Pagi harinya saat Giana bangun, ia langsung dikejutkan dengan kehadiran Clara di dalam kamarnya. Gadis itu duduk tepat di samping Giana.
"Clara? Sejak kapan lo ada di sini?" tanya Giana sambil mencoba untuk duduk.
"Dari jam enam. Gue kira kalo hari minggu kayak gini lo bangun pagi buat olahraga padahal nggak." Sontak saja Giana melirik jam dinding yang ada di dalam kamarnya. Baru jam tujuh pikir Giana.
"Iya sih biasanya bangun pagi terus lari-lari dikit, tapi semalam gue capek banget, makanya baru bangun."
Mendengar penuturan Giana membuat Clara tersenyum. Dari balik punggungnya, ia mengambil sebuah kotak hadiah berwarna oranye dan dihiasi pita berwarna biru tua lalu diberikan kepada Giana.
"Tada!!! Nih gue bawa hadiah buat lo. Ayo dibuka." Seru Clara.
"Makasih!!!" Giana tersenyum. Ia menarik pita biru tersebut lalu membuka penutup kotak itu. Di dalamnya terdapat dua buah novel baru dan sebuah jam tangan berwarna hitam, kesukaan Giana.
Clara mengamati ekspresi wajah Giana. "Gimana? Suka nggak?"
Giana menatap Clara lalu ia mengangguk, "Suka bangettt... Makasih ya," Giana lalu meraih Clara ke dalam pelukannya.
"Gue juga punya hadiah buat Aldi sama Reno, tapi punyanya Aldi udah gue kasih tadi, sekarang lo bangun terus kita anterin hadiah punyanya Reno, Ayo!"
Giana terdiam. Dalam pikirannya, ia mulai memikirkan apa yang akan terjadi jika Reno bertemu Clara. Sampai akhirnya ia ingat kalau Clara sering chatan bersama Reno.
"Kenapa nggak lo anter sendiri aja?"
Clara melotot, "Nggak mau sendirian, ayo Gi..." Rengek Clara sambil menarik-narik tangan Giana tapi Giana masih tetap diam di tempatnya.
"Terus kenapa lo nggak pernah ngechat gue? Tapi cuman ngechat Reno?" tanya Giana lagi.
Seketika Clara tersenyum, sekarang ia duduk dan tak lagi menarik-narik tangan Giana.
"Gue kan mau kasih kejutan buat lo, jadi gue berusaha buat nggak ngasih kabar, biar pas gue datang jadi suprise. Tapi gagal," Ia mengingat kembali pertemuannya dengan Giana pada ulang tahun Tere semalam.
Giana menatap wajah Clara, tak ada yang disembunyikan di sana, jadi bisa disimpulkan bahwa Clara memang benar-benar ingin mewujudkan misinya tersebut den cara tidak mengirim pesan apapun kepada Giana.
"Gue juga minta sama Reno biar nggak ngasih tau elo."
Akhirnya Giana bangkit, tak ada gunanya juga ia mencurigai sahabatnya ini.
"Tunggu gue ke kamar mandi dulu."
Clara mengangguk, akhirnya Giana mau juga diajak.
"Oke sip."
✴✴✴
Sekarang mereka berdua sudah sampai di depan pintu rumah milik Reno. Perlahan, tangan Giana mulai mengetuk pintu berwarna putih tersebut.
Tak lama, pintu tersebut terbuka dan yang membukanya adalah mamanya Reno.
"Pagi tante..." Sapa Giana dan Clara bersamaan.
"Pagi juga, aduh tante kaget ada dua tamu cantik pagi-pagi begini." Ucapan Sarah membuat keduanya tersenyum.
"Reno ada?" tanya Clara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Giana
Teen FictionGiana adalah gadis yang belum pernah berpengalaman memiliki pacar dan terjebak dengan perasaan suka yang telah lama ia pendam untuk sahabat sejak kecilnya, yaitu Reno. Perhatian yang sering diberi oleh Reno menjadi pemicu utama ia terus berharap pad...