Part 3. Dokter Angkuh (Revisi)

22.2K 1.3K 7
                                    

"Lo harus siap makan ati ya Ci!"

Shera memberi peringatan pada Cio sambil memasukkan beberapa barangnya untuk segera pulang, karena sudah waktunya pergantian shift. Sedangkan Ilya sudah pulang dari tadi karena sakit perut.

Cio menukikkan alisnya tak mengerti dengan apa yang dimaksud Shera, dari tadi dia seperti mendapat teka-teki saja. "Emang kenapa sih?" Tanya Cio yang penasaran.

Shera memakai jaketnya, dan tangannya mengenggam sebuah kunci motornya. "Nanti aja lo lihat! Goodluck ya!"

Setelah berpamitan, Shera melangkahkan kakinya untuk pulang. Beberapa menit kemudian, Cio bingung mau melakukan apa. Jika malam seperti ini, pasti pasien jarang pergi ke Rumah sakit kalau tidak darurat. Akhirnya, daripada ia dianggap tidak bisa apa-apa, ia akan melihat-lihat ruang UGD saja.

"Kamu! Ikut saya visit di rawat inap!" Seorang laki-laki yang ia temui tadi tiba-tiba muncul dihadapan Cio, membuatnya seketika mengumpat dalam hati. Cio bertanya-tanya kenapa orang ini tiba-tiba memintanya untuk ikut visit dokter. Dan Cio sudah berpikiran aneh-aneh jika laki-laki ini akan terlibat shift bersamanya nanti.

Oh, God..

"Saya dokter Nafis!" laki itu menyentak lamunannya, seolah ia mengerti apa yang dipikirkan oleh Cio.

"Ayo cepat!"

Cio masih tidak bergeming, ia malah bertanya. "Lalu siapa yang menjaga disini dokter?"

"Di UGD kalau malam jarang ada yang kesini. Nanti pihak Rekam Medis akan menghubungi saya!" Jawab Nafis dengan ketus dan terlihat tidak sabaran.

Cio mengangguk, kemudian mengikuti dokter Nafis dari belakang. Dan mulai membuka pintu lift menuju lantai rawat inap. Cio berdiri agak jauh disebelah Nafis, ia terlihat menyudutkan dirinya karena merasa tak enak dengan hawa dokter Nafis. Dingin dan seram, membuatnya bergetar.

"Kenapa kamu mojok seperti itu?!" Tanya Nafis dengan pandangan tajam. Cio yang semula menunduk dan sedikit melamun mendongak menatap mata dokter tersebut.

"Tidak ada apa-apa dokter, saya hanya takut kalau tiba-tib- aaaaa!!" Tiba-tiba lift terhenti dan berguncang dengan lampunya yang berkedip-kedip, Cio langsung mendudukkan dirinya dan memeluk kakinya karena ingat dengan suatu kejadian yang membuatnya trauma dengan lift. Sebenarnya tadi ia ingin menolak dan lebih baik naik tangga menuju lantai 4 tempat rawat inap.

"Uhh lebih baik aku naik tangga saja." Gumam Cio berusaha untuk tidak lemah, padahal badannya sudah gemetar ketakutan.

Nafis memperhatikan gadis itu, ia malah bersikap tenang dan tampak tak perduli dengan apa yang Cio lakukan. Cio menghembuskan nafasnya berusaha menetralkan rasa takutnya.

"Nama kamu siapa?" Tanya Nafis berusaha agar Cio tetap sadar dan tidak pingsan, karena samar-samar ia melihat wajah pucat Cio yang terlihat ketakutan.

Cio mendongak kearah Nafis yang sedang melihatnya. Mata hitam Nafis memandangnya berbeda saat ini. "Afciona." Jawabnya.

"Kenapa kamu duduk! Berdiri!" Nafis malah menarik tangan Cio agar berdiri. Cio menggelengkan kepalanya pelan dan melepaskan tangan dinginnya yang gemetar.

"Ck! Cepat berdiri!" Nafis menarik paksa Cio dan merangkul bahu Cio yang sudah lemas.

"D-dok,"

"Sudah kamu diam! Lampunya akan segera mati, saya sedang menelfon satpam rumah sakit, kamu harus tetap sadar!" Entah kata-kata Nafis seperti menghipnotis Cio dan dengan sisa tenaga ia mengangguk pelan di pundak Nafis.

"Liftnya macet! Cepat kalian segera ke lantai 3! Alarmnya mati!" Nafis menutup telfonnya dan melihat Cio yang ada dirangkulannya.

"Afciona, kamu masih sadar?" Nafis bertanya dan dibalas dengan anggukan lemah dari Cio. Setelah menunggu hampir setengah jam lamanya dan terdengar suara ricuh membuka lift. Mereka keluar dari lift tersebut.

Arrogant Doctor ✅ [Unpub Sebagian] HANYA Tersedia Lengkap Di GOOGLE PLAY BOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang