<Beijing>
Suara dengungan peluru memenuhi sebuah lapangan tembak milik badan penyelidik di kantor kepolisian pusat. Di tengah ramainya suara bising tembakan yang meleset, seorang pria dengan seragam kebesarannya tengah tenang membidik sasarannya.
Hampir 5 menit ia terdiam, entah karena terlalu berkonsentrasi atau terganggu dengan kegiatan rekannya yang lain, pria ini belum menarik pelatuknya barang semili pun.
“Inspektur!”
DOR!!
Seketika pria perpangkat inspektur tingkat satu itu melepas pelurunya dan sesuatu terjatuh jauh di tengah lapangan. Wajahnya terlihat tenang walaupun peluh memenuhi kening dan lehernya.
“Luar biasa, tembakan Anda selalu tepat sasaran.”
Seseorang yang memanggilnya tadi memujinya. Pria itu tidak menoleh sama sekali, malah teramat sibuk mengisi ulang pelurunya lagi.
“Aku sudah mengincarnya dua hari ini. Burung itu selalu mengganggu area latihan.”
Suara berat jernihnya keluar. Ia lamban menanggapi karena sudah terlalu bosan berurusan dengan bawahannya ini. Umurnya mungkin jauh lebih tua namun pangkatnya hanya sebatas sersan.
“Ada apa?” pria itu menanyainya dengan malas dan mulai menaikkan pistolnya lagi membidik.
“Komisaris memanggil Anda.”
Seketika pria itu menurunkan kedua lengannya. Ia melihat pria paruh baya itu dengan tatapan kesal.
“Bisakah kau tidak menggangguku dulu?”
BRAK!
Ia melempar pistolnya kasar hingga membentur pilar kemudian terjatuh begitu saja. Kemudian melangkahkan kaki pergi menuju ruang Komisaris yang ia ketahui sedang memanggilnya.
Satu yang tidak bisa ia hiraukan adalah perintah dari Komisarisnya.
CEKIT!
Pria itu mendorong pelan pintu ruangan dan tampaklah Komisarisnya tengah sibuk menuliskan sesuatu di buku kerjanya. Entah apa itu.
Pria itu berdiri di depan meja sang Komisaris. Membungkukkan badannya sebentar lalu memandanginya lekat-lekat. Batinnya merasa kesal karena ia telah mengganggu aktivitas menembaknya. Namun apa daya, siapa pemilik pangkat tertinggi sekarang.
“Duduklah!”
Komisarisnya mempersilahkan duduk bahkan tanpa membuat kontak mata sama sekali. Pria itu menurut, ia menarik kursi dan menurunkan tubuhnya pelan. Kesopanan adalah nomor satu di sini.
Komisarisnya memberikan sebuah amplop kecil kecoklatan yang ia ambil dari selipan buku catatannya. Pria itu mengambil dan membukanya untuk melihat isi dari amplop tersebut. Ia memandang dua buah foto heran. Yang pertama memang ia tidak merasa asing dengan pria berwajah arogan berkumis tipis itu. Namun dahinya sempat mengernyit memandang seorang wanita muda yang sama sekali tidak terlihat seperti seorang penjahat yang biasa menjadi buronannya. Terlebih wanita itu tengah berpose layaknya model.
“Seperti yang kita tahu, Lee Donghae berulah. ia telah terlibat sebuah kasus penyelundupan minyak dari China ke Korea. Kali ini kita tidak bisa membiarkannya lolos lagi.”
Penjelasan dari Komisarisnya tak sepenuhnya menjawab rasa penasarannya.“Lalu wanita ini?” Pria itu menyodorkan foto wanitanya.
“Lee Hanbi, putrinya. Sebuah pengawalan khusus. Tugas dari seorang petinggi yang dirahasiakan identitasnya. Posisinya sebagai seorang anak terancam. Beliau mengkhawatirkan keselamatannya.”
“Kenapa?” pria itu terus mengorek informasi lainnya.
“16 tahun yang lalu Lee Donghae menyekap dan menganiaya istrinya sendiri. Dicurigai sasaran berikutnya adalah putrinya. Agen Huang telah berhasil masuk dan melihat gelagat aneh di sana.”
Detik berikutnya keheningan melanda mereka berdua. Pria ini terus berkutat dalam pikirannya. Ia memandangi serius foto wanita di tangannya. Melihat itu sang Komisaris berdeham hingga membuyarkan lamunannya.
“Inspektur Zhang. Kau ditugaskan untuk menyelesaikan kasus ini. Lusa kau akan berangkat ke Seoul.”
Titah itu akhirnya diturunkan.Membayangkan kasus ini saja ia merasa keberatan. Kasus antar negara sangat riskan bermasalah, apalagi ia harus pergi dari wilayah kekuasaannya.
“Tapi ayah... Apa kau sedang mengusirku? Lusa?” bentaknya memprotes.
“Inspektur Zhang! Jaga sikapmu!!” sang Komisaris berteriak kesal.
Bagaimana seorang inspektur yang bahkan merupakan anaknya sendiri keberatan dengan tugasnya sebagai anggota dari penegak hukum?
Mereka saling memandang. Ketegangan mulai memenuhi ruangan itu. Pria bermarga Zhang itu mencengkeram kertas foto di tangannya menahan emosi. Ia tidak bisa menolak titah itu. Lalu terpaksa menundukkan kepalanya pasrah. Kekalahan menyambut jika berurusan dengan ayahnya.
“Bekerja samalah dengan agen Huang. Dia rekanmu sekarang. Orang-orangku akan menyusul jika terjadi pergerakan berbahaya oleh Lee Donghae. Minimal 1 x 24 jam kalian harus lapor markas.”
Pria itu mengangguk tanda mengerti lalu mendongakkan kepalanya kembali. Sedikit penasaran dengan posisi pertnernya di sana. Bagaimana ia bisa dengan mudahnya menyusup?
“Maaf, jika boleh aku tahu. Agen Huang, bagaimana dia bisa masuk?”
~~~
<Seoul>
“Keparat kau! Hiyat!!!”
Wanita berkuncir kuda ini tengah mengarahkan tinjunya pada lawan bertarungnya di depannya namun melesat. Lawannya terlalu lincah untuk menghindar.
“Wow, jangan emosi. Gunakan kekuatan dari perutmu.” Lawannya justru menginterupsi.
“Persetan! UGH...” tinjunya meleset lagi. Namun lawannya justru menarik lengannya ke belakang dengan posisi mengunci.
“Ayolah, keahlian dasarmu itu sungguh kurang. Berhenti jika kau tidak ingin punggungmu sakit sehabis bangun tidur.” Lawannya terus saja menyeramahinya.
"Baru seminggu saja sudah sombong!”
BRUK!
Karena lengah wanita itu berhasil mencekal kaki lawannya dan membuatnya terjatuh di matras empuk di bawah kaki mereka.
“Ceh, dasar keras kepala!” umpatnya.
“Huang Zitao, gajimu aku potong!” wanita itu menyalak kemudian pergi meninggalkan ruang latihan mereka. Bahkan suara bantingan pintu menggaung di telinga pelatihnya.
“Lee Hanbi. Garis namanya terlihat keras. Namun rapuh di satu sisi.” Ia terkekeh di tempat enggan bangun dari posisi terjatuhnya.
.
.
.
[VERSE-END]
Auhtor’s note:
Action?
Setidaknya tertarik pada bagian teka-tekinya. Tapi saya tidak terlalu pandai untuk mendalami action. Jadi mungkin cuma buat selingan. Sekalian belajar lah. Hehe ^^
Ini masih bagian dari pengenalan. Postingnya kayak urutan satu lagu. Sengaja emang. Habis INTRO kan VERSE (atau bagian yang diulang-ulang namun tidak membosankan). Yups, mereka berdua bakalan sering muncul di inti cerita.
Setelah ini mungkin aku akan kirim bagian CHORUS-nya. Bagian yang paling penting. Apa itu? Tunggu kiriman selanjutnya..
Tolong hargai usaha saya dalam membuat karya ini ya? Tinggalkan jejak walaupun cuma vote sekalipun. Komen sangat direkomendasikan untuk kelanjutan ff ini.
Dan aku sangat merindukan Iching walaupun bias favoritnya Baekhyun!! Huaaa.. TT
Please vote!
👇
🌟
KAMU SEDANG MEMBACA
MISSION EIGHT (8)
FanfictionSeorang Lee Hanbi, wanita yang membenci pria ini mendapatkan surat kaleng misterius yang membuatnya harus berkencan dengan 8 orang pria berbeda profesi. Ia tidak tahu jika pelatih beladirinya dan seorang pria yang tidak sengaja menabraknya di bandar...