TRACK 16 : BRIDEGROOM

620 72 24
                                    

🌸🌸🌸

.

.

.

.

.

"Sudah kubilang, aku tidak akan menikah!"

.

.

.

.

Hanbi menundurkan langkahnya, ia terpojok di sudut. Pikiran-pikirannya dipenuhi dengan kebimbangan karena pria di depannya ini terus mendesaknya.

"Ayolah Hanbi!"

Kepala wanita itu menunduk. Juntaian rambut indahnya hampir menutupi wajahnya. Ia menggeleng.

"Tidak Lay! Aku harus melakukannya." ucap Hanbi menahan isak.

Lay menghela napas. Tangannya menjulur mendekati sang wanita. Ia meraih tangannya. Hanbi menghindar, namun Lay berusaha lagi.

"Jangan bodohi dirimu dengan ancaman orang lain. Sekali kau terjatuh, kau akan sulit untuk bangkit kembali,"

"Siapa bilang aku tidak? Aku selalu menang dalam egoisku!" potong Hanbi mengatakannya dengan menatap serius sosok Lay. Tangan pria itu disentak dan lepaslah genggamannya.

"Tapi terkadang kau harus melawan untuk meraih target yang lebih tinggi! Walaupun usaha itu harus pedih sekalipun." ucap Lay geram.

Hanbi melengos, ia berjalan ke arah lain untuk menghindari bertatap muka dengan Lay. Hanbi bahkan memunggunginya. Langkahnya limit mengingat busana anggun yang dikenakannya.

"Demi ibumu, Hanbi. Percayalah padaku!" undang Lay masih ingin meyakinkannya. Kerah sempit di lehernya semakin mencekiknya. Ia tahu waktunya tidaklah banyak.

Hanbi merendahkan bahunya, sedetik kemudian ia berbalik. Menatap Lay seakan ia menanyakan keseriusannya. Lay mengangguk. Tautan jemari Hanbi yang terlihat khawatir itu semakin meregang. Lay mengacungkan telapak tangannya perlahan dan Hanbi menyadari itu. Hatinya tergerak tapi syarafnya enggan menanggapi.

"Peganglah tanganku! Aku akan berusaha membuatmu baik-baik saja. Aku tidak berjanji. Tugasku hanya bekerja. Beban di pundakku tidak akan hilang untuk sebuah pekerjaan yang konyol. Ayolah!" Lay semakin mendekatkan telapak tangannya.

"HANBI, KAU LAMA SEKALI? SEDANG APA KAU?"

***

Flashback

"Bukalah matamu! Ini aku, Lay!" ucap Lay berbisik.

Getaran hati Hanbi karena cemas kini memudar. Ia menatap Lay yang berada tepat di depan matanya. Mata Hanbi bergerak-gerak menandakan Lay harus membuka bungkaman di depan mulutnya.

"Ah, maaf!"

Setengah menit kemudian Lay berbicara, "Gila, ayahmu benar-benar gila. Dia menyebar pasukan di sekitar komplek apartemen bahkan di dalam gedung ini. Untung saja aku berhasil bertemu denganmu." cerita Lay bersemangat. Ia bahkan tidak perduli Hanbi sedang memperhatikannya tanpa niat.

"Kalau tidak ada yang penting, aku akan pergi." ucap Hanbi sesaat Lay mengatupkan mulut cerewetnya.

"Tunggu Hanbi!" sahut Lay merentangkan sebelah tangannya di depan Hanbi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MISSION EIGHT (8)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang