30. Permintaan

71 4 11
                                    

Jangan lupa vote & komen😄

✴✴✴

"Because I could watch you for a single minute and find a thousand things that I love about you."

- unknown

✴✴✴

Malam harinya, Giana dan keluarganya sedang asyik menonton sebuah acara komedi di televisi. Posisi mereka ialah, Giana duduk di atas karpet sambil meluruskan kedua kakinya, di sebelah kanannya ada Aldi yang duduk dengan dua kakinya yang ia silangkan dan sesekali mengganti-ganti posisi duduknya karena takut kakinya kesemutan. Sedangkan Aline dan Ferdinan sama-sama duduk di atas sofa dengan Aline yang bersandar manja pada bahu kiri suaminya itu.

"HAHAHAHA. Buat apa coba celananya sebelahnya panjang terus yang sebelahnya lagi pendek. Kepalanya juga ditaruh kemoceng warna-warni gitu etdah,"

"Sumpah ini orang totalitas banget buat malu-maluin dirinya sendiri." Sambung Giana.

Di tengah gelak tawa keduanya, Aline sedari tadi terus-terusan memaksa Ferdinan untuk bertanya pada Giana perihal hubungannya dengan Asta.

"Ayolah, Pa, tanya sama Giana, mereka berdua beneran pacaran apa enggak. Kalau tadi dia jawab iya cuman karena pingin bercandain mama gimana?"

"Buat apa ditanya sih, Ma. Kan nggak masalah juga kalau mereka pacaran." Ferdinan menolak dengan halus tapi Aline tetap tak mau menyerah.

"Bukan begitu, Pa. Giana kan anak perempuan kita satu-satunya dan dia juga belum pernah pacaran sebelumnya. Kita nanya juga nggak apa-apa kan biar dianya mau terbuka sama kita. Kalau kita nggak mau nanya terus nanti Giana juga diam-diam terus gimana?"

Ferdinan tersenyum mendengar jawaban istrinya itu. Ia rasa alasan yang diberikan Aline hanya digunakan untuk mendukung rasa keponya saja. Akhirnya Ferdinan mengalah dan mulai membuka suara.

"Giana, papa boleh tanya sesuatu nggak?" Pertanyaan Ferdinan membuat Giana menoleh dan sedikit tertawa.

"Boleh, ada apa, Pa? Kok cara papa minta ijin buat nanya kayaknya cara kak Aldi pas mau nembak kak Metta sih?"

Aldi menyenggol kaki kanan milik Giana dengan kaki kirinya, "he! Sok tahu banget jadi manusia. Urusan pacaran gue pake diungki-ungkit segala,"

"Ihh emang bener kok. Kak Metta sendiri yang cerita ke gue," balas Giana tak kalah sengit dengan mimik wajah meledek pada Aldi.

Ferdinan hampir saja lupa apa yang hendak ia tanyakan gara-gara pertengkaran kecil kedua anaknya namun, tepukan tangan Aline di dadanya membuat ia sadar akan hal yang hendak ia tanyakan pada putrinya itu.

"Kamu udah pacaran ya sama si Asta itu?"

Mata Giana membelalak, ia tak menyangka papanya bisa tahu secepat ini.

Pasti mama yang aduin ke papa. - batin Giana

Sebenarnya tak masalah juga bagi Giana jika papanya tahu tentang hubungannya dengan Asta tapi, mereka juga baru beberapa minggu jadian jadi ia rasa belum terlalu penting untuk diketahui oleh kedua orang tuanya.

Di sisi lain, terdapat sosok lain yang sama-sama terkejut seperti Giana. Cowok yang malam itu memakai baju berwarna hijau itu sontak berdiri dan langsung memberi Giana pertanyaan dengan heboh.

"Hah?! Ehh ... beneran dek lo udah pacaran sama Asta? Sejak kapan? Kok gue nggak tahu? Kurang ajar banget si Asta, nembak adek gue nggak pake ijin dulu sama gue,"

GianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang