1. Kafe

526 43 15
                                    

Giana sekarang sedang berjalan dengan tergesa-gesa. Ia baru saja menghampiri kelas kakaknya bemaksud mencarinya, namun kakaknya tidak sedang berada di kelasnya.

Akhirnya ia pergi dari kelas tersebut dan berinisiatif untuk mencari di tempat lain.

Sambil mencoba menelepon kakaknya, ia menuruni anak tangga menuju lantai dua tanpa memperhatikan sebuah genangan air yang berada di anak tangga terakhir. Alhasil, ia jatuh tepat di akhir tangga tersebut.

"Aduh...!" ringisnya. Rasa kesal memenuhi kepalanya juga rasa sakit yang ia rasakan mulai merambat di pantatnya.

"Siapa sih yang gak ada kerjaan pake numpahin air di tangga?! Mana pantat gue nggak seksi-seksi amat, jadi makin rata deh!" ia mulai marah-marah.

Beruntung pada saat itu sedang jam istirahat jadi tidak banyak siswa yang berlalu-lalang di koridor lantai dua dan melihat kejadian memalukan tersebut.

Dari arah kirinya muncullah kakaknya. Saat matanya melihat Giana yang terduduk di depan tangga ia pun langsung berlari menghampirinya.

"Loh?! Lo kenapa bisa jatuh?" tanya kakaknya heran.

Mendengar suara kakaknya, Giana yang semula sedang mencoba untuk bangkit berdiri pun segera mendongak dan mendapati wajah bingung dari kakaknya.

"Taukk! Cepetan bantuin gue berdiri." Bentaknya.

Aldi yang takut akan dimarahi lagi langsung mengulurkan tangannya yang juga disambut Giana.

Setelah Giana berdiri dengan sempurna, Aldi yang masih penasaran bagaimana adiknya bisa jatuh pun kembali bertanya.

"Kenapa bisa jatuh?" ia bertanya pelan dengan nada khawatir.

Giana yang semula sedang kesal pun jadi merasa bersalah karena telah membentak kakaknya yang mengkhawatirkan-nya.

"Tadi.. gue lagi nyari lo di kelas tapi taunya nggak ada, jadi gue mau nyari di tempat lain. Terus pas gue nurunin tangga, gue tuh lagi serius nelponin lo jadinya gue nggak liat ada genangan air di tangga situ makanya gue jatuh." Tuturnya menjelaskan secara rinci dan tidak marah-marah lagi.

"Terus lo nyari gue buat apa?" tanya Aldi.

"Gue cuman mau bilang, nanti pulangnya tungguin gue dulu soalnya gue masih ada urusan bentar sama Bu Yani, bisa kan?"

Aldi pun mengangguk, "Yaudah nanti gue tungguin, awas ya kalo lama."

"Siap bos." Ia nyegir dengan posisi siap. "Gue balik ke kelas dulu, Bye"

Tanpa menunggu jawaban dari Aldi, Giana pun berlari ke kelasnya. Ia sesekali meringis sambil mengusap pantatnya yang masih terasa nyut-nyutan.

Aldi yang melihat pun terkekeh kemudian ia menaiki tangga menuju kelasnya yang ada di lantai tiga.

✴✴✴

Buru-buru Giana menyusuri halaman sekolah menuju ke parkiran karena jam pulang sudah berbunyi dari tiga puluh menit yang lalu namun ia baru saja menyelesaikan urusannya dengan guru Fisikanya itu.

Dari kejauhan ia sudah melihat Aldi yang sedang duduk manis di atas motornya. Giana pun sedikit berlari menuju Aldi.

"Kak Aldi!" ia menepuk bahu Aldi dari belakang yang langsung membuatnya menoleh.

"Lama amat." Balas Aldi dengan mata memicing.

Giana menyengir. "Ya maaf, tadi gue masih bahas persiapan buat lomba biologi nanti sama Bu Yani."

GianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang