Empat Belas

2.1K 129 2
                                    

Gina masih tersengguk sengguk dengan tangisannya dipelukan Zahira. "Kenapa, Gin?" tanyaku.

Gina tak menjawab apa-apa, tangisannya semakin mereda. Kulihat ia menangis karena sebuah kekecewaan, bukan karena ketakutan, kesedihan, ataupun kebencian. Ini hanya kekecewaan.

"Lihat saja ini" Zahira memperlihatkan handphone Gina kepadaku. Kulihat ada foto seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang sedang duduk berdekatan, bahkan begitu dekat, seperti orang pacaran saja.

Kuperhatikan baik-baik, dan ternyata itu Rizal!!! Foto tersebut diposting oleh seseorang yang tengah bersamanya waktu itu, namanya Ulfi. @ulfi.handayani akun instagramnya. Caption yang tertera dalam postingan tersebut adalah
Kalau aku bisa bersamamu sekarang, jangan lepaskan aku jika nanti.. #staywithme

"Rizal" ucapku dengan nada kecewa, hanya pelan kuucap, namun terdengar oleh Zahira.

"Rizal? Calon kamu? Itu Rama, Khai. Calonnya Gina, makanya Gina menangis karena dia melihat Rama bersama Ulfi difoto itu" Zahira kebingungan, ia menyangka Rama yang dimaksud hanyalah seseorang yang kebetulan saja mirip dengan Rizal. Karena Zahira tak mau melihat ada dua orang sahabatnya yang kecewa pada hari yang sama, gara gara orang yang sama pula.

"Ayo, Gin. Kamu ikut aku untuk jadi saksi gagalnya proses taarufku dengan laki-laki bajingan itu!" tanpa banyak basa basi lagi, segera ku tarik tangan Gina. Maafkan aku Gin, aku hanya kesal dengan laki-laki penipu itu, aku ingin kamu dan aku tidak terjebak pada hati yang salah.

Hari itu, Rizal memang akan datang ke rumahku bersama orang tuanya lagi. Kubuka pintu rumah dengan sedikit emosi, "Ya Allah.. Kuatkan aku. Jangan ada emosi yang malah menyakitkan hatiku sendiri nantinya tolong ya Allah" ucapku dalam hati yang kuulang terus menerus.

"Nah, Khaira datang. Darimana saja kamu teh? Mami telfonin tidak diangkat, mami kirim pesan WhatsApp juga kamu tidak balas" ucap mami khawatir.

Kulihat Rizal ataupun Rama itu memasang raut wajah yang khawatir, gusar, keringat dinginnya pun bercucuran kala ia tahu bahwa aku membawa Gina kehadapannya.

"Siapa kamu sebenarnya?" tanya ku dengan air mata yang mulai menetes.

Rizal hanya diam sejuta bahasa. Termenung, seakan ini bukan hari keberuntungannya.

"Jawab!!!!" nadaku mulai meninggi, air mataku mulai deras membanjiri pipiku.

"Ada apa ini?" tanya om Rendi.

Aku melirik pada Gina, berharap ia akan mengatakan semua kebenaran yang sudah terjadi sekaligus pada hari ini. Namun Gina hanya menundukkan kepalanya dengan tangisan yang sudah tak bisa ia sembunyikan lagi. Aku tahu Gina kecewa, namun aku lebih kecewa karena Rizal si pembohong itu sudah melukai hatiku dan juga hati sahabatku.

"Kamu ini Rizal atau Rama? Jawab!!! Jangan kamu jadi pengecut!!! Apa ini yang dinamakan laki-laki sejati? Apa ini yang dinamakan laki-laki shaleh, bahkan Allah pun tidak akan ridha melihat orang yang telah melakukan pembohongan besar!!!" aku semakin emosi, terlihat dari nada bicaraku yang kian berteriak.

"Nak, nak, sebentar ya. Disini tante hanya akan menjelaskan bahwa nama asli Rizal ini Rizal Ramadika, jadi Rizal ataupun Rama itu terserah orang mau manggil dia apa" tante Sita pun menjelaskannya, tidak hanya itu, KTP Rizal pun ikut dikeluarkan untuk memastikan bahwa itu memang benar nama asli Rizal.

"Kamu sudah berkhianat, Rama. Ternyata kamu adalah orang yang sama dengan Rizal. Rama ataupun Rizal, itu adalah kedua nama, dan satu badan yang sama sama menjadi pembohong!!" Gina pun setelah berbicara seperti itu langsung pergi untuk pulang.

Dibalik Hijrah kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang