Duapuluh Empat

69 3 1
                                    

     "Erika, tunggu!" Teriak Danish mencengkal tangan Erika ketika hendak menghindarinya.

"Apalagi sih?" Sinisnya.

"Gue bisa jelasin"

"Semua udah jelas! Gak perlu dijelasin lagi. Mending Lo jauh-jauh sama gue, kalo emang Lo gak mau terluka di dekat gue. Mulai sekarang Lo harus hati-hati. Gue cewek yang gak bener. Lo jauhi gue mulai sekarang. Gue benci lo..." ucap Erika menggantung lalu matanya melotot ketika tiba-tiba Danish memeluknya di parkiran sekolah.

"Gue lebih benci kalimat itu" ucap Danish lembut sambil memejamkan matanya memeluk Erika erat.

Erika terdiam. Pelukan Danish begitu hangat. Bahkan sekarang banyak yang melihat mereka.

"Danish lepasin! Malu dilihatin banyak orang" Erika berusaha melepas pelukan Danish. Tapi pelukannya sangat erat.

"Woi! Ini masih di sekolah Nish" cicit Erika yang mulai sebal.

"Biarin. Biar semua tahu, kalo gue emang sayang sama Lo" ujar Danish yang masih memeluk Erika.

Erika tersenyum miring. "Oh ya? Lo bilang apa? Biar semua orang tahu? Kenapa gak sekarang aja nembak gue?" Tantang Erika tersenyum penuh arti. Danish terdiam.

Ia melepas pelukannya. "Disini? Di tempat parkiran? Gak romantis" ejek Danish remeh .

Erika memutar bola matanya. "Terus dimana? Harus naik bianglala pasar malam biar kelihatan romantis?" Erika menaikan sebelah alisnya.

Danish tersenyum. "Boleh juga." Ucapnya mengacak rambut Erika lembut.

Membuat siapa saja mabuk kepayang melihat aksi Danish ini. Erika makin jatuh hati pada Danish. Ia kembali memikirkan rencana awal mengapa ia mendekati Danish. Sepertinya ia akan melupakan rencana gila itu, dan mulai mencintai Danish dengan tulus.

"Serius?" Erika kembali memastikan.

"Enggak" jawab Danish singkat.

Erika memburungut sebal. "Gimana sih!"

Danish kembali tersenyum. "Gue banyak tugas" ucap Danish seadanya.

Erika kembali memutar bola matanya. "Gak usah taken aja! Urus tugas-tugas Lo itu!" Sinis Erika lalu meninggalkan Danish sambil menghentakkan kakinya geram.

Danish mengulum senyum ketika melihat gadis itu marah padanya. Wajah Erika sangat lucu. Ingin sekali ia mencium dan mencubit pipinya. Danish mengelus tengkuknya bingung harus mengejar Erika atau pulang ke rumahnya. Ia putuskan mengambil sepedanya dan mengejar Erika.

***

"Mama! Ale ngomong apa tadi? Masyaallah, masa Mama gak inget sih?" Geram Ale ketika sudah sadar. Kebiasaan seperti anak kecil pun kembali.

"Mama gak inget sayang. Pokoknya selepas kamu bangun, kamu nyebut nama Danish mulu. Mama lupa kamu bilang apa pas kamu teriak itu. Mama lupa." Ucap Mawar panjang.

Ale terdiam. Sekarang ketiga cogan ditambah Lesi, itu sedang menjenguk Ale. Ale menyengir ketika keempat temannya itu terdiam ketika Mawar mengatakan bahwa selepas bangun, Ale menyebut nama Danish lebih dari 5 kali.

Keempat temannya sedang mencemil makanan yang disediakan di ruangan Ale.

"Mama keluar dulu ya, kalian bincang-bincang aja dulu", Mawar keluar dari kamar.

Ale terlihat lesu dan wajahnya yang cemberut.

"Lo kenapa sih Al? Masih sakit ya?" Tanya Lesi mendekat ke brankar.

Ale menggeleng. "Ale udah sehat kok. Beneran deh. Nih, Ale senyum ya. Hiii" ucap Ale tersenyum menunjukan semua giginya. Lesi Tersenyum dan yang lainpun sama ketika melihat tingkah Ale.

NyamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang