tiga belas

3.4K 105 2
                                    

"tau ga bi?" Agatha memandang Anzhel penuh rindu.

"apa tha?" anzhel balik bertanya pada Agatha.

"kamu adalah sosok yang slalu aku rindu. Di saat aku kacau cuma kamu yang aku ingat. Dan cuma karena aku ingat kamu ,aku jadi bisa ngerasa lebih baik" Agatha memandang Langit yang penuh bintang di halaman rumah Anzhel dengan senyum yang tidak pernah luntur dari bibir manisnya.

Anzhel hanya memandang Agatha datar,

Agatha mengalihkan pandangannya pada Anzhel,"kamu tenang aja,"  dia menyentuh tangan Anzhel.

"hati aku biar aku yang urus, aku gak maksa kamu buat nerima aku, karena aku sadar sesuatu yang dipaksakan itu akan berakhir dengan buruk," senyum itu masih belum mau luntur dari bibir manis Agatha.

"kamu tau kan tha ? Aku sayang sama kamu seperti aku sayang sama adik aku sendiri ." Anzhel mendekap erat tubuh mungil Agatha.

"iya bi, aku paham kok," Agatha mengeratkan pelukannya pada Anzhel.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang tengah memperhatikan mereka sedari tadi dengan emosi yang memuncak dan tangan mengepal.

Dengan langkah seribu Radika berjalan mendekati keduanya, dan tanpa ba bi bu, dia langsung memisahkan Anzhel dan Agatha secara paksa dan memukul Anzhel tanpa perduli dengan Agatha yang berusaha melerai dirinya.

"LO BRENGSEK ANJINGG" maki Radika, dan masih terus memukul Anzhel.

"RADIKA STOP, STOP STOP" Agatha berusaha menarik Radika, namun kekuatannya tidak sebanding dengan Radika.

Dan tanpa sengaja, tangan Radika mengenai Agatha, dia terjatuh terduduk. Dia hanya bisa menangis melihat Anzhel di pukuli Radika.

"raddiikaaa, berr
...berrrrheeenntii.... Stopppppp..." ucap Agatha tersendat karena menangis.

Setelah puas memberi pelajaran pada Anzhel, Radika menghentikan aksinya dan pergi begitu saja dari rumah Anzhel.

Awalnya Radika berniat meminta penjelasan pada Anzhel tentang kejadian di masa lalu, namun yang dia dapat malah mantan Sahabatnya dan Kekasihnya tengah berpelukan.

Hah kekasih ? Bahkan Radika rasa hubungan mereka sudah berakhir tadi siang di rooftop sekolah saat gadisnya membeberkan kejadian yang dulu.

Namun lagi - lagi, setelah melihat kejadian tadi, Radika jadi ragu apa benar yang di katakan Agatha di rooftop sekolah tadi adalah kenyataan ? Atau memang hanya akal - akalan mereka saja agar bisa bersama.

*

Radika membanting apa saja yang ada di dalam kamar Apartemennya.
Berteriak keras sekali untuk meluapkan kekesalannya, kekecewaannya dan amarahnya terhadap 2 orang yang pernah berarti dalam hidup radika.

Radika jatuh terduduk dilantai yang penuh dengan serpihan kaca, bahkan radika tidak takut sama sekali kalau kalau serpihan kaca itu akan mengenai dirinya.
Radika menunduk , menangis. Tidak tau menangisi apa, yang jelas Radika hanya ingin menangis untuk sedikit melegakan hatinya. Bukannya Radika cengeng sebagai lelaki, namun Radika juga manusiakan, Radikan juga punya hati dan perasaan. Meski dia selalu terlihat konyol di depan sahabatnya, dan bersikap sok kuat di hadapan musuhnya bukan berarti Radika tidak memiliki hati.
Bahkan saat ini Radika benar - benar rapuh, hatinya sangat teramat hancur saat ini.

"ke....ke...kenapa thaaaaaaaaa...." racau Radika sambil menjabak rambutnya sendiri.

"KENAPAAAAAAAAA...." Radika menyaut vas bunga yang ada di sampingnya dan melemparkannya ke kaca, seketika. Kaca pun pecah.

Radika bangun dan membanting dirinya ke kasur. Masih dengan menangis dan meracau. Radika masih tidak bisa menerima semua yang terjadi antara dirinya dan Agatha.
Hingga tanpa sadar perlahan kesadarannya pun menghilang di telan mimpi.

**

Hari ini, Radika kembali tidak masuk sekolah. Hanya gadis yang bersama Radika kemarin yang bersekolah.
Namun ada yang berbeda dari dia. Dia datang bersama Anzhel.

Avreya dan Avreta melihat Anzhel dan Agatha berjalan berdampingan dan sesekali tertawa dengan persaan yang berbeda.
Jika Avreta syok, ntah mengapa Avreya lebih merasakam kesal.

Dengan inisiatifnya, Avreta menarik Avreya dan mendekati Anzhel dan Agatha, " Hayyy zhel," sapa Reta.

"hay ta, " balas Anzhel.

"cieeehhh, pacar loh yaaaa ??? Kenalin donggg" kata Avreta sedikit menggoda.

Avreya diam saja, melihat kelakuan saudara kembarnya, toh tidak ada salahnya berkenalan dengan teman sekelasnya yang baru karena kemarin mereka tidak sempar berkenalan. Alasannya tentu saja karena Reya marah pada Radika yang sudah lama tidak masuk sekolah, namun saat masuk tiba - tiba malah menggandeng seorang perempuan.

"oh ya, kenalin dia Agatha, sahabat gue,"

Agatha tersenyum paksa, lalu mengulurkan tangannya "Agatha,"

"Avreta, panggil aja reta, dan ini kembaran tengil gua, namanya Avreya," Avreta menerima uluran tangan Agatha dan sekalian mengenalkan Avreya.

Avreya sendiri hanya tersenyum canggung.

"iya, aku sekelas kok sama Reya," jawab Agatha.

"ouhh, kok lo gak bilang kalo sekelas sama Agatha sih ?!" Avreta menutup mulutnya dan berbisik pada Avreya.

"yee, kan kemaren gua kabur sama loh, gimana sih " Reya menoyor kepala Reta,

"oh iya ya " Avreta menyengir tak berdosa.

"gobsss, emang"

"ya udah mendeng kekelas aja yuk tha, kitakan sekelas," Ajak Avreya.

"hem ya oke, duluan ya Bi,," dengan tidak rela Agatha meninggalkan Anzhel dan mengikuti Avreya ke kelas.

Avreta juga menarik Anzhel untuk ke kelas, meski sebenarnya Avreta masih agak canggung berdekatan dengan Anzhel setelah insiden di Club waktu itu. Tapi Avreta berusaha melupakannya dan menganggap itu semua tidak pernah terjadi. Bagaimanapun mereka satu kelas dan duduk bersama.

Sepanjang perjalanan menuju kelas. Avreya dan Agatha hanya saling diam. Selain baru berkenalan, Avreya sebenarnya agak tidak suka dengan Agatha. Entah mengapa perasaanya tidak enak. Jadi Avreya memutuskan untuk tidak terlalu akrab saja dengan Agatha.

"emm, re..." panggil Agatha memecah keheningan.

Avreya menoleh ke arah Agatha,"yaa,"

"lo sebenarnya ada hubungan apa sama radikaa, sorry bukannya gua kepo, tapi kemarin gua liat lo kayak marah gitu waktu gua duduk sama radika," Agatha mengatakannya dengan nada sedikit takut.

Avreya sedikit terkejut mendengar pertanyaan dari Agatha, "eh, gua cuma temenan kok, dan gua gak marah kemaren,"

Avreya tersenyum, dan berusaha meyakinkan Agatha.

"oouhh,,,"  Agatha menganggukam kepalanya.

"ya udah deh, gua kira lo lagi deket sama Radika," ucap Agatha dengan polosnya.

Avreya sendiri hanya diam, dan tidak mengomentari ucapan Agatha.

Setelah itu keadaa kembali hening. Hingga tanpa sadar mereka sudah sampai di kelas.
Avreya tetap duduk di depan bersama Vina, dan Agatha duduk di tempat Avreya dulu.

***********

HAPPY READING GUYSSS.

SEE YOU NEXT !

VOTE AND COMMENT YA ❤

My Bad Boy FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang