INTRO

1.7K 199 6
                                    


Melodi khas gedung sekolah itu berbunyi bertanda waktunya pulang sekolah bagi siswa tingkat sekolah dasar di Hanyang School. Sekolah elite para putra putri konglomerat ternama di Korea. Yah, mereka datang tak hanya dari Seoul. Banyak juga pengusaha dari Busan dan Daegu yang menyekolahkan anak mereka disini.

Seorang gadis cilik berusia 9 tahun tengah berjalan cepat di sebuah lorong gedung beriringan dengan teman-temannya yang lain. Langkahnya tegas dan meliuk-liuk bak seorang model. Penampilannya bahkan lebih menonjol dari anak lainnya dengan mengenakan sepatu jinjit kecil dan sebuah bando berwarna emas di kepalanya yang katanya seharga dengan tas branded keluaran Dolce & Galbana. Ia putri seorang pengusaha Mansion terkenal di Korea Selatan.

"Hanbi!!!"

Seorang anak laki-laki tinggi berperawakan kecil menghampirinya dari belakang sambil berlari. Langkahnya mendahului gadis ini hingga ia harus berhenti memandang malas anak laki-laki di depannya.

"Maukah kau menjadi kekasihku?"

Anak laki-laki itu bersimpuh bertumpu pada satu kakinya dan menodongkan sebuah bunga mawar merah di depan gadis bernama Hanbi itu dengan senyum lebar hingga menyipitkan matanya. Hanbi memutar bola matanya jengah.

"Kau pikir aku mau? Ceh!!" Gadis itu membuang bunga yang ada di tangan anak laki-laki itu kemudian menginjaknya.

"Dengar ya, aku bukan gadis murahan! Hemh!!"

Hanbi menghentakkan kakinya keras sambil menyilangkan kedua tangan di dadanya. Ia melangkah menghindari anak laki-laki itu dan menyibakkan rambut panjang bergelombangnya kasar hingga mengenai wajah anak itu.

"Bi-ah, aku akan berikan apapun yang kau mau asalkan kau menjadi kekasihku." Anak laki-laki itu masih bersikeras meminta Hanbi. Ia bahkan mengikutinya sampai depan gerbang sekolah.

"Sudah kubilang berkali-kali Yifan, aku tidak mau!"

Karena kesal gadis itu mendorong Yifan hingga jatuh dengan bokongnya yang menyentuh lantai duluan. Lalu melempar pandangan darinya dengan sombong kemudian berlalu pergi menuju mobil Porsche Carrera GT yang merupakan hadiah ulang tahun dari kakeknya bulan lalu. Seorang Pria berjas dan berkacamata hitam di samping mobil itu langsung membuka pintu dan mempersilahkan gadis itu masuk. Tak lama kemudian berlalulah mobil itu dengan suara rendah khasnya.

"Apa kau ini bodoh?"

Seorang anak kecil sebut saja temannya memandang Yifan sombong sambil menyengirkan bibirnya. Sekon berikutnya anak itu mengeluarkan tangannya dan mengacungkannya di depan Yifan yang masih terduduk di lantai.

"Terima kasih"

"Tidak perlu repot-repot terima kasih. Kau tahu dia menolakmu berkali-kali tapi masih saja kau mengejarnya." Anak itu menasehati bak orang dewasa. Ia memasukkan kedua tangannya di saku celananya malas setelah adegan membantu Yifan berdiri.

"Itu karena dia menyukaimu Gege!" Yifan merengek.

Anak itu justru menyengir sesaat lalu tiba-tiba menunjukkan tinju di belakang kepalanya dengan melotot.

"Hanbi itu sepupuku!" lalu menurunkan tinjunya jengah.

Anak yang Yifan sebut gege itu beranjak pergi setelahnya. Berjalan tegas sambil komat-kamit menyeramahi tuduhan Yifan padanya. Ia menyesal telah menolongnya.

"Hey, Xi Luhan! Aku belum selesai bicara." Teriak Yifan dari jauh.

~~~

Mobil Hanbi telah memasuki halaman depan rumahnya anggun. Namun suara teriakkan dari luar membuyarkan lamunannya. Hanbi menengok ke arah samping kaca mobilnya lalu beralih ke kaca belakangnya karena mobil itu melaju tanpa berhenti. Ia terperangah melihat ibunya sendiri tengah diseret oleh beberapa orang pengawalnya kasar.

"Eomma!" teriaknya.

Hanbi panik, ia berusaha meraih pintunya namun tiba-tiba suara 'KLIK' membuat pikirannya semakin kalut. Sopirnya sengaja mengunci gadis itu di dalam mobil menyaksikan aksi kekerasan pada ibunya sendiri. Dan betapa kagetnya Hanbi, yang tiba-tiba melirik kaca spion dan muncullah ayahnya membawa sebuah rantai dan tongkat kayu di tangannya. Samar-samar ia mendengar rintihan dan teriakan ibunya di sana. Ia tidak bisa melihat adegan itu dengan jelas karena para pengawalnya sedang mengerumuninya.

"Eomma!" Hanbi menjerit.

"Buka pintunya! Buka!!"

Hanbi memukuli sopirnya yang mengabaikkan perintahnya begitu saja. Pria itu tak tampak kesakitan saat Hanbi memukulnya bertubi-tubi bahkan dengan menggunakan tasnya sekalipun.

"Wanita jalang!"

Hanbi menoleh kebelakang cepat setelah mendengar teriakkan ayahnya. Entah apa kesalahan ibunya mengapa ayahnya menghukumnya sekeji itu.

Apa ibunya berbohong?

Apa ibunya mencuri?

Apa ibunya melukai ayahnya?

Apalagi yang harus Hanbi pikirkan? Dia masih anak-anak.

Yang dia tahu ibunya sangat baik padanya, ia menyayangi ibunya. Tapi kenapa ayahnya justru menghukum ibunya yang bak malaikat itu?

"EOMMA!! HUAAA....."

Hanbi berteriak sambil menangis saat ibunya di masukkan paksa ke dalam mobil Van yang setau dia ayahnya tidak pernah punya yang jelek seperti itu. Tangisan Hanbi memenuhi atmosfer dalam ruangan mobil itu. Supirnya bahkan tidak terganggu dengan suara bisingnya. Ia memukul-mukul kaca mobil belakangnya dan berharap bisa pecah dengan tenaganya yang masih anak-anak itu.

.

.

.

.

.

"EOMMA!!!"

Seorang wanita tengah terbangun dari mimpi buruknya untuk yang kesekian kali. Bahkan hampir setiap malam mimpi itu muncul. Ia terduduk di ranjang di kamarnya remang-remang yang bercahaya lampu tidur. Wajahnya tampak pucat dan keringat mengucur di sekujur tubuhnya. Nafasnya terengah-engah seperti habis memenangkan lomba lari sprint 1000 meter.

"Eomma, kau dimana?"

.

.

.

[INTRO-END]

Author's note:

Jangan lupa vote yapss..

👇
🌟

MISSION EIGHT (8)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang