"Apa maksud dokter tadi?" Tanya Cio setelah kedua orang itu terdiam cukup lama.
Nafis tersenyum, amat mematikan. Brrr
"Saya ingin membuat penawaran untukmu."
"Penawaran?"
"Menjadi kekasih bohongan saya." Nafis memandang Cio yang tercengang karena perkataannya.
"Kekasih?" Cio melongo tak percaya, sumpah demi apapun Cio tak pernah bermimpi menjalin hubungan dengan Nafis walaupun dokter itu tampan.
"Bagaimana? Menarik bukan? Hanya sampai saya menemukan orang yang tepat saja, setelah itu kamu akan bebas."
Ah apa? Menarik katanya?
"T-tapi dok? Ada apa ini sebenarnya?" Cio bertanya masih dengan nada syok.
Nafis mengerutkan keningnya. "Kamu akan mendapatkan imbalan, berupa nilai dan bonus. Saya juga akan memperlakukan kamu berbeda dengan teman-temanmu."
Cio tambah melongo dan beringsut jauh dari Nafis. "Tapi, saya rasa ini tidak adil Dok. Saya tidak mau."
Nafis mencekal tangan Cio yang akan pergi dari ruangannya. "Kalau kamu menolak, maka sekarang juga saya akan membuat surat pernyataan dan menolak kampus kamu untuk menolak anak magang lagi di rumah sakit ini. Dan kamu terancam tidak mendapatkan nilai." Nafis berkata dengan nada mengancam.
Cio seketika memejamkan matanya. Menahan rasa marah karena dipermainkan seperti ini. Entah nasib apa yang membuat ia harus terpaksa terjebak dengan dokter pemarah ini.
"Kenapa dokter mempermainkan saya seperti ini? Ah tidak saya," Cio berhenti berkata karena tak sanggup untuk mengatakan apa yang ada di pikirannya.
"Saya berikan kamu waktu untuk menjawab, tapi pikirkan ancaman saya tadi." Nafis melepas cekalan tangannya dan kembali duduk di kursi kebesarannya.
Cio mengepalkan tangannya dan segera pergi dari ruangan ini tanpa berpamitan dengan Nafis.
***
Afciona POV.
Aku berjalan menuju taman rumah sakit, menjernihkan pikiranku yang sangat kacau karena tawaran dokter Nafis yang sungguh membuatku ingin pergi saja dari sini.
Bagaimana bisa dokter Nafis berpikiran untuk menjadikanku pacar bohongan? Seumur hidupku yang baru berumur 19 tahun, aku belum pernah berpacaran. Kenapa aku harus terjebak dengan hal ini?!!!
Aku mengusap wajah frustasi dan duduk menyandarkan diriku di kursi taman. "Apa yang harus aku lakukan? Disini aku akan memerankan tokoh kebohongan, disisi lain aku akan menghancurkan kampusku jika aku menolaknya." Gumamku pelan, sambil menatap sekitar.
Aku menunduk, entah tiba-tiba aku merasa bingung seperti ini. Sebelum orang tuaku bercerai, aku tak pernah merasakan masalah seperti ini. Aku hidup sebagai orang biasa, berkepribadian monoton.
"Minum, biar bisa berfikir." Seseorang bersuara laki-laki membuatku mendongak. Kulihat wajah orang tersebut, wajah yang terlihat lelah. Dan ya tentu saja sebuah minuman isotonik berwarna putih ditangannya.
"Kamu tau, saya sebenarnya salah memaksamu seperti itu." Dokter Nafis mulai berbicara, dan tugasku adalah menjadi pendengar yang baik.
"Tapi saya tidak bermaksud buruk, kamu hanya perlu menemani saya saat mama saya memintamu untuk kerumah. Tidak lebih dari itu."
"Setelah itu, kamu akan menjalani kehidupan kamu seperti mahasiswi biasa." Dokter Nafis berkata dengan pandangan menerawang.
"Tapi, ada satu hal yang ingin saya tanyakan. Kamu kenal Naira?" Tanya dokter Nafis sambil melihat ke arahku. Dan baru kali ini dokter Nafis berkata tanpa unsur otot ataupun nada ketus didalamnya. Rasanya sedikit aneh saat aku menyadari perlakuan berbeda dari dokter Nafis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrogant Doctor ✅ [Unpub Sebagian] HANYA Tersedia Lengkap Di GOOGLE PLAY BOOK
General FictionHANYA TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOK [Adiardja Series #1] (UNPUBLISH SEBAGIAN) BEBERAPA PART SUDAH DIHAPUS DAN VERSI LENGKAP ADA DI GOOGLE PLAY BOOK. Magang selama satu bulan di Rumah sakit, membuat Afciona Raykhanza bertemu dengan seorang dokter ket...