Part 10

124 4 2
                                    

"Ahh, SHIT!" teriak Joshua sambil melemparkan bola basket kesembarang arah. Mata nya menatap Andrean penuh emosi sedangkan yang di tatap hanya menunjukkan senyum nya.

Andrean berjalan menghampiri Joshua yang sedang kalang kabut. Tatapan mata nya penuh dengan kilatan emosi, tetapi Andrean hanya memasang wajah tenang nya.

"Gimana?" Tanya Andrean saat sudah berada di depan Joshua.

"Gimana apa nya?" Balas Joshua sambil tersenyum miring.

"Lo kalah, berarti lo harus ngelupain perasaan lo sama Nessa"

Joshua tertawa membuat Andrean dan semua orang yang sedang melihat mereka mengernyit bingung.

"AHAHHAHAHA, ANDREAN ANDREAN LO TU BEGO ATAU APA SIH" Ucap nya lantang sambil tertawa.

Andrean hanya diam menyimak apa yang akan di katakan oleh Joshua.

"LO DENGERIN GUE BAIK-BAIK YA. GUE GAK AKAN NGELEPASIN VANNESA GITU AJA, APA LAGI GUE BELUM DAPAT SAMA TARGET
NYA. GUE BELUM DAPAT BADAN MONTOK DIA!" Sambung Joshua lantang.

Andrean mengepalkan tangan nya. Joshua benar-benar keterlaluan. Baru satu langkah Andrean akan melangkah tetapi langkah nya terhenti saat melihat seorang lelaki yang sudah duluan memukul Joshua.

Bugh

Bugh

"BRENGSEK!"

Bugh

Semua orang meringis saat melihat Joshua yang sudah tidak berdaya di bawah lelaki itu.

Andrean yang melihat Joshua sudah tidak berdaya lagi langsung menarik anak lelaki itu yang menindih Joshua itu

"Lan udah lan" sergah Andrean tetapi Alan tidak menghiraukan nya.

"Lepas ndre! Lo gak denger dia ngomong apa tadi? Dia udah keterlaluan!" Emosi Alan

Alan mencengkram baju Joshua lalu ia menatap Joshua dengan penuh emosi. Sedangkan Joshua menatap Alan sambil tersenyum miring.

"Wahhh wahhh wahhh, ada pahlawan kepagian ni" ucap Joshua sambil bertepuk tangan di depan Alan.

Alan ingin melayangkan pukulan nya lagi. Tetapi ia langsung di tarik oleh Digo dan Bastian yang sudah menahan kedua lengan nya.

"Lepas bego!" Bentak Alan.

"Udah Lan, jangan di sekolah ntar lo masuk BK" ucap Digo menenangkan Alan

"Iya lan, udah jangan di ladenin orang gila" timpal Bastian.

Walau muka Joshua sudah babak belur, tetapi ia tidak akan gentar untuk memojokkan Alan.

"Alan-Alan, gak nyangka gue sama lo" sinis Joshua yang mengejek Alan

"Diem lo brengsek!" Pekik Alan yang sudah tersulut emosi lagi

"Brengsek? Lo ngatain gue brengsek? Hahahah"

"Lo gak ngaca?" Sambung Joshua.

Alan mengepalkan tangan nya kuat sehingga kuku nya terlihat memutih. Bastian dan Digo bergidik ngeri melihat kemarahan Alan. Sedangkan Andrean masih tenang melihat perdebatan Joshua dan sahabat nya.

"Lo sadar gak sih, lo itu lebih BRENGSEK dari gue!" Kata Joshua sambil tersenyum miring.

"Maksud lo apa anjing!" Balas Alan sambil menatap tajam Joshua.

"Hahahah, coba lo liat di koridor sana" tunjuk Joshua. Alan termasuk semua orang mengikuti arah tunjuk Joshua.

Alan tersentak kaget saat melihat dua orang perempuan sedang berdiri bersampingan. Nandini dan Vannesa. Alan menatap Nandini yang terlihat sangat marah pada Alan lalu ia menatap Vannesa yang sedang menunduk, terlihat jelas bahu Vannesa yang bergetar. Vannesa menangis. Alan memejamkan mata nya saat melihat Vannesa menangis. Entah kenapa hati nya terasa sakit saat melihat Vannesa menangis seperti itu.

Lalu tatapan Alan kembali terarah kepada Joshua. Alan melangkah mendekati Joshua. Lalu ia membalas senyuman Joshua dengan senyum sinis nya.

"Gue gak perlu ngaca setiap saat. Karena muka gue ganteng makanya gue gak perlu sama kaca. Seharus nya lo malu karena lo udah salah sasaran. Kenapa? Lo mau ngerusak hubungan gue sama Nandini? Silahkan! Tapi lo harus langkahi dulu mayat gue! Dan satu lagi, gue belain Vannesa kayak gini karena dia sahabat gue! Jadi berhak dong gue marah kalau ada orang yang mau ngerendahin sahabat gue! Apa itu salah? Hah!"

Semua orang tercengang mendengar ucapan Alan. Joshua menatap tajam ke arah Alan. Sedangkan Alan hanya tersenyum miring. Lalu Alan meninggalkan Joshua yang sudah kehabisan kata-kata untuk membalas ucapan Alan. Terlalu skakmat.

Andrean berjalan kearah Joshua dan menepuk bahu Joshua.

"Gue peringatin sama lo, jangan berani-berani lo sentuh Vannesa. Kalau sampai sehelai rambut pun lo sentuh dia-" Andrean menarik nafas dalam lalu di hembuskan dengan kasar "Mati lo sama gue" sambung nya lalu berbalik meninggalkan Joshua.

"Sial!" Umpat Joshua kesal

****

Vannesa berjalan lesu kearah parkiran. Pikiran nya masih tergiang dengan kejadian saat istirahat tadi. Rasanya terkejut saat Joshua ingin mendapatkan nya karena cuman menargetkan badan nya saja.

Astaga, Vannesa tidak habis pikir kenapa Joshua bisa jadi gila seperti itu. Padahal waktu kelas X dia adalah Joshua yang baik dan rajin tetapi kenapa sekarang Joshua terlihat lebih menyeramkan dari Zombie.

Karena terlalu asik dengan pikiran nya. Vannesa tidak sadar jika ada seseorang yang berjalan di samping nya sambil memerhatikan wajah Vannesa yang terlihat lesu.

"Nessa"

Tidak ada jawaban.

"Vannesa!" pekik orang itu membuat Vannesa terjengkit kaget.

"Apaan sih!" sahut Vannesa sambil mengelus dada nya.

"Hehehe, lo kenapa sih? Kokk murung gitu?" tanya orang itu. Vannesa langsung gelabakan, jika ia menceritakan semua kejadian tadi pada sepupunya ini, Vannesa yakin Joshua akan tambah babak belur di buat nya.

"Enggak pa-pa" jawab Vannesa. Rian memicingkan mata menatap Vannesa curiga. Tetapi Vannesa langsung memalingkan wajah.

"Bener ni?" Tanya Rian memastikan.

"Iya, ehhh gimana sama soal olimpiadenya nya? Susah gak?" tanya Vannesa mengalihkan pembicaraan

"B aja" jawab Rian acuh

"Iyaa, beda orang pinter mah" cibir Vannesa membuat Rian terkekeh geli.

"Sini peluk dulu dong" ucap Rian lalu langsung memeluk Vannesa dengan gemas.

"Ihhh apaan sih, malu tau di liat orang"

"Bodat!" jawab Rian sambil mencubit pipi Vannesa.

****

"Yang, dengerin aku dulu" ucap Alan yang berusaha menggenggam tangan Nandini tetapi langsung ditepis.

"Jangan sentuh gue!" teriak Nandini

"Udah cukup ya lan, udah cukup! Gue udah gak tahan lagi sama lo! Lo itu sebenernya cinta gak sih sama gue?"

"Ya Allah yang jangan bilang gitu, aku cinta banget sama kamu" jawab Alan meyakinian.

"BOHONG!" Teriak Nandini membuat Alan mengusap dada.

Kaget gue batin Alan dalam hati

"Aku gak bohong yang, aku cuman cinta sama kamu"

"Kamu cinta sama Vannesa Alan!" ucap Nandini lantang.

Deg.

"Gak! Aku gak cinta sama dia! Dia itu sahabat aku yang!"

"Mulut kamu emang bisa bilang enggak, tapi hati kamu?" Skakmat. Alan terdiam tidak bisa menjawab perkataan Nandini.

"Diem kan lo, mulai sekarang kita putus!" Nandini berbalik meninggalkan Alan.

Alan terdiam masih mencerna ucapan Nandini. Apa benar dia suka kepada Vannesa? Ahhh sudahla! Alan tidak mau ambil pusing

"Putus deh gue, untung ganteng. Besok gue cari pacar lagi dah hahaha" ucap nya sambil terkekeh geli.

****

Ketika Aku Terlambat Menyadari CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang