Is It Real Or Not?

663 62 6
                                    

Masih seperti keadaan yang sebelumnya, Taeyong stres dan kehilangan akal. Namun, disamping itu selalu ada Jaehyun yang mendukungnya walaupun bukan dia yang ia harapkan. Ia hanya ingin Ten kembali, itu saja.

-

"Aku gila! Aku ingin Ten kembali! Hahaha aku harus menggali kuburan Ten dan menikahinya," seperti itulah tingkah Taeyong sekarang. Suka berbicara dan tertawa sendiri. Ia benar - benar sudah kehilangan kewarasannya, kadang Jaehyun khawatir dengan kondisi kakaknya itu. Sungguh tragis, ia gila karena cinta. Cinta sejati.

Seperti biasanya Taeyong mandi, dan kadang beraktivitas. Kembali ke gedung perusahaannya yang masih kokoh berdiri, ia senang mengambil beberapa foto Ten yang dulu. Ia juga sering terisak sendiri.

"Ten kau sungguh tampan seperti pangeran, seharusnya kau tak pergi dulu," ucap Taeyong sambil memandangi foto Ten.

"Ah, iya sekarangkan waktunya aku mengunjungi kuburanmu," Taeyong teringat akan jadwal mengunjungi kubur Ten.

Tak seperti kemarin yang sudah seperti orang zaman batu harus jalan, Taeyong menggunakan mobilnya kembali. Walaupun kadang ia tampak kurang waras namun sebenarnya ia masih waras kok, hanya saja ia stres.

Taeyong melajukan mobilnya dengan cepat, tak terlalu ramai. Dan asal kalian tahu, sekarang rencana pemerintah itu sudah berjalan. Hasilnya ada sekitar 100 bayi lahir dalam waktu kurun seminggu. Jaehyun saja sudah menikahi seorang gadis beberapa hari yang lalu, mungkin kini istrinya itu sedang mengandung anak Jaehyun. Tapi Taeyong? Sungguh, ia tak berminat kepada siapapun. Hanya Ten yang ia mau.

Srettt!!

Mobil Taeyong terpaksa harus berhenti saat didepannya ada seorang gadis, hampir saja ia menabraknya. Karena sebagai namja yang bertanggung jawab ia turun dan mengecek kondisinya.

"Apakah anda baik - baik saja, nona?" tanya Taeyong canggung.

"Iya, aku baik - baik saja," balasnya sambil menyipitkan mata bulatnya. Manis memang.

"Perlu saya antar?" tawar Taeyong karena ia merasa bersalah.

"Tidak usah, aku bisa pulang sendiri," tolaknya.

"Tak apa, aku ingin meminta maaf karena hampir saja menabrakmu," tawar Taeyong lagi, entah mengapa ia ingin sekali mengantar pulang gadis tersebut. Apakah dia menyukainya? Ah, tak mungkin hatinya masih menetap pada Ten. Namun jika ia membuka hatinya untuk orang lain?

"Baiklah jika kau memaksa," akhirnya gadis itu menurut dan langsung menaiki mobil Taeyong. Tak lupa ia membukakan pintu mobilnya untuk gadis itu.

Ada kecanggungan dan malu yabg menjadi satu saat anak Adam dan Hawa itu berada di dalam mobil. Ini baru pertama kalinya Taeyong mengendarai mobil bersama seorang gadis.

"Ngomong - ngomong nama anda siapa?" Taeyong akhirnya memberanikan diri untuk berbicara.

"Namaku Myungjoon," jawabnya agak grogi.

"Nama yang indah, oh iya namaku Jung Taeyong. Kau bisa memanggilku Taeyong,"

Untuk beberapa saat akhirnya Taeyong teringat bahwa ia lupa menannyakan dimana rumah gadis tersebut.

"Ehm, nona Myungjoon dimana rumahmu?"

"Oh, sama seperti tujuanmu," Taeyong dibuat agak bingung. Ia - kan ingin mengunjungi kuburan Ten. Mungkin Myungjoon juga ingin mengunjungi saudaranya yang sudah meninggal. Akhirnya ia tak bertanya lagi dan langsung menuju pemakaman.

Suasana sangat mendukung, pasalnya matahari tidak menyembunyikan dirinya dibalik awan. Daripada harus suram dan gelap, bisa - bisa ia tak jadi ke pemakaman karena ketakutan.

LIGHTS LIFE💥 •TAETEN•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang