"Aku semalam mimpi Azmi," ucapku sambil membantu mami memasak di dapur. Mami yang sedang memotong wortel bahan sop pun segera menghentikannya.
"Bukan Rizal?" tanyanya.
Aku hanya menggelengkan kepala dengan ekspresi yang datar.
"Padahal Khaira bilang sama Allah agar dimimpikan jodoh atau keyakinan pada Rizal. Tapi yang datang malah Azmi, dan itu serasa bukan mimpi. Khaira merasa Azmi benar-benar ada di rumah ini, mi"
"Terus teh sekarang kamu yakin tidak sama Rizal?" mami memegang pundakku dan menatapku menunggu jawaban.
"Entahlah mi. Sudah istikharah pun Khaira tetap ragu"
Tring!! Handphoneku berbunyi tanda pesan masuk siap dibaca. Aku segera mengambil handphoneku dan membuka siapa yang mengirimkan pesan pada pagi itu. Zahira, ia yang mengirim.
Khai, ke butik sekarang dong. Banyak yang mengantri. Aku dan Gina kewalahan, nih. Cepat ya.
Itulah isinya. Sekarang? Bagaimana bisa, aku saja belum mandi. Habis shalat subuh aku langsung menyiram tanaman dan membantu mami memasak. Haduh, sudahlah tidak apa asal wangi aku segera kesana.
Sesampainya disana, aku melihat sangat banyak sekali orang yang mengantri dibagian kasir. Kulihat Zahira dan Gina begitu repot,aku pun menghampiri mereka.
"Khai, ayo cepat bantu" pinta Gina padaku dan kulihat wajahnya sudah penuh keringat.
"Iya, Gin. Sabar. Aku kan baru sampai"
Padahal hari ini bukan tugasku menjaga butik, karena hari ini rencananya Rizal akan datang kembali ke rumahku. Katanya akan membahas lebih serius lagi.
Semua pelanggan pun sudah kami layani dengan baik. Saat butik sudah kosong dengan pembeli, aku pun bercerita pada Zahira dan Gina tentang Rizal dan kedatangannya.
"Lho, calonku juga dari huruf R, tapi Rama namanya. Kalo Zahira kapan nih?" ledek Gina pada Zahira, dan kulihat Zahira terlihat biasa saja tentang masalah ini. Kurasa dia tidak begitu tertarik membahas jodoh saat ini.
"Zah, kok diam?" tanyaku.
"Zah, kenapa? Maaf deh kalau aku terkesan menyindir. Tapi bukan itu maksudnya" sesal Gina karena ia merasa Zahira tersinggung akan pertanyaannya barusan.
"Aku sedih" ucap Zahira dengan tatapan yang hanya melihat lantai.
Aku dan Gina hanya bertatapan bingung, apa yang membuat Zahira sedih? Apakah karena kata-kata tadi? Atau hal yang lain kah?
"Aku sedih kalian baru ceritakan itu sekarang" lanjutnya dengan wajah yang cemberut.
"Ya Allah, Zah. Rizal baru kemarin lho datangnya, aku gak ngabarin karena Rizal memang lama dirumahku sampai sore"
"Iya, Zah. Rama juga baru kemarin lusa kok. Aku baru cerita sekarang karena kemarin aku lupa cerita sama kamu. Maaf ya, Zah"
Sekarang giliran aku dan Gina yang cemberut dengan menatap lantai. Dan sekarang Zahira yang tersenyum.
"Ya Allah, biasa aja. Aku tadi bohong kok tenang aja tidak serius" ucapnya dengan ekspresi bahagia karena merasa aktingnya berhasil.
Saat kami asik mengobrol dan bercanda, tiba-tiba... Ada seorang laki-laki dan perempuan turun dari mobilnya hendak berkunjung ke butik kami. Mereka berpegangan tangan layaknya sepasang suami istri kebanyakan. Laki-laki itu memakai koko abu abu dan si perempuannya memakai gamis berwarna Pink senada dengan khimar yang dikenakannya. Mereka berjalan menuju butik kami dengan raut wajah yang penuh kebahagiaan. Kau tahu itu siapa? Angga!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Hijrah ku
SpiritualApa yang harus aku lakukan kala ikhwan itu datang dan kembali menanyakan cinta? Dan apa yang harus aku katakan padanya kala ia menanyakan tentang pernikahan?