29. Perpustakaan

62 6 6
                                    

Jangan lupa vote dan komen😊😆

✴✴✴

Dua minggu setelah resmi jadian, Giana dan Asta banyak menghabiskan waktu bersama meski hanya dengan melakukan hal-hal biasa. Mulai dari berangkat dan pulang sekolah bareng, makan di kantin bareng, dan juga sesekali Asta mendatangi Giana di kelasnya sekedar menyapa lalu pergi tanpa melakukan interaksi yang berlebihan.

Hubungan mereka masih belum diceritakan pada siapa-siapa. Tidak ada niat untuk merahasiakannya, mereka hanya merasa tak penting juga bila harus memberitahu orang lain perihal hubungan asmara mereka. Tapi, tentunya mereka akan menjawab yang sejujurnya bila ditanyai mengenai hubungan yang sedang mereka berdua jalani.

Hari ini adalah hari Kamis dan kebetulan kegiatan belajar mengajar atau biasa disebut KBM untuk hari ini hanya berlangsung sampai jam istirahat saja dikarenakan ada rapat guru menjelang ujian akhir semester ganjil yang akan dilaksanakan hari senin minggu depan maka dari itu, Giana dan Asta memilih menghabiskan waktu di perpustakaan. Keduanya duduk berhadapan dalam ketenangan sembari fokus pada buku bacaan masing-masing.

Giana memilih membaca sebuah novel remaja sedangkan Asta memilih membaca sebuah buku yang membahas tentang nuklir, atom, dan sebagainya.

Asta sempat menawarkan Giana untuk membaca sebuah buku yang membahas tentang sejarah industri perfilman karena ia tahu Giana sangat menyukai film namun Giana menolak dengan cepat dengan alasan ia ingin rileks. Ia ingin mengambil jeda untuk bersantai sejenak sebelum harus menghadapi ujian semester senin nanti dan tak ingin membaca bacaan yang terlalu berat.

"Aku kok jadi kesel baca novel ini," Giana mencebikkan bibirnya. Tubuhnya kini ia sandarkan sepenuhnya pada sandaran kursi, novel yang ia baca juga telah ia tutup dan ia taruh di atas meja di hadapannya.

"Kenapa gitu?" tanya Asta.

"Aku gak suka sama ceweknya, dia tega banget ninggalin cowoknya cuman demi nurutin kemauan ayahnya yang udah jodohin dia sama cowok lain." Kata Giana.

"Kan itu cuman cerita, Gi," ucap Asta sambil menaruh bukunya di samping novel yang dibaca Giana tadi.

"Yah tapi kan tetep aja, aku yang baca jadi ikutan sedih,"

Asta memajukan posisi duduknya, ia mengusap kepala Giana membuat tatapan Giana tertuju padanya.

"Siapa suruh nolak buku yang aku kasih,"

"Ihhh... kan udah aku bilang, aku maunya baca novel,"

Asta mengangguk-anggukan kepalanya, "yaudah, ayo kita pulang sekarang."

Giana diam, ia hanya menatap Asta yang perlahan bangkit dari kursinya dan menunggu Giana untuk ikut berdiri. Dalam hati Giana merasa sedih, bukan hanya karena novel yang ia baca tadi tetapi juga karena Asta.

Giana sangat berharap Asta mau mengajaknya jalan-jalan. Ia ingin sekali-sekali diajak Asta nonton, pergi ke pasar malam, atau sekedar main ke rumahnya Asta sama seperti yang biasanya dilakukan oleh pasangan-pasangan lain.

Sejauh ini mereka hanya saling bertemu di sekolah dan mereka berdua sama-sama paham dan mengerti bahwa sekolah bukanlah tempat untuk memadu kasih, maka interaksi keduanya pun tak pernah berlebihan dan kurang terlihat seperti dua insan yang sedang kasmaran. Dan Giana merasa kurang puas dengan rutinitas tersebut.

Giana akhirnya tersenyum pasrah. Dalam hati ia berkata mungkin belum waktunya  keinginannya itu bisa tercapai. Perlahan ia berdiri meski dengan wajah yang sedikit cemberut.

Melihat tingkah Giana yang sedikit ogah-ogahan untuk pulang membuat Asta mencubit pipinya pelan dan tepat pada saat itu muncul Dilla dan Ester yang baru masuk ke perpustakaan dan hendak menyusuri rak-rak buku.

GianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang