sebelas

3.7K 112 0
                                    

Sudah 2 hari Radika tidak ada kabar, dia juga tidak masuk sekolah. Setiap kali Avreya menanyakan dimana Radika pada Cello dan Rubi, pasti mereka menjawab jika mereka juga tidak diberi kabar oleh Radika.

Bahkan kemarin Avreya datang ke rumah Radika, namun nihil. Disana tidak ada siapapun, hanya ada pembantunya. Kedua orangtua Radika sedang pergi ke Belanda untuk urusan bisnis bersama orangtuanya yang kebetulan memang bekerjasama.
Pembantu itu juga mengatakan bahwa Radika juga sudah 2 hari tidak pulang.
Hal itu semakin membuat cemas Avreya.

Avreya masih setia duduk dirooftop gedung sekolahnya padahal jam belajar sudah usai 1 jam yang lalu, ini sudah hari ke 3, namun Radika juga belum memberi dia kabar sama sekali.

"lo dimana sih dik. . ." desah Avreya.

Meski panas matahari sangat menyengat, namun tak sedikitpun Avreya berniat untuk beranjak dari duduknya.

Tiba-tiba pipinya terasa dingin, avreya menoleh kesamping dan menemukam botol minuman dingin menempel pada pipinya.

"gak takut makin item apa ? Siang-siang gini jemur badan," Anzhel duduk di samping Avreya .

Avreya sedikit terkejut, namun akhirnya dia dapat menormalkan jantungnya.

"hehe, gapap item yang penting manis" ucap Avreya percaya diri.

Anzhel tersenyum tipi,"PD kamu tinggi banget ya,"

Avreya hanya tertawa garing menanggapi ucapan anzhel, yang terkesan creepy ?

Anzhel menyodorkan minuman dingin itu pada Avreya,"nih buat kamu, aku tau kamu pasti haus."

Dengan senyum mengembang Avreya menerima botol itu dan meminumnya,

"aaahhh seger banget,,," kata Avreya setelah minuman itu tersisa setengah.

Anzhel memandang Avreya intens, tanpa sadar dia tersenyum tipis hanya dengan melihat Avreya melepas dahaganya.

Sepertinya ada yang salah dengan jantung Anzhel, kenapa jantungnya berdetak lebih kencang seperti genderang mau perang. Apa mungkin dia punya riwayat sakit jantung ? Sepertinya dia harus check ke dokter spesialis jantung besok.

"gue balik dulu ya zhel, udah jam balik nih" avreya menunjukan jam tangannya pada Anzhel.

"ya udah bareng aja,"

Tiba-tiba anzhel menggenggam tangan Avreya dan menariknya.

Tak bisa dipumgkiri bahwa Avreya sedikit terkejut dengan perlakuan Anzhel. Jantungnya astaga, rasanya sedang ada disco disana. Kenapa jadag jadug jeder seperti ini ? Bahkan Avreya tidak sadar bahwa dia sudah sampai didepan kelasnya.

"aku duluan ya re, kamu hati-hati ntar pulannya," kata Anzhel menyadar kan Avreya.

"eh, iya lo juga ya zhel," Avreya masuk ke kelas setelah Anzhel berlalu menuju kelasnya.

Dengan sedikit linglung avreya mengambil tasnya dan kemudiam keluar dari kelas yang sudah sepi itu, karena memang bel sudaj berbunyi sekitar 15 menit yang lalu.

****

Di rumah, kamar Avreya.

Avreya masih saja belum bisa mencerna kejadian yang tadi ia alami bersama Anzhel, rasanya sangat amazing banget.

Avreya memandang pergelangan tangannya yang tadi di genggam Anzhel, astaga bahkan genggamannya seakan masih terasa.
Bagaimana ini, rasanya jantung Avreya tidak mau di ajak kompromi, sedari terus saja berdisco ria.

Reya terus menyentuh dan memandang bekas genggaman Anzhel, tanpa tau bahwa Reta sudah berdiri di ambang pintu kamarnya dan menatap Avreya heran, sebenarnya ada apa dengan kembarannya itu ?

Dengan isengnya Reta pun berjalan mengendap-endap mendekati ranjang Avreya.

1

2

3

"DORRRRRRRRR" teriak Reta tepat di telingan Avreya.

" aaaaaaaaaa" jerit Reya karena kaget oleh teriakan reta.

"reta lo apa-apaan sih?? Kalau gua jantungan trus mati gimana ? " ucap Reya dengan sebal.

Sementara Avreta sudah tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi kagetnya avreya ,sungguh lucu sekali mukanya saat kaget itu.
Ah, seharunya tadi dia mengabadikan moment tersebut, agar sewaktu - waktu dia bisa mengancam Avreya dengan foto itu. .

Reya tidak tinggal diam melihat Reta tertawa puas melihatnya menderita, diapun bergerak lalu menerjang Reta, dan mulai dengan aksinya.

"mampus lo,,,"

"dsar saudara kembar jahat,"

"nih rasain nih,," kata avreya dengan jahatnya.

"ahahahhhaduhh seeeesesettopop re "

"'hahahhhhh"

Reta sama sekali tidak bisa berkutik, rasanya sangat geli sekali, dia bahkan sampai menangis, namun Avreya tidak mau berhenti begitu saja.
Biar saja kembarannya itu kapok sudan mengerjainya.

" Ya Ampunnnn,,," suara seorang perempuan membuat reya dan reta menghentikan aksinya.

Mereka menoleh ke arah pintu, dan

"MAMAAAAAAAA" jerit reya dan reta berbarengan lalu berlari menuju Verinica.

"mama reta kangen,,,"

" reya juga kangen mama"

"haduh kalian ini, udah pada besar tapi masih manja aja sama mama" kata verinica sambil mengusap lembut kepala kedua anaknya.

"uhhh kitaka kangen mama, mama lama banget sih di amsterdamnya," kaluh reta.

"mama kan nemenin papa kamu sayang," jawab verinica lembut.

"oh ya, papa ikut pulang nggak ma ? " reya mendongakan wajahnya agar bisa melihat verinica.

"belum, papa pulang masih 1 bulam lagi, soalnya proyek disana masih perlu pengawansan,"

Reta dan Reya mendesah kecewa. Lagi dan lagi mereka susah bertemu papanya. Meski di London dulu pun juga begitu, papanya akan sering berada di indonesia, itu sebabnya mereka pindah kesini. Namun setelah pindah puh, mereka masih jarang bisa berkumpul. Karena papanya yang selalu sibuk dan pulang larut malam.

"udah jangan sedih dong, kan mama udah pulang,"  ucap verinica berusaha menghibur kedua putrinya.

"ya udah mending sekarang kita turun kebawah, mama tadi beliin kalian makanan kesukaan kalian."

"beneran mah,?" tanya reya dengan mata berbinar.

Verinica mengangguk menjawab pertanyaan Avreya. Dan secepat kilat Reta dan Reya berlari menuju dapur.

Verinica sendiri hanya bisa tersenyum dan geleng-geleng kepala melihat kelakuan kedua putrinya yang masih sangat kekanak -  kanakan itu.

******

Maaf ya segini aja yang bisa aku tulis,

Maaf baru bisa update sekrang.

Ya ampun ini udah lama banget dari terakhri aku post.

Maaf kalo mengecewakan.

Jangan lupa VOTE AND COMMENT  ❤❤❤

My Bad Boy FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang