3. Sahabat setia

136 24 4
                                    

Perlahan Reno mulai menghentikan motornya di depan gerbang rumah Ester. Setelah turun, Giana memperhatikan halaman rumah Ester untuk melihat kendaraan teman-temannya. Ternyata mereka belum sampai dan Giana pikir wajar saja, karena kecepatan mengendarai motor Reno lebih cepat dari ketiga sahabatnya.

Dilla dan Olin sama-sama mengendarai mobil Olin karena rumah mereka yang dekat, sedangkan Ester menggunakan motor maticnya sendiri.

"Lo duluan aja. Gue bisa nunggu di dalam kok." Ucap Giana.

Reno tampak melirik keadaan sekitar. Jalanan di sekitar rumah Ester tampak sepi begitu pun dengan rumah Ester. Tampak seperti tidak ada seorang pun di dalam sana dengan keadaan pintu yang tertutup.

"Lo yakin? Kayaknya di dalam nggak ada orang." Reno pun turun dari atas motornya.

Giana menggaruk kepalanya, "Ehm, nggak tau juga sih,"

"Gue temenin aja. Nanti lo pulang sama siapa?" tanya Reno.

"Ah. Biar nanti gue telpon mama aja atau nggak Kak Aldi." Sahutnya cepat. Reno pun mengangguk.

"Mmm.. makasih ya." Ucap Giana pelan namun masih bisa di dengar jelas oleh Reno.

Reno diam lalu ia tersenyum kecil. "Buat?" tanyanya dengan nada geli, satu alisnya juga di naikkan. Giana malah mengaitkan jari-jarinya menahan degupan jantungnya kala mendengar suara Reno ditambah raut wajahnya yang nampak mempesona.

"Buat yang tadi, pas Kak Aldi berantem sama udah nganterin gue kesini. Makasih banget." Ucapnya namun kali ini lebih jelas. 

"Iya." Sahut Reno.

Tin tin...

Tiba-tiba suara klakson mobil Olin mengagetkan mereka berdua. Ternyata ketiganya teman Giana sudah tiba dan sekarang Ester sedang membuka pagar rumahnya.

Reno pun mengalihkan tatapannya ke wajah Giana. "Gue duluan." Ucapnya datar. Giana hanya mengangguk.

Setelah Reno pergi, mobil Olin masuk terlebih dahulu kemudian disusul Ester dengan motornya. Giana pun menjadi yang terakhir masuk ke dalam rumah Ester dan tak lupa ia menutup pagarnya.

✴✴✴

"Selesai! Wuhuuuu!!" seru Ester. Langsung saja mereka bertiga berdiri, bersorak gembira karena tugas rangkuman mereka akhirnya selesai. Namun tidak dengan Giana, ia hanya duduk diam sambil menopangkan dagunya dengan tangan kanannya. Bantal berbentuk bulat dengan wajah Chanyeol milik Ester ia jadikan alas untuk sikunya.

Ia masih memikirkan masalah Reno yang mengantarnya karena disuruh oleh Aldi. Seharusnya ia tidak perlu berharap kalau Reno benar-benar memperhatikannya, buktinya baru kali ini ia bisa pulang bareng sama Reno. Ditambah masalah Aldi yang tadi siang berantem di sekolah semakin membuat Giana murung.

Setelah selesai loncat-loncat di atas kasurnya Ester, ketiganya pun duduk kembali di karpet biru yang ada di lantai dan mulai mengatur nafas masing-masing.

Ester menatap wajah Giana yang terlihat sangat muram. Akhirnya ia pun mendekati Giana.

"Lagi mikirin apa sih? Kok mukanya kusut banget?"

"Hah? Nggak kok, biasa aja." Sanggahnya sambil meraba-raba wajahnya.

"Iya, lo lagi kepikiran soal Kak Aldi?" tanya Ester dan tanpa mereka sadari Dilla dan Olin pun mendekati keduanya.

Giana menundukkan kepalanya, "Iya."

Ester pun menghela nafas pelan. "Kita juga nggak tau kenapa Kak Aldi bisa berantem, tapi gue yakin pasti ada alasan kuat buat dia karena menurut gue gak mungkin Kak Aldi itu mau berantem gitu aja tanpa ada sebabnya."

GianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang