Chapter 9

60 3 0
                                    

Karena sesuatu hal yang baru itu nampak asing. Namun, menenangkan.

***

"Ey ngelamun aja, mikirin apa si?"

"Ih lo tuh bikin kaget aja." ucap Dita sembari menatap Ramadhan sebal karena sudah mengusiknya yang lagi asik memandangi bunga-bunga di taman belakang sekolah.

"Jangan ngelamun terus ntar kesambet loh."

"Ram mending lo diem."

"Ih jangan marah dong, iya-iya gue bakalan diem." kemudian Ramadhan mengalihkan perhatian ke suatu arah. "Btw ngapain lo disini sendirian?"

"Pengin aja."

"Ada masalah?"

"Ngga kok."

"Kalau ada masalah crita ke gue ya, siapa tau gue bisa ngebantu." mendengar itu Dita pun langsung menoleh ke arahnya dan mendapati sorotan matanya yang saat ini juga sedang menatap Dita.

"Tap-pi..."

"Kita kan temen harus saling berbagi dong." potongnya.

Huft syukur lah, ternyata ngga seperti yang aku maksud.

"Iya deh." ucap Dita sembari tersenyum.

"Nah gitu dong." tiba-tiba Ramadhan mencubit pipi milik Dita alhasil darah yang sedari tadi mengalir kini seakan membeku dan untuk beberapa saat ia hanya terdiam.

"Nanti sore lo ada acara ngga?" tanyanya namun Dita tak menggubrisnya dan masih asik dengan lamunannya. "Oiii." lalu Ramadhan menyenggol lengan Dita.

"Eh iya kenapa tadi?"

"Hmm ntar kesambet beneran loh."

"Husttt apaan si, iya maaf tadi gue agak sedikit ngga konsen hehehe."

"Gini ntar sore lo ada acara ngga?"

"Oh itu, ngga ada."

"Kalau gitu boleh minta temenin ngga?"

"Kemana?"

"Bisa ngga? Kalau bisa nanti gue jemput."

"Iya kemana?"

"Lah nanti tahu sendiri, gimana bisa ngga?"

"Iya deh iya."

"Ya udah jam 5 gue jemput lo ya."

"Okey."

***

"Waaa kenapa bro senyam-senyum sendiri, udah kaya monyet abis di beri pisang lo." tegur Rahyan saat memergoki Ramadhan sedang cengengesan tak jelas.

"Hehehe ngga papa."

"Ih gila lo ya? Salah obat lo?" tanya nya lagi sembari mengerutkan dahi.

"Seru amat nih ada apaan?" tanya Dodit yang saat ini juga ikutan nimbrung.

"Tau tuh si Ramadhan cengengesan kagak jelas, lo kasih dia makan apa si?"

"Oh tadi gue kasih dia pelet ikan." ledek Dodit.

"Pantes aja hehehe."

"Bro ke kantin yuk, gue yang traktir." ajak Ramadhan kepada dua temannya itu.

"Wah serius nih?" mereka pun kompak mengucapkan kalimat tersebut.

"Serius, kuy."

"Ram lo sering-sering kek gini ya, kalau lo kek gini terus kan gue jadi enak, iya ngga Yan?"

Sebuah Rasa[R E V I S I]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang