De Javu

116 17 0
                                    

Cek trailernya ya 😊😊😊😊🙏

Netta turun dari motor Erga saat motor milik teman seperjuangannya itu terpakir di halaman didepan pagar sekolah.

Hanya untuk di hari sabtu ini, semua kendaraan tidak boleh diparkir disekolah, bahkan di parkiran sekolah yang sudah di siapkan.

"Gue gak ngerti sama anak osis tahun ini, sok-sokan ngadaiin event sampek anak sekolah lain diizinin masuk!" Cetus Netta sambil membenarkan rambut coklat aslinya itu menjadi kuncritan kuda.

Erga memandang pergerakan Netta yang sudah menjadi favorit nya selama 1 tahun ia berada di sekolah ini. Tapi satu hal yang selalu Erga suka dari Netta, rambut yang digerai dan cara berpakaian gadis itu yang simple.

Seperti sekarang ini, celana jeans berwarna hitam yang bagian lutut sebelah kanannya sedikit sobek dan baju cropy berwarna putih polos, dan tas kecil punggung favoritnya yang selalu ia pakai kemana-mana.

Netta menghela nafas saat pergerakan singkat itu selesai lantas menatap Erga antusis "Oke belum gue? "
Ciri khas Netta, yang selalu meminta pendapat dari orang lain tentang fashionnya.

Erga terkekeh kecil, tangan kirinya meraih ikatan rambut berwarna merah muda di rambut Netta.

"Ga! Ih kok lu copot!"

"Lah gini kan oke," Jawab Erga sambil memasukan kuncritan
Netta memanyunkan bibir tipisnya, membuat Erga yang melihat itu gemas seketika.

"Bisa gak sih gak sok imut di depan gue?"

Netta menaikan sebelah alis matanya, yang benar saja Erga berkata seperti itu.
Yang jelas-jelas bahwa Netta bersikap biasa aja.

"Ga waras bener!"

Erga tertawa sambil merangkul Netta dan berjalan kearah gerbang sekolah.

Di lokasi, sudah banyak siswa siswi dari Panca Jaya bahkan sekolah lain, sehingga lokasi tersebut seperti di penuhi lautan manusia.

Banyak sorot mata yang memandang kedua kaum Adam dan Hawa itu. Yang terlihat asik dengan perbincangan mereka.

Erga Jayagra, cucu dari pemilik SMA Panca Jaya. Siapa yang tak kenal dengam pemuda itu.

Hampir seluruh remaja daerah Bandung tersebut mengetahuinya karena ketampanan dan jago silatnya. Erga yang ramah dengan semua orang, itu yang mampu membuat siswi di sekolahnya menggemari Erga.
Namun tetap saja, most wanted pertama di SMA Jaya Panca adalah Ario.

****

"Mantap mamen!!! Akhirnya kita masuk ke kandang sekolah elit bung!!!" Biyan dengan semangatnya keluar dari mobil milik Ganda.

Ganda masih didalam, memperhatikan suasana sekolah terkenal karena prestasinya
"Gan, ayo cabut, "

Ganda menoleh, terdapat Arby yg sudah muncul di jendela mobilnya. Baiklah sudah sikap Arby yang selalu muncul tiba-tiba.

Terkadang Ganda pernah berfikir, Arby tuh beneran titisan manusia atau dedemit? Okay lupakan.

"Gan! Gan! Anjer ceweknya cakep! Njerr!" Lagi, saat sudah masuk kawasan sekolah ternama itu Biyan tidak ada henti-hentinya berbicara ngalor ngidul.

Ganda masih diam.

Ganda diam bukan berarti dia seseorang yang dingin atau orang yang cuek bebek seperti novel ala ala anak jaman sekarang.

Tetapi begitulah Ganda, dia selalu diam di tempat yang baginya baru. Hanya ditempat tertentu dan orang tertentu Ganda akan bringas. Eh?

Saat ini Ganda sudah di lobi, kedua temannya sudah berpisah dengannya saat memasuki lapangan tadi.

Banyak berbagai bazar di lapangan hingga dipenuhi lautan manusia, Ganda jenuh.

Karena event yang dipikirkan sangat beda jauh dengan apa yang ia pikirkan kemarin.

Ia menghela nafas panjang, matanya berlarian memandang dihadapannya, banyak siswi yang curi - curi perhatian juga kepadanya, bahkan tadi ada yang menyapanya.

Satu kata lagi. Jenuh.

Langkah Ganda maju kearah lapangan yang di penuhi lautan manusia, namun saat sudah dipinggir lapangan, suara bergemuruh hujan terdengar, membuat bibirnya berbentuk lengkungan manis.

Hujan turun.

Ganda terkekeh pelan, nyaman.

Orang-orang sedari tadi memperhatikan Ganda dalam diam memekik pelan saat melihat kekehan milik Ganda.

Ganda bukan berarti menyukai hujan, namun hujan bisa membuat dirinya ditarik oleh masa lalu.

Masa lalu dirinya dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu.

Langkah kakinya mundur, kaki jenjangnya berdiri di pinggiran lobi. Mata tajamnya memandang damai hujan turun, ia hanya menikmati suasana indah ini.

Beberapa menit hujan masih turun, Ganda pun masih tetap memandang hujan.

"Erga! Sini! "

Suara hujan memang bergemuruh, namun indra pendengaran milik Ganda bisa menangkap suara seseorang di bagian utara lapangan.

Ganda menatap gadis itu, gadis yang tidak peduli dengan tatapan orang-orang aneh yang berteduh di lobby.

Gadis yang menikmati turunnya hujan, Ganda tersenyum. De Javu.

Bukan De Javu, namun memang mengingatkan ke masa lalu, ke masa-masa itu.

Ganda seperti berada di moment ini. Perasaan bahagia disertai nyaman saat memandang gadis yang menikmati hujan.

"Uanjir! Mupeng si kunyuk!"

Ganda menoleh kearah Arby, lalu mendecak pelan "Emangnya elu otak mesum."

Arby menyipitkan kedua matanya, lalu menjatuhkan pandangan kehadapan gadis yang masih menikmati hujan, "Cakep men!"

Biyan yang sedari tadi diam karena memperhatikan gadis itu mengangguk setuju "Dia gak cantik kek Icha, tapi anjir dia imut ala-ala arab gitu"

Arby dan Ganda menoyor kepala Biyan bebarengan "Mana ada muka Indonesia disama-samaiin sama arab," ucap mereka bersamaan.

Biyan diam memandang kedua temannya, lalu kembali memandang pemandangan indah dilapangan "Kembar siam,"

Dua kata namun mampu membuat Arby dan Ganda kembali menoyor kepalanya

Gengs kalo ada typo or ada kata baca yang gada tolong oahamilah ku copas dari hp, nanti juga ada waktu buat edit ceritanya kok :))))

CHOICETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang