Tak. Tak. Tak
Suara hils yang beradu dengan lantai menggema di dalam ruangan dipenuhi dengan manusia dengan berjuta masalah.
Di depan sana, di lantai yang sama tetapi bagian yang berbeda banyak wanita sedang meliuk-liukan tubuhnya yang hampir tidak tertutup.
Tanpa ada rasa malu padahal disekitarnya adalah lawan jenis.Avreta berdecih melihat pemandangan didepan sana.
Dimana seorang lelaki bermata Hazel sedang mencium rakus wanita di depanya atau mungkin lebih tepat disebut jalang.
Ini bukan kali pertama dia datang ke club, tapi ini adalah kali pertama Avreta melihatnya diclub .Avreta pikir selama ini, dia adalah sosok lelaki baik-baik karena dia jarang sekali berbicara dan terkesan pendiam . Dengan langkah pasti Avreta mendekati lelaki bermata Hazel tersebut.
"gak nyangka ya cowok cuek-cuek mingkem kaya lo pergi keclub" ceplos Avreta , membuat lelaki itu menghentikan aktivitasnya.
Lelaki itu hanya menatap Avreta datar . Setelah itu kembali mengabaikan keberadaan Avreta yang dirasa sama sekali tidak penting. Akhirnya dia kembali melanjutkan aktivitasnya yang tertunda tadi.
Avreta menggeram kesal melihat kelakuan lelaki itu.
"apa kau tidak punya malu hah?" tanya Avreta sembari menarik tangan lelaki itu dan memutus paksa pagutan mereka.Lelaki bermata Hazel itu menatap Avreta dingin. Raut wajahnya sangat menyeramkan hingga membuat tubuh Avreta bergetar. Dengan sekali hentakan dia melepaskan cengkraman Avreta dan mentapnya tajam.
"apa masalahmu hah?" katanya sembari balik mencengkram lengan Avreta.
Avreta meringis menahan rasa sakit di lengannya. Berusaha agar tidak mengeluarkan rintihan.
Melihat Avreta hanya diam, akhirnya lelaki itu menarik Avreta keluar dari club tersebut lalu memasukannya ke dalam mobil.
"hei, apa yang kau lakukan Anzhel ?" teriak Avreta saat dirinya dimasukan dengan paksa kedalam jok mobil.
Anzhel hanya diam dan masih memaksa Avreta masuk.
"lepasakan aku, brengsek !"
"apa kau menculikku ?"
"TURUNKAN AKU ,BAJINGAN" teriak Avreta kesal karena sedari tadi Anzhel hanya diam menanggapi protesnya.
Avreta memukul-mukul lengan kiri Anzel. Bermsksud agar Anzhel mau menurunkannya.
"TIDAKKAH KAU BISA DIAM HAH ?" teriak Anzhel yang sudah cukup kesal dengan tingkah Avreta yang kekanak-kanakan.
Seketika Avreta menghentikan aksinya . Dia diam seribu bahasa di samping Anzhel dengan hanya bisa mengumpat dalam hatinya saja.
Setelah lama dalam perjalanan akhirnya Anzhel menghentikan mobilnya tepat dirumah Avreta.
Avreta bingung sendiri menatap Anzhel."kok ke rumah gue ?" tanya Avreta bingung.
"Turun..!",perintah Anzhel mengabaikan pertanyaan Avreta.
"dasar bodoh, trus mobil gue gimana ?", Avreta mendengus kesal.
"Gue bilang turun !" ucap Anzhel datar namun penuh dengan penekanan.
Tubuh Avreta meremang, dengan gemetar dia membuka pintu mobil Anzhel dan keluar dari sana.
Setelah keluar, dengan cepat Anzhel meninggalkan rumah Avreta.Avreta menarik nafas dalam dan melepaskannya, rasanya begitu lega terbebas dari pandangan mematikan Anzhel itu.
Sorot matanya begitu dingin dan tajam . Dia juga begitu kaku ,ah salah dia begitu hot tadi saat bercumbu mesra dengan jalang di club.Dan sekarang Avreta bingung apa yang harus dia lakukan untuk mencegah Avreya menyukai Anzhel. Karena Avreta pikir Anzhel itu buruk untuk Avreya.
Sebagai saudara kembar yang baik Avreta harus mengingatkan kembarannya agar berhati-hati dan jikalau bisa lebih baik tidak usah menyukai Anzhel saja.Beruntung saat ini Avreya sedang pergi dengan Radika selama 2 hari jadi untuk sementara rahasia Anzhel masih aman, tapi Avreta bertekad akan membuka semua perilaku buruk Anzhel didepan Avreya dan membuka paksa mata kembarannya agar dia sadar dia sudah salah menyukai lelaki.
••••••
Ditempat yang sama sebelumnya, sebenarnya ada Cello dan Rubi yang melihat semua kejadian antara Anzhel dan Avreta.
Mereka tidak mau mendekat karena itu memang bukan urusan mereka sama sekali.Lebih baik menjadi penonton setia saja.
Rubi dan Cello melihat bagaimana Avreta mendekati Anzhel dan men-judge Anzhel tanpa tau alasan Anzhel berbuat seperti itu.Mereka membiarkan semua kekacauan itu dan hanya berjaga jika keadaan lebih buruk mereka akan bertindak.
Tapi sepertinya semua baik-baik saja sampai akhirnya Anzhel menyeret Avreta keluar dari club.
Dengan sigap mereka berdua membuntuti Anzhel dan Avreta. Hingga akhirnya mereka tau Anzhel membawa Avreta pulang dan itu sudah melegakan.Setelah itu Rubi dan Cello kembali ke club, mereka tau mobil Avreta tertinggal disana.
"kunci...." Cello menadahkan tangannya pada Anzhel yang baru saja datang.
Anzhel merespon hanya dengan menaikan kedua Alisnya.
"mana kunci mobil Avreta, biar gue sama Rubi yang bawa" jelas Cello.
Akhirnya Anzhel memberikan kunci mobil itu dan melenggang masuk kembali ke club.Setelah mendapat kunci Rubi dan Cello bergegas masuk ke dalam mobil dan meninggalkan pelataran club tersebut.
Setelah menempuh perjalanan yang lumayan melelahkan, akhirnya mereka sampai di depan gerbang rumah Avreta.
"pak jono, buka pager pak.." seru Cello sambil berteriak.
"siap den," pak jono, dengan sigap membuka pagar untuk Cello.
Setelah memasukan mobil Avreta dalam garasi, cello berjalan menuju pos satpam menitipkan kunci.mobil Avreta. Karena ini sudah malam, dan tidak baik bila bertamu malam-malam.
"pak, nitik ya nih kunci mobilnya Avreta..." cello memberikan kunci mobil pada pak jono.
"iya den, nanti saya berikan pada non Avreta" pak jono menerima kunci mobil tersebut dan kembali menutup pagar setelah cello keluar dan kembali ke mobil Rubi yang hanya menunggu di depan gerbang.
"yuk cabut,,," kata Cello setelah masuk dalam mobil.
Perlahan mereka meninggalkan komplek perumahan Avreta dan berniat pulang ke Apartemen Cello.
••••••
Hayyyyyyyy
Ketemu lagi ya kita 😂
Muahhh 💋💋💋💋Jangan lupa vote n comment kaka ❤❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Boy Friend
Fiksi RemajaAvreya Quenna -terdengar klise memang jika tidak ada perasaan lebih antara sahabat yang berbeda kelamin. Yah, aku mencintai sahabatku sendiri meski aku baru menyadarinya sekarang, dan harapanku adalah bisa mendapat sekali lagi kesempatan untuk bers...