Sembilan Belas

2.2K 108 21
                                    

Pernikahan bulan ke-3...

Pagi itu aku ketika aku sedang memasak di dapur, aku merasakan kepalaku sangat teramat pusing. Pandanganku menghitam, dan sedikit mual. Aku segera bergegas menuju kamar mandi.

"Apa jangan-jangan..." gumamku, "Ah tidak, Khai. Jangan ngaco deh!"

Saat kubuka pintu kamar mandi, kulihat Azmi sudah berada didepannya dan tersenyum.

"Lho, mas? Bukannya tadi mas baru saja selesai mandi?" tanya ku,

"Iya.. Khai pusing?"

"Iya mas. Mungkin karena Khai belum sarapan"

"Kita ke dokter, ya" sambil memasang wajah sedikit cemas.

"Ah tidak usah, mas. Nanti setelah makan juga, perut Khas akan sembuh dengan sendirinya kok"

"Sudaahhh... Khai tidak apa-apa mas. Mas berangkat kerja saja ya. Nanti mas kesiangan tuh" lanjutku sembari sedikit menenangkannya.

"Tapi sayang..."

"Sudah, Khai kan ada Mami dan Papa juga"

Lalu tiba-tiba, di seberang pandanganku tepatnya di antara pintu dapur dan ruang tamu, terlihat mami sedang memperhatikan kami.

"Euleuh Euleuh... Eta kunaon ngarobrol teh di depan pintu kamar mandi. Seperti tidak ada tempat lain saja kalian mah" pekik mami.

"Biasa, mi. Ibu hamil sukanya yang aneh aneh" ujar Azmi sambil menahan sedikit tawa.

"Mas..." aku cubit perut Azmi. Kenapa Azmi mengatakan hal itu pada mami? Apa yang harus aku katakan setelah ini?

"Eh eh.. Khaira hamil? Yang bener Khaira sedang hamil?" mami pun langsung menghampiri kami berdua.

"Hayu, kita ke dokter sekarang!" mami sangat bersemangat.

"Azmi mau berangkat kerja, atau nganter? Eh Azmi mah berangkat kerja aja atuh, kita mah ada papa" lanjutnya.

"Loh, Azmi tidak usah ikut mengantar, mi?" tanya Azmi.

"Sudah, kamu kerja aja biar bisa beli keperluan untuk bayimu nanti ya, hahaha haduhhh mami senang sekali, Khai" mami memelukku dengan penuh harap. Tapi aku yakin, ini bukan hamil, bukan yang disangkakan oleh semua orang.

"Khai sudah telat berapa hari?"

Lho, kok aku baru kepikiran ya aku sudah telat 3 hari. Apa jangan jangan, benar kata Azmi dan mami bahwa aku ini sedang hamil? Masyaallah kenapa aku baru kepikiran.

"3 hari, mi" ujarku gugup

"Nah, mungkin saja usia kandungan mu sudah 1 atau 2 minggu. Ayo siap siap, kita ke dokter!" mami begitu senang, padahal aku baru saja menginjak pernikahan ke 3 bulan.

Belum 1 tahun, namun mereka sudah sangat mendambakan keturunan dari rahimku. Aku hanya takut, ketika dokter berbicara bahwa aku hanya sakit perut biasa dan bukan hamil. Mereka pasti akan begitu kecewa. Aku tidak tahu respon apa yang harus aku berikan pada mereka yang sudah sangat amat berharap.

***

"Sepertinya aku harus mencari alasan agar aku tidak jadi ke dokter hari ini" gumamku.

Tapi, aku harus berbuat apa agar rencana pergi ke dokter ini gagal?

Dan, ya. Ide luar biasa pun seketika muncul di otakku.

"Khai, sudah siap?"

"Euleuh... Atuh kunaon kamu teh geuning malah tiduran kitu? Pan kita teh mau ke dokter sekarang. Cepat atuh siap-siap"

"Khai tiba-tiba mual banget, mi. Khai pusing. Tidak kuat untuk sekedar bangun pun. Tadi saja waktu Khai mau ambil minum, Khai tidak jadi minum karena terlanjur mual dan pusing"

"Atuh sok makanya sekarang kita periksa ke dokter."

Aduh, bagaimana ini? Kebohongan ini tidak ada skenario sebelumnya. Jelas aku gugup.

"Hmm, sebentar mi" aku pun turun dari kasur dan terbesit lagi kebohonganku yang lain.

Aku pura-pura muntah saja ah.

Langsung saja aku berlari ke kamar mandi.

"Eh, Khai. Tunggu mami"

"Aduhhh geuning susah ya mau ke dokter juga. Hmm Khai, kalau minggu depan saja bagaimana ke dokternya? Mungkin saja kamu sudah agak enak minggu depan" teriak mami dari luar pintu kamar mandi.

Akhirnya, jadwal ke dokter ku hari ini batal. Terimakasih ya Allah kau telah menyelamatkanku hari ini. Tapi aku mohon ampun dan maaf karena aku sudah membohongi semuanya termasuk diriku sendiri juga. Jika memang aku betul hamil, berikan aku pertanda selain sakit perut ini. Jujur, mengapa aku tidak menggunakan testpack kali ini? Karena aku kecewa pada bukan yang lalu. Rasanya sama seperti hari ini. Aku mual dan sakit sekali perutku. Namun setelah aku cek, ternyata masih garis 1. Dan itu pun keadaannya aku sudah telat 1 minggu dari masa haid ku.


***

Aku hanya bisa merenung dan berdoa. Juga memikirkan bagaimana skenario kebohongan yang akan aku buat lagi pada minggu depan yang akan datang. Juga bagaimana kalau minggu depan itu aku akhirnya haid? Bagaimana jika ternyata semua membenciku karena kebohonganku hari ini? Aku benar-benar tidak bisa memikirkan ini sekarang.

***

Alhamdulillah pembaca Dibalik Hijrah ku sudah mencapai 20.000 pembaca dan 1,27 vote. Terimakasih saudara/i ku. Aku mohon bantuannya untuk selalu tetap support cerita ini. Bagikan ke teman-teman kalian, dan juga jangan lupa untuk tinggalkan jejak dengan cara vote dan komen. Jujur, aku selalu senang jika kalian membaca, vote, terutama comment ceritaku ini. Dan semua masukan ataupun pertanyaan dari kalian akan aku balas satu per satu. Jadi, jangan khawatir dikacangin yah.. Hehehe.. Ok, see you soon in the next part!!! 😍😍😍😍

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 25, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dibalik Hijrah kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang