Part 16

43.1K 2.7K 51
                                    

16

Nicholas berdiri di dekat jendela kaca ruangannya. Ia menatap seluruh kota Batam dalam sinar cahaya matahari menjelang siang yang terik menyengat.

Kota Batam perpaduan modern dan natural. Sejauh mata memandang tampak pepophonan yang menghijau, gedung-gedung dan pemukiman yang tertata rapi.

Nicholas mengembus napas panjang. Gelisah. Tanpa alasan yang jelas, perasaannya terasa tidak nyaman.

Tadi pagi ia meninggalkan Sherine yang masih tertidur dan Sean yang baru masuk ke ruang makan untuk kopi pagi. Nicholas tidak bisa memaksa Sean turut serta dengannya karena ia harus mengajak relasinya yang datang dari Singapore kemarin, untuk pergi sarapan.

Nicholas mengeluarkan ponsel dari saku celana, menatapnya hampa dan mendesah pelan.

Ia ingin menelepon Sherine, memastikan istrinya itu menjaga diri dengan baik dan tidak tergoda akan pesona Sean atau bersikap genit pada saudara kembarnya itu. Tapi Sherine tidak memiliki ponsel. Oh, sebelumnya Sherine punya, Nicholas-lah yang mengambil ponselnya. Istrinya itu tidak boleh berkomunikasi dengan siapapun, atau akan ada celah untuk berkonspirasi dan melarikan diri.

Dengan perasaan tidak nyaman yang berkecamuk di dadanya, yang ia sendiri tidak mengerti karena apa, Nicholas menelepon ke rumah, dan mendesah lega saat Anne mengabarkan kalau Sherine sudah sarapan dan kembali ke kamar.

Ternyata perempuan keras kepala itu cukup baik dan menurut.

***

Bersambung....

jangan lupa vote dan komennn ya..thanks
See you all


Versi tamat cerita ini tersedia di: Google play buku Karya karsa PDF (harga lebih murah) - order di WA Evathink 08125517788

Istri Idaman sang Duda - REPOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang