju pintu rumahnya.

Ale sempat gugup setengah mati. Hanya karena laki-laki brengsek seperti Irfan bisa membuat Ale gugup. Sungguh kenyataan yang aneh. Ale mulai berjalan menuju rumah Irfan. Perlahan kakinya masuk ke dalam rumah besar itu.

Tepat setelah Ale masuk, ia terhenti ketika melihat semua keluarga Irfan terkumpul. Dan yang paling membuat hati Ale mencelos saat itu ketika melihat Raya duduk di dekat Irfan. Ekspresi Raya kala itu juga syok. Ale tak mengerti dengan semuanya. Ia mematung dengan kejutan yang diberikan Irfan kepadanya. Apa maksud dari semua ini? Irfan berbohong bahwa Mamanya tidak suka dengan Raya? Padahal saat ini Ale bisa melihat dengan jelas jika tangan Anggi (Mamanya Irfan) sedang merangkul raya di sampingnya.

"Alera?"

Suara itu membuat Ale terkesiap seketika. Ia mengedarkan pandangannya dan berhenti tepat di depan mata Ezal (kakaknya Irfan) yang pernah menaruh rasa di hati Ale. Ezal mengernyit. Rupanya dirinya tidak mengerti dengan keadaan. Ezal tak tahu apa maksud adiknya itu membawa mantan pacarnya ke acara yang khusus membahas hubungan Irfan dengan Raya. Mata Ezal menatap tajam Irfan. Irfan hanya tersenyum remeh.

Bahu Ale melemas seketika. Seolah mimpinya hancur menjadi butiran debu. Anggi yang merasa keadaanya menjadi canggung,  ia pun menatap Ale.

"Alera? Sini nak, duduk di samping Tante" ucap Anggi menepuk kursi kosong di sebelahnya.

Ale berjalan mendekati Anggi dan duduk di sampingnya. Mata Ale tertuju pada Irfan dan Raya. Wajah Irfan begitu datar, sedangkan Raya, ia menunduk. Mungkin ia merasa tak enak hati dengan Ale. Tak enak hati? Helloww?

Irfan menghela nafasnya. Menatap semua keluarganya disini sepertinya sedang kebingungan. Irfan mencoba menjelaskan semuanya.
"Gini Mom, Dad, Brother, honey, and..Ale. Irfan sengaja ngajak Ale kesini. Karena Irfan tahu, mantan juga perlu tahu tentang pertunangan ku dengan Raya Mom Dad. Jadi gak masalah jika Ale disini kan?"

Mata Ale membulat sempurna. Benar-benar kejam Irfan. Bahkan Ale dengan Sangat bodohnya mengiyakan permintaan Irfan ketika mengundangnya dinner. Ia telah kehabisan kata-kata untuk mendeskripsikan betapa kejamnya Irfan saat ini. Ale meremas roknya dengan sangat kuat. Menahan agar air matanya tidak jatuh saat ini. Harga dirinya telah hilang semenjak datang ke rumah ini. Pertunangan katamu?

NyamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang