duapuluh

1.1K 43 5
                                    

Avreya terdiam, begitu juga yang lainnya.

Sementara orang yang baru saja memanggil Avreya semakin berjalan mendekat ke arah mereka.

"Gue boleh ngobrol sama lo?" tanya perempuan itu.

Avreya masih terdiam. Dia belum bisa mencerna semua kejadian ini. Apakah ini juga salah satu skenario yang direncanakan oleh Radika dan teman-temannya. Jika iya, sungguh dia ingin sekali marah saat ini.

Dia masih belum siap jika harus berhadapan dengan perempuan yang sedang berdiri mentapnya.

Avreya melirik ke arah Radika. Kemudian hanya diangguki olehnya, tanda bahwa Avreya harus mendengarkan apa yang ingin perempuan itu sampaikan.

Sementara teman-teman Avreya yang lain juga sama menatap Avreya penuh harap agar mau mendengarkan.

"Lo mau ngomong apa?" tanya Avreya to the point begitu mereka berdua sampai di parkiran kafe yang sepi.

Perempuan itu mengambil tangan Avreya kemudian meremasnya pelan.

"Gue minta maaf sama lo re! Gue sebenernya udah gak ada perasaan apapun sama radika sejak dulu. Gue tau kemarin gue bikin lo salah paham, tapi gue gak bermaksud gitu. Sekali lagi maafin gue ya re?" ucap perempuan itu dan memandang Avreya dengan mata berkaca-kaca.

Avreya menghembuskan nafas pelan, dia paling susah kalo ngadepin muka melas seperti ini "gue udah maafin lo tha, reta juga udah cerita sama gue tadi dan radika juga udah minta maaf sama gue."

"Makasih ya ree, lo baik baget" ucap Agatha yang langsung memeluk Avreya dan menangis.

Iya perempuan yang menghampiri Avreya dkk tadi adalah Agatha. Dan semua ini adalah rencana dari Avreta agar kesalahpahaman ini bisa cepat selesai.

Setelah cukup lama diluar, akhirnya Avreya mengajak Agatha masuk kedalam kafe untuk bergabung dengan yang lainnya.

"Yuk masuk aja tha, di luar dingin"

"Lo aja re, gue gak mau ganggu lo sama temen-temen lo"

"Ganggu apa sih elah, ngga kali! Ayok masuk aja!"

"Gue pulang aja re, lagian gue juga masih ada urusan dirumah" kata Agatha kembali menolak Avreya.

Avreya mendengus sebal karena Agtha menolak ajakannya "ya udah kalo lo tetep nolak. lo balik ati-ati ya"

"Iya pasti re, have fun!" setelah mengatakan itu Agatha pergi menjauhi Avreya dan menuju mobilnya.

Setelah memastikan Agatha pergi Avreya kembali kedalam dan bergabung dengan yang lainnya.

***

Semenjak malam itu Avreya dan Radika sudah tidak bermasalah. Agatha juga sudah berteman dengan yang lainnya. Mereka benar-benar hidup dalam ketenangan. Hingga tak terasa UN sudah di depan mata.

Tinggal seminggu lagi siswa kelas XII akan menjalani Ujian Nasional. Itu artinya mereka akan segera lulus dan melanjutkan kehidupan masing-masing.

Saat ini Avreya da Radika sedang duduk berdua di taman rumah Avreya.

"Kamu mau lanjut kemana dik habis ini?" tanya Avrey sambil memakan biskuit.

"Aku masih belom tau re, papa sama mama nyaranin aku buat lanjut ke Jerman. Tapi aku belom buat keputusan"

Avreya menunduk sedih mendengar bahwa Radika akan melanjutkan ke Jerman meski Radik belum memutuskannya, tapi kemungkinan itu pasti ada.

"Kamu sendiri gimana re?"

"Eh, aku kayaknya lanjut disini aja dik. Lagian juga aku belom ada setahun disini masa udah pergi lagi"

"Hmm iya juga sih, kamu kan pindahnya pas awal kelas 12 kemaren"

"Lagian kalo keluar papa sama mama belum tentu bolehin aku sendirian disana"

Radika mengelus puncak kepala Avreya.

"kamu disini aja gapap, sama papa mama. Biar mereka juga gak khawatir sama kamu." kata Radika memberi semangat.

Avreya tersenyum manis pada Radika. Dia bahagia bisa bertemu Radika sampai dengan saat ini.

My Bad Boy FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang