Rubi sudah sampai di rumah Radika sejak 15 menit yang lalu, sekarang mereka berdua sedang berada di kamar Radika.
Radika berbaring di ranjangnya sementara rubi mentapnya sedari tadi dari sofa.
"Lo kalo kesini cuma mau diem-diem doang mending lo pulang aja"_ ucap radika sembari duduk bersandar pada kepala ranjang.
Rubi masih bisu, setelah beberapa saat dia menghembuskan nafas kasar.
Dia lelah dengan situasi sekarang. Sebenarnya ini yang Rubi dan Cello khawatirkan sejak awal, sejak Radika menjadi dekat dengan Avreya.
Dia tau kalo pasti radika akan melukai avreya suatu hari nanti, tapi dia gak menyangkan kalo hari itu akan datang secepat ini.
Rubi menatap radika dengan tajam, sedangkan yang ditatap hanya acuh tak acuh.
"Lo jelasin ke avreya, semuanya" titah Rubi dengan suara tegas.
"Gue maunya juga gitu, tapi lo tau sendiri kan avreya gak mau ketemu gue sekarang" jawab radika dengan kesal.
Radika sudah mencoba semampunya untuk bertemu dengan avreya dan menjelaskan semuanya tapi avreya tidak mau menemuinya dan itu membuat radika semakin frustasi.
"Ya lu coba teruslah goblok! Masa gitu aja lu nyerah sih?!"
"Gue gak nyerah ya asal lo tau!!!"
"Trus kalo gak nyerah ini namanya apa?! Baru juga diriject, baru juga di tolak ketemu. Empyek emang dasar lo!!"
Emosi Radika meluap mendengar ejekan dari Rubi. Dengan refleks dia menarik kerah kaos yang dikenakan Rubi dan menatapnya tajam.
"OKE!!!Gue bakal buktiin kalo gue gak empyek kek yang lu bilang barusan!!" Radika sambil melepaskan cengkramannya.
Rubi tersenyum senang mendengar kata-kata Radika barusan.
Radika langsung beranjak dari kasurnya dan menyambar jaket denim yang tergantung di sofa lalu kaluar dari rumah.
Dia butuh waktu untuk menenangkan dirinya. Dia butuh pelampiasan. Tapi dia tidak tau harus melakukan apa saat ini.
***
Hari ini tidak seperti Radika yang biasanya. Hari ini hari senin yang artinya hari ini akan diadakan upacara, tidak ada yang aneh dengan itu. Yang aneh adalah dibarisan siswa itu terdapat Radika diantaranya. Berdiri dibarisan paling depan dan lebih anehnya lagi Radika menggunakan seragam rapi. RAPI!!!
Sangat-sangat tidak mencerminkan seorang Radika Varelino. Siswa troubelmaker di SMA 17 Jakarta, siswa yang katanya paling gilai oleh kaum hawa karena tampang ganteng dan kelakuan bad boynya.
Tentu saja ini adalah pemandangan yang sangat, sangat, sangat, sangat, sangat langka terjadi. Apalagi Radika melakukannya seorang diri. Sementara kedua sohibnya Rubi dan Cello berdiri dibarisan paling belakang dan memakai seragam acak-acakkan. Maksudnya gak rapi-rapi amat kayak Radika.
"Gila itu beneran radika?"
"Sumpah, demi apa Radika tobat???"
"Ya ampun, my handsome bad boy, sekarang udah jadi good boy"
"Gantengnya Radika ku,"
"Makin cinta deh, kalo radika jadi good boy gini"
"Tuhkan gue gak jadi move on dari radika"
Dan masih banyak lagi kalimat-kalimat pujian yang diterima Radika. Bahkan upacara harini berjalan tidak khidmat karena seluruh siswa perempuan menatap kagum kearah seorang Radika Varelino, tanpa terkecuali Avreya dkk.
Mereka yang notabene dekat dengan Radika saja syok melihat yang Radika lakukan saat ini. Benar-benar tidak mampu berkata-kata lagi.
Setelah upacara selesai mereka kembali menuju kelas masing-masing untuk kegiatan pembelajaran.
"Ini beneran Radika?" Cello memegang kedua bahu Radika, dan menatapnya tak percaya.
"Sumpah demi batagornya mang aang, lo kesambet apaan pagi ini dik?" kata Kenzi menatap Radika dari atas hingga bawah, yang benar-benar rapi banget.
"Lo gak lagi ngelindur kan dik?" kali ini Alexa yang bersuara.
"Lo sakit ya dik?" Rubi menyentuk kening Radika yang tidak panas sama sekali.
Sementara Avreya hanya menatap Radika sekilas, dan berlalu menghadap kedepan papan tulis. Saat ini Avreya masih duduk bersama Vina, dia masih marah dengan Radika.
Lalu Agatha hari ini tidak masuk sekolah. Tidak ada yang tau dia pergi kemana.
Radika memutar bola matanya malas menanggapi pertanyaan bodoh dari teman-temannya, dia mengabaikan semua pertanyaan itu dan mulai mengeluarkan bukunya dari dalam tas.
"Mending kalian duduk aja deh sana, liat tuh guru udah masuk" kata Radika menunjuk guru fisika yang baru saja memasuki kelas.
Selama pelajaran Radika memperhatikan dengan tenang. Sangat-sangat bukan style seorang Radika Varelino. Biasanya dia akan tidur atau main game jika masuk kelas, namun hari ini dia benar-benar memperhatikan penjelasan guru, mencatat dibuku dengan rapi dan tidak bersuara sama sekali.
Teman-temannya dibuat semakin keheranan, tidak terkecuali Avreya. Dia sangat-sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada Radika hari ini. Suatu keajaiban yang harusnya mendapat rekor muri dan masuk dalam catatan dimuseum Indonesia.
![](https://img.wattpad.com/cover/101840416-288-k170220.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Boy Friend
Roman pour AdolescentsAvreya Quenna -terdengar klise memang jika tidak ada perasaan lebih antara sahabat yang berbeda kelamin. Yah, aku mencintai sahabatku sendiri meski aku baru menyadarinya sekarang, dan harapanku adalah bisa mendapat sekali lagi kesempatan untuk bers...