"Kamu suka tempat ini Selena?"
"Bahkan aku sangat menyukainya. Tapi dari sekian banyak tempat, apa alasanmu membawa aku kesini?"
"Aku menyukai danau, aku menyukai sejuk, aku menyukai tenang. Aku ingin kamu tau bahwa aku suka semua ini. Aku bukannya ingin memaksamu ikut menyukai ini semua, tapi aku hanya ingin membawa orang yang aku sayang ke tempat yang aku suka. Kamu tau? Apa sekarang yang buat aku makin lebih lebih menyukai tempat ini?"
"Apa?" tanya Selena sambil tersenyum.
"Sekarang disini ada kamu. Kamu itu pelengkapnya." ucap Justin sambil mengalungkan tangannya di leher Selena.
"Aku semangat sekali saat kamu bilang mau mengajakku jalan-jalan. Sumpah Justin, aku penasaran bukan main! Ternyata kamu mau bawa aku kesini, ganyangka aku." ujar Selena.
"Kamu suka tempat ini?"
"Suka sekali!" seru Selena semangat.
"Kenapa bisa suka?" tanya Justin.
"Karena kamu yang membawaku. Hehehe."
"Aduh sayanggggg, itu pipi kamu jangan memerah, aku jadi mau menciumnya saat ini." ucap Justin dengan ekspresi yang dibuat-buat.
"Ih apa si! Lagi disini juga pake ngomong cium-cium. Gabo---"
CUP
Satu kecupan mendarat di pipi Selena. Membuat pipi Selena justru semakin memerah seperti pipi badut.
"Udah gausah malu gitu. Aku ini kan pacar kamu, udah jadi hal biasa kan aku cium pipi kamu?"
"Iya Justin tapi aku hanya kaget karena kamu melakukan dengan tiba-tiba." ucap Selena.
"Selena..." lirih Justin.
"Bisa kamu pandang aku dengan waktu yang lama?" tanya Justin.
"Ehem, harus lama ya?" tanya Selena.
"Iya harus. Bisa?" tanya Justin. Selena merupakan cewek yang tidak bisa memandang wajah kekasihnya begitu lama. Apalagi jika dia harus memandang matanya.
"Engga bisa, Justin." ucap Selena lalu mengerutkan bibirnya.
"Bisa. Ayo lakukan sekarang." Justin mengambil dagu Selena dan mendongakannya agar Selena langsung tepat memandang Justin. Selena yang diperlakukan seperti itu tentu terkejut dan hanya bisa diam sambil memandang Justin sesuai dengan perintah darinya.
"Sayang, aku mau bicara penting sama kamu. Aku mohon kamu jangan mengatakan atau memotong pembicaraan saat aku sedang berbicara."
"Aku mulai ya? Aku mencintaimu dari 10 bulan yang lalu, dari awal kita berpacaran. Bukan rasa biasa yang aku punya untukmu. Dari awal aku menjadikan kamu kekasih, bukan niat main-main yang aku punya. Selenaa.. Aku ingin serius dengan kamu. Aku ingin kamu menikah dan menjadi istriku. Istriku yang pertama dan terakhir. Apakah kamu mau? Aku ingin kamu menjawabnya saat ini."
"Justin?" Selena tidak menyangka dengan apa yang barusan dikatakan kekasihnya. Secepat itu Justin ingin menjadikan Selena istrinya? Padahal usia pacaran mereka belum sampai satu tahun.
Seharusnya tidak ada pertimbangan dalam menentukan jawaban Selena. Tetapi karena satu penghalang, semua menjadi harus dipertimbangkan lagi oleh Selena sendiri. Kenapa begitu? Bukan karena Selena engga sayang Justin selama ini. Bukan karena Selena belum siap menikah. Semua jawaban itu salah, Selena hanya takut Justin nantinya akan terjebak oleh istri yang mempunyai penyakit yang mustahil bisa sembuh.Bukannya menjawab, Selena justru memasang raut wajah sedih dan mengeluarkan air mata. Membuat Justin bingung.
"Sayang? Kenapa menangis? Aku sedang melamarmu sayang." ucap Justin sambil memegang pipi Selena yang sudah basah.
"Aku bahagia, Justinn.." Sesungguhnya air mata itu bukan sepenuhnya air mata bahagia, tetapi juga ada air mata kesedihan.
"Iya sayang aku tau. Aku mau tau jawaban kamu sekarang." ujar Justin. Mendengar itu Selena memejamkan matanya lama.
"Sayang?" tanya Justin. Selena membuka matanya dan keluar lagi air matanya.
"Sayang apa air mata itu menandakan kamu menjawab iya?"
"Yatuhan bagaimana ini? Justin ingin menikahi seorang wanita berpenyakit seperti aku. Yatuhan aku sangat ingin menjadi orang yang dia sebut istri, tapi rasanya akan menyakitkan kalau jadi dia kalau aku menjadi istrinya. Bagaimana ini? Aku bingung.." ucap Selena dalam hatinya. Dia benar-benar tidak tau harus gimana.
"Selena? Aku meminta jawabanmu loh, kenapa gaada satupun jawaban yang keluar dari mulut kamu?"
"Justin.."
"Apa Selena? Kamu sudah memanggilku berkali-kali."
"Bagaimana kalo difikirkan dulu?"
"Kenapa harus difikirkan? Kamu dan aku berpacaran dan kita saling mencintai, kenapa harus difikirkan dulu?"
"Ini kan bukan pertanyaan main-main Justin. Ini masuk ke jenjang serius."
"Selama ini kita juga kan serius. Ada apa sih sama kamu? Ada yang kamu sembunyiin? Kamu beda banget, selama ini menikah itu kan impian kita Selena. Kita berusaha menggapai pernikahan itu bareng-bareng, sekarang tinggal sedikit lagi kamu malahan begitu. Kenapa sih?"
"Kamu gatauuu Justin, dan kamu gaperlu tau." Selena menunduk dan berbicara sambil terisak-isak.
"Apa? Aku harus tau semua tentang kamu. Apa? Apa jawab Selena!" seru Justin sambil menggoyangkan bahu Selena. Selena makin terisak.
"Aku, aku, aku sakit Justin."
"Sakit apa? Kamu kan udah sembuh sayang."
"Penyakitku bukan penyakit yang mudah disembuhkan."
"Kamu sakit apa?" tanya Justin. Selena menggelengkan kepalanya sambil terus menangis.
"SELENA JAWAB KAMU SAKIT APA?!" teriak Justin. Matanya sudah mengeluarkan air mata. Dia sudah tidak bisa menahan rasa ingin tahunya, dia juga khawatir terhadap orang yang dicintainya.
"Aku punya penyakit radang otak, Justin." Akhirnya Selena menjawabnya. Justin yang mendengarnya tentu terkejut. Air matanya kini mengalir membasahi pipinya, disertai rasa hancur yang menyelimuti dirinya. Justin menatap Selena dengan tatapan tidak percaya.
"Kamu bercanda sayang? Bercanda kan sayang?" Selena menggelengkan kepalanya. Justin ikut menggelengkan kepalanya sebagai tanda dia ingin semua ini hanya sebuah bercandaan. Lalu Justin memeluk Selena seerat mungkin. Keduanya kini sedang berpelukan dengan air mata yang membasahi pipi mereka, disertai rasa kepedihan yang mereka berdua rasakan.
"Sayang kenapa kamu baru bilang? Aku kekasihmu, aku harusnya jadi orang pertama yang tau penyakit kamu ini, seharusnya yang gaboleh tau kamu punya penyakit Selena." Justin terisak didalam pelukan Selena.
"Aku cinta kamu Selena, aku ingin kamu jadi istriku bagaimanapun kamu."
"Engga Justin kamu bakal susah kalo menikah dengan aku." isak tangis Selena semakin jadi.
"Engga sayang. Aku gapeduli penyakit kamu, aku peduli sama keadaan kamu. Aku cinta kamu Selena, kita lawan penyakit kamu bareng-bareng. Aku mau kamu jadi istri aku, aku mau kamu. Kamu gaboleh tolak aku, aku gaterima kata penolakan dari kamu. Aku sayang kamu dan akan menerima kamu bagaimanapun kondisi kamu. Bulan depan kamu akan aku jadikan istri aku." Selena tidak menjawabnya. Dia sibuk berada dipelukan Justin. Dia tidak mau melepaskan pelukannya dari orang yang tulus kepadanya. Selena sangat menyayangi Justin. Hati dia sebenarnya memang ingin menerimanya, dan sekarang jawaban hatinya sudah diwakili oleh perkataan Justin.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAUSE LOVE IS NEVER DIE (JUSTIN BIEBER)
RomanceBagaimana jadinya jika dua orang yang saling bermusuhan menjadi terjebak dalam satu cinta? Saling mencintai dan menjalin hubungan tetapi bukanlah sebagai musuh,melainkan sebagai sepasang kekasih. Lalu menjadi sepasang suami istri dan salah satu dar...