PART 18

41.4K 2K 34
                                    

happy reading

Nicholas sedang berbincang dengan Mr. lee, relasinya dari singapore, tatkala ponselnya berdering. Ia meraih ponsel dari saku. Seketika darahnya berdesir tidak nyaman saat melihat nomor telepon rumah tertera di layar ponsel.

Nicholas mengangguk samar pada mr. lee dan berpamitan untuk menerima panggilan itu. Ia menerima panggilan sambil berjalan menjauh dari mr. lee.

"Ada apa?" tanya Nicholas langsung.

"Pak... Nyonya Sherine..."

Untuk sesaat jantung Nicholas seakan berhenti berdetak mendengar suara Anne yang tampak ragu dan cemas di ujung sana.

"Ada apa dengan Sherine?" tanya Nicholas tidak sabar. Apakah terjadi sesuatu pada istrinya itu?

"Nyonya belum makan siang, saya sudah beberapa kali mengetuk pintu kamar, tapi Nyonya tidak merespons."

Nicholas melirik arloji di pergelangan tangannya. Jam dua siang. Sial!

"Mungkin Sherine tidur," kata Nicholas tidak yakin sambil melirik mr. lee yang tampak sibuk mempelajari dokumen. "Aku akan pulang sebentar lagi."

Anne terdengar menghela napas lega. "Baiklah."

Nicholas memutuskan percakapan. Ia menggenggam ponselnya dengan pikiran mulai tidak tenang. Benarkah Sherine tertidur hingga tidak mendengar ketukan di pintu kamar? Atau...

Seketika jantung Nicholas seakan berhenti berdetak! Berengsek! Mungkin saja Sherine berhasil melarikan diri, meski Nicholas sangat berharap tidak demikian.

Satu jam berikutnya Nicholas lewati berbincang dengan mr. lee tanpa ada sedikit pun konsentrasi pada apa yang mereka bicarakan. Seluruh pikirannya hanya terfokus pada Sherine. Ia ingin segera pulang, tapi tentu saja tidak sopan meninggalkan mr. lee ditangani stafnya.

Begitu mr. lee berpamitan, secepat kilat Nicholas meninggalkan kantornya.

Dan apa yang ia takuti terbukti. Saat ia tiba di rumah dan masuk ke kamar, awalnya ia cukup lega melihat Sherine tidur nyenyak dengan selimut menutupi hingga ke kepala. Tapi rasa janggal membuatnya melangkah mendekati ranjang dan menyibak selimut.

Sesaat, napas Nicholas terhenti, kemudian amarah meledak.

Perempuan jalang!

Pintar sekali dia melarikan diri!

"Brad!!" Nicholas meneriaki kepala pengawalnya sambil keluar dari kamar.

Hanya dalam hitungan detik, sesosok kekar bak raksasa muncul di hadapan Nicholas.

"Di mana Sherine??"

"Kata Anne—"

"Kata Anne?? Lalu apa kerjamu, hah??" tanpa basa-basi Nicholas mengepalkan tangan dan menghantam ulu hati Brad beberapa kali.

Brad meringis dan tubuh besarnya sedikit tersentak ke belakang. Tapi ia tidak melawan. Menerima pukulan Nicholas dengan pasrah.

"Sherine berhasil melarikan diri, dan kau bahkan tidak tahu sama sekali!" bentak Nicholas geram.

Darah seakan meninggalkan seluruh tubuh Brad, dan Nicholas yang melihat wajah memucat itu semakin geram. "Temukan Sherine saat ini juga, atau kepalamu menjadi taruhannya!"

Wajah Brad terkejut, namun kemudian ia berderap pergi.

Nicholas berdiri di puncak tangga dengan wajah merah padam dan napas memburu.

Bagaimana mungkin seorang perempuan lemah bisa mengelabui begitu banyak pengawalnya yang jelas terlatih?

Oh ya, Sherine bukan perempuan lemah, tapi banyak akal!

Tepat saat itu, dalam gemuruh napas dan amarahnya, Nicholas mendengar suara siulan ceria. Sean!

Tergesa-gesa Nicholas menuruni anak tangga, tepat di ujung anak tangga, ia melihat Sean duduk santai di ruang tengah.

"Hai, Bung! Ada apa? Wajahmu tegang. Tidak dapat jatah dari istrimu?" Sean menyengir sambil duduk santai di sofa. Lalu ia meraih remote televisi. "Bi Anne!" panggil Sean dengan suara sedikit keras sambil menekan-nekan tombol remote.

Nicholas melangkah menghampiri saudaranya itu, berbarengan dengan Anne yang datang tergopoh-gopoh menghampiri Sean.

"Buatkan aku segelas kopi," pinta Sean sambil tersenyum tipis pada Anne.

"Baik, Pak." Anne mengangguk dan berlalu.

Nicholas menatap menyelidik wajah Sean yang santai, bertanya-tanya dalam hati apakah Sean tahu keberadaan Sherine? Ingin ia bertanya, tapi hal tersebut jelas terdengar konyol. Tidak lucu seorang suami menanyai istrinya pada saudaranya.

"Di mana Sherine? Apakah kau membuatnya pingsan dengan kejantananmu?"

Final! Sean tidak tahu tentang keberadaan Sherine, dan untuk menutupi pernikahannya dan Sherine yang tidak penuh cinta seperti yang ia tunjukkan pada Sean, Nicholas harus mengarang cerita.

"Sherine ke rumah sepupunya."

Sean tampak lega, membuat Nicholas merasa ganjil. Namun ia tidak bisa meraba apa yang membuat saudaranya itu bereaksi seperti itu.

***

bersambung...

jangan lupaaa vote dan komen ya all

thanks

Evathink
IG : evathink

Halo teman2
Ada kabar gembira nih.
Tadi subuh pas bangun tidur & buka play buku / google play, aku dapat kejutan.

Taraaaa

Voucher Rp

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Voucher Rp. 40.000 hadir kembali!!

Sepertinya sih khusus buat gmail baru.
Klo gmailmu yang sekarang  nggak dapet voucher, coba bikin gmail baru ya.
Lumayan 40rb buat beli ebook karya Evathink

Yuks buruan!! Mumpung lg ada promo voucher, beli ebook Evathink jadi murah banget!!

Jangan nunda-nunda lagi yahh, promo bisa berakhir kapan saja! Jangan sampai kelewatan!!

Jangan nunda-nunda lagi yahh, promo bisa berakhir kapan saja! Jangan sampai kelewatan!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Istri Idaman sang Duda - REPOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang