PROLOG

127K 5.1K 80
                                    

6 januari 2018

happy reading all dears...

semoga suka...

PROLOG

Malam kian larut. Langit kota Batam diselubung awan mendung. Guntur bersahut-sahutan, seperti hati Sherine yang bergemuruh oleh amarah.

Di dalam kamar sebuah rumah mewah, Sherine duduk di depan meja rias dengan pikiran berkecamuk.

Sherine membenci pria itu. Nicholas King!

Nicholas datang ke rumahnya tepat di hari ayahnya dikebumikan, lalu ibu tirinya dengan kejam membiarkan pria itu membawanya pergi, dengan alasan ayahnya berhutang banyak dan mereka tidak sanggup membayarnya—jadi ia dijadikan alat pembayaran!

Dan sekarang, hanya seminggu berselang, ia telah menjadi pengantin pria itu.

Masa depannya hancur berantakan.

Sejak kecil ia sudah kehilangan ibunya yang meninggal setelah melahirkan dirinya. Dan sekarang, ia baru saja lulus sekolah menengah, ingin melanjutkan ke perguruan tinggi, tapi musibah datang.

Ayahnya pergi untuk selamanya.

Ia sebatang kara.

Ibu tirinya menjualnya!

Tragis!

Tapi Sherine tidak akan memberikan kepuasan pada pria yang telah menikahinya secara paksa. Ia akan membuat Nicholas menyesal!

Pintu kamar yang terbuka membuyarkan seluruh pikiran-pikiran Sherine.

Sherine yang sedang duduk di depan meja rias, masih dalam balutan gaun pengantin mahal nan mewah, tidak menoleh sedikitpun.

"Bukankah seharusnya kau sudah berganti pakaian, Manis? Atau kau ingin aku membantumu melepas gaun itu?"

Suaranya berat dan dingin, membuat Sherine mengertakkan rahang kesal. Tapi Sherine diam tak berkutik, berniat tidak akan memberi kepuasan sedikitpun pada pria itu dengan menjawab atau balik mengonfrontasi.

Derap langkah menghampirinya terdengar kasar. Dalam sekejap Nicholas sudah berada di dekatnya, sedikit membungkuk di bahunya, membuat Sherine bisa menghidu aroma parfumnya yang maskulin dan menggelitik hasrat.

Sherine menggerutu gusar dalam hati tatkala dadanya berdebar pelan. Ia menggigit bibir, mengepal tangan, menahan diri untuk menjauh pergi atau justru berbalik menghadap pria itu dan menciumnya.

Hasrat gila!

Pria itu memang tampan dengan tubuh tinggi gagahnya yang berotot, tapi tak seharusnya Sherine merasakan getar hasrat terhadapnya. Nicholas telah merenggut paksa masa depannya. Ia tidak boleh merasakan ketertarikan apa pun pada pria itu!

"Tadinya aku berpikir akan menemukanmu dalam keadaan memakai gaun tidur seksi, Sayang. Tapi tidak apa-apa... aku akan membantumu melepas gaun pengantin ini," bisik Nicholas pelan, lalu lidahnya menjilat sekilas belakang telinga Sherine.

Darah Sherine bergolak. Pusat dirinya berdenyut. Hasrat terbakar!

Tanpa bisa menahan diri, Sherine berdiri, bergerak sedikit menjauh dan menatap Nicholas defensif.

Nicholas menatap dengan seringai berbalut humor.

"Ada apa, istriku? Bukankah ini malam pengantin kita? Malam kita akan bercinta penuh gairah?"

Sherine benci mendengar suara dingin yang mengolok-oloknya itu. Ia tahu ia tak lebih dari perempuan tanpa harga diri yang menjadi alat pembayaran hutang-hutang ayahnya, tapi bukan berarti ia tidak punya hati. Tidak punya perasaan.

"Berapa hutang ayahku?" tanya Sherine defensif.

Nicholas mengangkat alis, lalu terkekeh dingin. "Kau ingin membayarnya, Sayang? Sembilan ratus juta!"

Mata Sherine membeliak. Sembilan ratus juta? Apa yang membuat ayahnya berhutang sebanyak itu? Selama ini mereka hidup mapan, ayahnya memiliki toko bangunan di bilangan penuin. Tapi tiba-tiba saja saat sang ayah meninggal, mereka dinyatakan bangkrut dengan hutang keliling pinggang.

Seluruh saraf di tubuh Sherine melemah. Ke mana ia bisa mencari uang sebanyak itu? Ia tidak akan mampu membayarnya!

"Cukup bayar dengan tubuhmu dan lahirkan anak-anakku, maka hutang itu kuanggap lunas, Sayang."

Mata Sherine melotot menatap Nicholas. Pria ini sinting dan kejam. Apakah hal tersebut juga yang membuatnya menjadi duda di usianya yang baru tiga puluh tiga tahun? Sherine mengetahui sedikit tentang pria itu dari celotehan menyebalkan ibu tirinya.

Nicholas bergerak maju, Sherine melangkah mundur, dan terhenti karena bokongnya membentur bibir meja rias.

Sherine menggigit bibir tatkala melihat seringai dingin di wajah Nicholas.

Bagaimana ia bisa menghindar disentuh pria ini?

"Berhenti berpikir untuk kabur, Cantik. Beberapa pengawalku siap menghadangmu jika kau melakukan itu..."

Mata Sherine seketika membesar, kemudian memanas. Tidak ada harapan untuknya, ia tahu itu.

Nicholas bergerak semakin mendekat. Dalam sekejap pria itu telah menarik Sherine ke dalam pelukannya. Sherine meronta, tapi tenaganya tak seberapa.

Dalam satu kedipan, Nicholas sudah memanggulnya, membawanya ke ranjang.

"Turunkan aku!" Sherine memukul-mukul punggung Nicholas, tapi pria itu bergeming. Sherine semakin kalap.

Bukk!

Sherine dihempas ke ranjang, Nicholas terkekeh kecil.

Sherine bangkit dan duduk di tengah ranjang dengan raut menantang, mengabaikan rasa pusing yang tiba-tiba menderanya.

Sherine mengutuki gaun pengantin yang masih melekat di tubuhnya, yang membuat ia tidak leluasa untuk melawan Nicholas.

Mata Sherine membesar tatkala melihat Nicholas melepas jas, rompi dan dasinya satu demi satu dan melemparnya begitu saja ke lantai.

"Aku tidak—"

"Kita akan bercinta!" tegas Nicholas dengan kekehan dingin.

Dalam satu kali sentakan, seluruh kancing kemeja pria itu luruh.

Nicholas, dengan gaya maskulin, melepas kemejanya yang seketika memamerkan dada bidang berototnya yang ditumbuhi bulu-bulu menawan.

Jantung Sherine berdegup kencang. Dadanya sesak oleh hasrat. Dan sial! Pusat dirinya berdenyut mendamba. Tak tahu diri!

Nicholas melepas sabuknya. Mata Sherine terseret turun menyusuri bulu-bulu yang membentuk garis lurus melintasi perut sampai bawah pusar, dan menghilang di balik pinggang celana pria itu.

Wajah Sherine memanas.

Nicholas tergelak membuat Sherine semakin gusar. Gusar pada Nicholas yang menjengkelkan sekaligus menawan, gusar pada dirinya yang tidak kebal pada maskulinitas pria itu.

Bunyi berisik terdengar saat Nicholas melempar sabuknya ke lantai, dan hal itu menyadarkan Sherine apa yang akan terjadi selanjutnya.

Sherine mengingsut di ranjang, ingin pergi, namun terlambat. Nicholas naik, memerangkap dirinya.

"Kau tak akan ke mana-mana, Manis. Malam ini milik kita berdua."

Krekkk..

Dalam satu tarikan maskulin, gaun mahal nan elegan itu tersobek.

Sherine menjerit kecil. Berusaha mempertahankan diri. Tapi percuma. Mata beriris gelap di depannya tampak semakin gelap oleh hasrat...

***

bersambung...

jangan lupa vote dan komen yang cetar ya all... thanks



Istri Idaman sang Duda - REPOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang