***
.
.
.
Hening yang dirasakan selama 10 menit perjalanan mereka. Yah akhirnya mereka memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Hanbi bahkan tidak memberontak lagi saat Lay mencoba untuk mengantarnya. Ia sesekali melirik ke arah Lay yang sedang menyetir begitu juga sebaliknya, Lay sesekali melirik sebentar Hanbi yang fokus pada jalanan. Mereka tidak pernah secanggung ini sebelumnya. Seperti ada yang salah di antara mereka.
Hanbi bahkan tidak pernah menyangka akan berciuman dengan Lay. Menurutnya pria ini benar-benar lancang. Tapi entah kenapa Hanbi tidak bisa protes?
Hanbi merasa dunianya berhenti seketika kala Lay menyematkan bibirnya. Rasa-rasanya Hanbi seperti mengenali sosok lain dari Lay yang biasanya ia kenal dengan tipe kaku dan arogannya. Dingin.
"Diamlah! Aku akan membukakan pintu untukmu." ucap Lay saat mobilnya dipandu dengan rapi di parkiran apartemennya.
"Aku bukan orang difabel!" sahut Hanbi ketus. Dia beranjak dan mencoba membuka pintu namun Lay menggebrak stir dan bergegas turun.
"Tsk!"
Ceklek!
"Sudah aku bilang, aku bisa turun sendiri! Kau tuli?" marah Hanbi saat menemui Lay tengah berdiri di depan pintunya.
Lay hanya diam dan mengacungkan telapak tangannya agar Hanbi bisa berpegangan padanya, namun gadis ketus itu menyingkirkan tangan Lay dan mencoba berdiri dengan kakinya sendiri.
"Argh!" sepertinya kaki Hanbi terkilir. Dia merintih kesakitan saat telapak kakinya menyentuh lantai. Dengan sigap Lay memegangi lengan Hanbi agar gadis itu tidak terjatuh.
"Ck, ini pasti gara-gara si brengsek itu yang menyeretku dengan keras." gerutu Hanbi. Ia tidak menyadari Lay yang dari tadi masih memperhatikannya.
Merasa risih dengan ketidakmampuan Hanbi untuk berdiri dan tanpa meminta persetujuan gadis itu Lay menggendongnya.
"Ah, Ya~. Turunkan aku brengsek!" kakinya meronta-ronta agar ia diturunkan.
"Lay!" Hanbi memekik putus asa.
"Dasar keras kepala! Merepotkan!" gumam Lay lirih. Bahkan suara itu dapat didengar oleh Hanbi dengan jelas. Pria itu kembali. Dalam hitungan detik saja ia benar-benar kembali. Apa yang ia dengar tadi memang benar-benar karakter Lay yang sebelumnya Hanbi kenal.
***
Lorong yang luar biasa sepi ini mendapat suara ketukan merdu dari derap langkah Lay. Ia bersikeras menggendong gadis itu hingga ke apartemennya. Lay tidak bisa tidak mengabaikan targetnya ini. Tidak ada yang tidak lebih penting dari melindungi gadis ini. Selama dia berada di Seoul, Hanbi adalah prioritasnya.
Bagaimana dengan ciuman? Apa itu juga termasuk prioritas?
Pip.. Pip.. Pip.. Pip..
Perlahan Lay menurunkan gadis itu di sofa yang dulu pernah jadi alas tidurnya. Jujur Hanbi merasa perlakuan Lay padanya sedikit lebih tenang dan lembut. Mungkin ini efek Lay baru saja kembali dari China.
"Aku ambilkan air hangat."
"Tidak usah!" sahut Hanbi cepat. Seketika Lay membalik tubuhnya dan menatap Hanbi yang memalingkan wajah darinya setelah mengatakan hal itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/120404717-288-k288128.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MISSION EIGHT (8)
FanfictionSeorang Lee Hanbi, wanita yang membenci pria ini mendapatkan surat kaleng misterius yang membuatnya harus berkencan dengan 8 orang pria berbeda profesi. Ia tidak tahu jika pelatih beladirinya dan seorang pria yang tidak sengaja menabraknya di bandar...