8 ; Jeon Somi

1.4K 224 27
                                    

-Hellevator-

Nayeon tengah duduk di kursi taman belakang sekolah, sendirian.

Sudah dua minggu ia merasa hidupnya terancam.
Karna teror itu tak ada hentinya datang.

Selain teror pesan, Nayeon mendapatkan teror surat di lokernya.
Bahkan beberapa kali ia hampir celaka.

Rentetan teror itu terjadi selama dua minggu beruturut².
Nayeon jadi ketakutan sendiri.

"Hey!"

Seseorang menepuk bahunya.
Saat Nayeon hendak menoleh, tubuhnya lemas dan pandangannya gelap.

SKIP!

-Nayeon POV-

Gue gatau ini gue dibawa kemana.
Gue udah sadar, tapi mata gue ditutup kain.
Gue takut buat berontak dan ga bisa juga.
Tubuh gue diseret.

Mama tolong.
Gue takut.

"Gimana?"

Samar² gue denger suaranya.
Suaranya kayak familiar.

"Nih, serah lo mau diapain. Gue capek  nyeret² dia dari taman sekolah"

Anjir jadi ada dua orang selama ini?
Siapa?!

"Bantuin iket ke kursi"

Gue diangkat dua orang itu, gue sengaja pura² diem.
Ngikutin peran mereka aja.

"Anjir dosanya banyak ni cewek"

Sialan, dosa dia lebih banyak padahal.

"Kita lebih dosa goblok"

"Tolol ngacak skrip"

(Ini malah ngapain sih koplok, ntar ketawa yang baca)

Setelah berhasil ngedudukin gue di kursi, mereka berdua langsung ngiket tangan gue beserta kaki gue dan mata gue masih ditutup.

"Tungguin dia sadar aja"

Tiba² mereka nyuntikin sesuatu ke leher gue.
Rasanya sekujur tubuh gue panas dan dada gue sesek seketika.
Ga lama, kesadaran gue ilang.

-Author POV-

Disisi lain, Mark panik mencari Nayeon kemanapun.

Sejak tadi ia bilang akan ke toilet, ia belum kembali.
Bahkan dirumahnya ia juga tak menemukan perempuan bergigi kelinci itu.

"Lo kemana sih Nay" Mark mengacak rambutnya frustasi.

Sahabatnya itu adalah perempuan lemah yang tidak bisa kalau tidak diawasi.

Tiba² ia terpikir ucapan Nayeon tempo lalu, soal surat yang jatuh dari tas Somi.

Ia segera kerumah gadis berdarah campuran itu lewat bantuan Chris.

TOK-TOK!

TOK-TOK!

Seseorang membuka pintu.

"Permisi, apa benar ini rumah Jeon Somi?"

"Iya benar, saya ayahnya. Ada apa ya?"

"Sominya ada om?"

"Kamu siapa ya?"

"Saya kakak kelasnya Somi om"

"Oh. Sominya belum pulang daritadi, mungkin nginep dirumah sepupunya"

Mark mengerutkan keningnya kemudian mengangguk.

"Oh gitu ya, yaudah saya pulang dulu ya om. Permisi"

(1) HELLEVATOR✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang