31. Asta ketemu Mama

41 7 4
                                    

Jangan lupa vote & komen😉

✴✴✴

"Jadi, udah berapa lama kalian pacaran?" Aline bertanya setelah meletakan minuman dan cemilan di hadapan Asta dan Giana.

Giana menatap heran, "Ma, kan semalam udah Giana kasih tahu. Kita baru jadian dua minggu, masa mama lupa sih?"

"Udah kamu kasih tahu?" tanya Asta pada Giana sambil berbisik.

"Hah? Iya, soalnya semalam tuh aku diinterogasi sama papa. Papa juga jadi kepo gara-gara disuruh tuh sama mama." Giana tersenyum miris. Salahnya juga lupa memberitahu Asta kalau sebenarnya keluarganya sudah mengetahui hubungan mereka.

Di hadapan mereka, Aline tersenyum simpul melihat interaksi kecil keduanya. Sangat lucu melihay mereka duduk dengan menjadikan tas Asta sebagai pembatas di antara mereka. Entah sengaja atau tidak, tapi sepertinya mereka sendiri juga tidak menyadarinya.

"Mama sengaja tanya biar bisa dengar suaranya Asta. Dari tadi Astanya cuman diam. Jangan-jangan dia takut lagi sama mama," ucap Aline lalu ia tertawa sendiri karena ucapannya itu.

Giana melotot mendengar alasan mamanya. Sungguh alasan yang sangat tidak bisa diterima - pikir Giana.

"Nama lengkap kamu siapa?" tanya Aline.

"Rainasta Manuel, tante."

Aline mengangguk-anggukan kepalanya mendengar jawaban Asta. Kemudian, ia terpikirkan lagi untuk kembali bertanya.

"Yang dulu namain kamu waktu lahir pasti papa kamu ya?"

Asta kemudian menjawab, "iya, tante."

Seketika Aline mejadi lebih bersemangat dari sebelumnya. Ia seperti baru saja mendapatkan sebuah peti harta karun yang penuh dengan emas.

"Berarti sama dong kayak Giana. Namanya juga dikasih sama papanya. Kalau Aldi baru tante yang kasih nama. Wuah, inilah yang namanya kekuatan takdir. Bisa sama gitu ya yang udah kasih kalian nama." Aline tertawa girang sendirian. Dan Asta juga ikut tertawa karena ucapan Aline. Sedangkan anaknya, Giana mendesah pelan di tempat duduknya. Ia ingin tertawa, tapi di sisi lain ia khawatir jika Asta tidak merasa nyaman.

Dan kebisuannya itu menarik perhatian Asta yang segera menatapnya namun, dengan cepat Giana menampilkan senyum manisnya pada Asta.

"Jadi, menurut Asta sejauh ini Giana itu pacar yang kayak gimana sih?" tanya Aline lagi.

Giana sudah tahu, mamanya tak mungkin hanya akan menanyakan hal-hal yang biasa-biasa saja. Untuk apa juga mamanya menanyakan perihal pandangan Asta padanya. Giana saja belum pernah bertanya hal demikian pada Asta.

Giana hendak saja bersuara dan mengganti pertanyaan itu untuk mencegah Asta menjawab, tetapi dengan cepat suara Asta kembali terdengar.

"Giana itu...,"

Bisa mati gue! - Batin Giana.

Entah bagaimana, ucapan Asta tiba-tiba terasa berhenti dan menggantung begitu saja di telinganya. Ia penasaran juga akan seperti apa jawaban Asta tentang dirinya. Refleks, telinganya menjadi lebih tajam dan perhatiannya difokuskan seluruhnya pada Asta.

"Dia pacar yang baik dan sangat perhatian. Sebenarnya, saya merasa nggak enak harus menilai anak tante," Asta melirik bergantian pada Aline dan juga Giana.

"Gak apa-apa, Giananya juga pasti penasaran cuman malu aja mau tanya ke kamu." Ucap Aline yakin.

Asta tersenyum, sifat Giana yang ceria dan easy going sangat persis dengan mamanya.

GianaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang