Benar kata dokter, pasalnya dua hari setelah kecelakaan yang dialaminya, kini kaki Giana sudah tidak sakit lagi namun masih tersisa sebuah lebam berwarna biru. Hal itu pastilah tidak dipusingkan Giana yang terpenting, sekarang kakinya tidak pincang lagi saat berjalan.
Di sofa ruang tamu, gadis berambut panjang itu sedang menunggu Reno untuk mengantarnya membeli beberapa peralatan untuk tugas praktek seninya yaitu alat-alat untuk melukis.
Giana mengenakan kaos santai berwarna hitam dan celana jeans panjang berwarna biru tua, sebuah tas kecil tersampir di pundak kanannya. Untuk sepatu, ia memilih sebuah flat shoes berwarna hitam.
Tak lama suara deru motor milik Reno sudah terdengar. Giana pun buru-buru membuka pintu rumahnya dan di saat yang bersamaan, tampaklah sosok Reno yang baru saja turun dari motornya.
Giana melongo saat melihat Reno warna pakaian yang digunakan Reno.
Warna baju hitam
Celana biru tua
"Kok? Warna baju sama celana kita sama sih?" ucap Giana sedikit heboh. Antara terkejut dan senang. Masa iya keduanya harus jalan dengan warna pakaian yang sama seperti ini. Kalau dianggap pasangan sih tidak masalah bagi Giana, tapi kalau dianggap anak kembar gimana? Yah walaupun wajah mereka nggak mirip-mirip juga sih.
Reno mengernyit lalu mengendikan bahunya. "Mana gue tahu? Udah buruan kita jalan." Ucap Reno santai kemudian ia berbalik ke motornya.
"Yaudah, tapi jangan malu ya kalo sampe diliatin orang-orang?" Giana memperingatkan Reno.
Reno menaikan alis kanannya. "Ngapain harus malu?"
Tanpa membalas perkataan Reno, Giana pun naik ke atas motor milik Reno.
✴✴✴
Sesampainya mereka di toko buku, Giana bukan sibuk mencari alat-alat melukis tapi cewek itu sibuk menjelajahi rak-rak buku yang berisikan novel-novel remaja.
Reno mulai tampak tidak sabaran ketika melihat gadis itu hanya mondar-mandir tanpa kunjung mengambil barang yang menjadi tujuan utamanya datang ke sini. Ia juga sedikit terganggu dengan tatapan orang-orang yang terang-terangan menampakkan senyum geli mereka saat melihat penampilan keduanya yang mengenakan pakaian yang warnanya sama.
"Lo ngapain sih dari tadi mondar-mandir terus? Lama banget."
Gerakan Giana langsung berhenti saat ia hendak menyentuh sebuah novel. "Gue lagi liat-liat novel. Lo nggak bisa liat emangnya?" ia malah balik bertanya.
Reno mengusap wajahnya kasar lalu ia berbalik dan meninggalkan Giana sendirian di dalam toko buku.
Giana sadar bahwa sedari tadi Reno sangat risih dengan tatapan orang-orang yang berlalu-lalang di hadapan mereka. Ia pun ikut tersenyum kala mengingat perkataan cowok tersebut sebelum mereka jalan ke sini.
"Katanya gak bakalan malu." Giana menggelengkan kepalanya lalu ia mengambil novel yang sedari tadi dipegangnya untuk dibayar. Dan kembali pada tujuan utamanya yaitu mencari alat-alat lukis.
✴✴✴
Setelah membayar belanjaannya, Giana berjalan menuju parkiran untuk menemui Reno. Dari jauh ia melihat Reno sedang memperhatikan layar ponselnya sambil bersandar pada motornya.
Giana pun berjalan mendekati Reno. Saat posisinya persis di hadapan Reno, ia pun melambai-lambaikan tangannya berusaha mendapatkan perhatian Reno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Giana
Fiksi RemajaGiana adalah gadis yang belum pernah berpengalaman memiliki pacar dan terjebak dengan perasaan suka yang telah lama ia pendam untuk sahabat sejak kecilnya, yaitu Reno. Perhatian yang sering diberi oleh Reno menjadi pemicu utama ia terus berharap pad...