Part 25

39.2K 2.5K 54
                                    

hai, happy reading. btw jangan lupa follow IG ku yo, ID-nya evathink. thanks^^

Teman2,
Novel karya2 saya tersedia versi buku cetak dan ebook.

Buku cetak READY STOCK, bisa diorder pada saya, WA 08125517788

Untuk ebook, tersedia di aplikasi berikut (unduh aplikasinya di playstore):

> Karya Karsa
> Play Buku

versi PDF (harga lebih murah) - order di WA Evathink 08125517788


Cerita dilanjutkan di Wattpad sampai TAMAT!

PART 25

Tiba di rumah, Nicholas sedikit heran melihat wajah murung Sherine. Bahkan meski ia sudah mencoba menggoda istrinya itu, Sherine tidak mengonfrontasinya seperti biasa.

Saat selesai makan malam dan mereka duduk-duduk sejenak di beranda depan, Sean pun tidak bisa membuat Sherine tertawa, dan Nicholas mulai merasa ada yang tidak beres.

Angin sepoi-sepoi membelai tubuh Nicholas yang berdiri di balkon lantai dua yang menghadap ke kolam renang belakang rumah. Rambutnya tergerai tersapu angin dan Nicholas menyugarnya sekilas, lalu mendongak menatap langit malam bertabur bintang.

Sudah sepuluh menit ia berdiri di sini, tepatnya setelah mereka bertiga saling mengucapkan selamat malam dan berpisah di beranda tadi.

Sean memilih keluar menemui temannya, Sherine ke kamar, sementara Nicholas sendiri memilih berdiri di balkon.

Nicholas mencengkeram pagar balkon dengan mata menatap ke kelamnya malam.

Dari laporan Brad, ia tahu Sherine hari ini ke makam orangtuanya lalu ke rumah ayahnya yang ditempati si ibu tiri.

Brad bahkan melaporkan kalau ada tulisan di pagar rumah, bahwa rumah itu akan dijual.

Apakah hal itu yang mengganggu perasaan Sherine? Membuatnya sedih? Atau pembicaraan lain dengan ibu tirinya yang mengganggu pikirannya?

Nicholas mencemaskan Sherine, bukan karena ia peduli... ia hanya...

Hanya apa?

Nicholas mengumpat dalam hati, ia sama sekali tidak ingin menggali jawabannya dalam dirinya.

Nicholas meninggalkan balkon dan ke kamarnya.

Tampak Sherine berbaring di ranjang dengan posisi menyamping dan selimut di ujung kaki. Wanita itu belum berganti pakaian tidur. Celana denim sepaha dan blus berlengan pendek tampak masih menempel di tubuhnya. Dari helaan napasnya yang tidak teratur, Nicholas tahu, Sherine belum tidur.

Nicholas melangkah mendekati ranjang. Sejenak ia berdiri di dekat ranjang, menatap rambut gelap Sherine yang terhampar indah di bantal.

"Sherine," panggil Nicholas dengan nada yang entah mengapa begitu lembut, bahkan di telinganya sendiri.

Ada yang salah dengan dirinya. Mengapa kemuraman Sherine begitu memengaruhinya? Rahang Nicholas mengencang, jengkel pada diri sendiri.

Sherine bergeming membuat Nicholas semakin jengkel. Semakin cemas.

"Sherine," ulang Nicholas.

Kali ini Sherine membalikkan badan hingga terlentang dan membuka mata. Nicholas ingin menggodanya seperti biasa, tapi seketika merasa tak tega melihat wajah cantik yang muram itu.

"Ada apa?" tanya Sherine parau.

Nicholas menghela napas pelan. "Ada apa? Seharusnya aku yang bertanya. Ada apa dengan dirimu, istriku?"

Istri Idaman sang Duda - REPOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang