Chapter 10

50 2 2
                                        

"Lo mau beli buku?" tanya Dita saat mereka sudah sampai di depan toko buku.

"Iya hehehe."

Kemudian mereka beranjak masuk dan memulai mencari buku yang hendak Ramadhan beli.
Dita juga ikut mencari-cari buku siapa tahu ada buku yang sedang ia butuhkan.

"Mau beli itu?" tanya Ramadhan pada Dita yang saat ini ia sedang memegang novel berjudul 'Dear Nathan'.

"Mmm masih bingung." ucapnya sembari terus menatap ke novel tersebut. "Lo udah dapet buku yang lo cari?" lalu ia mengalihkan perhatiannya kepada Ramadhan.

"Udah nih." jawabnya sembari menunjukan buku yang ada di tangan kanannya.

"Kalau gitu balik aja yuk." pinta Dita.

"Lah lo ngga jadi beli novelnya?"

"Kapan-kapan aja." lalu mereka berjalan menuju kasir untuk membayar buku yang Ramadhan beli.

"Lo tunggu di luar aja." pinta Ramadhan dan Dita mengangguk.

"Berapa mba totalnya?" tanya Ramadhan pada seorang kasir yang sedang melayani nya.

"Jadi totalnya Rp 85.000 mas, udah cuma satu aja?"

"Mmm kalau gitu ini deh satu." lalu Ramadhan menunjuk ke salah satu buku novel yang saat ini sedang booming yaitu 'Dear Nathan'.

"Baik, jadi total keseluruhannya Rp 184.000." Lalu Ramadhan mengeluarkan dua lembar kertas berwarna merah muda dan menyerahkannya ke kasir tersebut.

"Uangnya Rp 200.000 ya, jadi kembaliannya Rp 16.000." ucap kasir tersebut sembari menyerahkan lembaran uang dan paper bag yang berisi buku.

Lalu setelah itu Ramadhan menghampiri Dita yang saat ini sedang bersandar di motor.

"Nih." ucap Ramadhan sembari menyerahkan paper bag.

"Apaan?" tanya Dita sembari mengernyitkan dahi.

"Buat lo."

"Hah buat gue?" tanyanya lagi tak percaya.

"Udah ambil aja." lalu Dita mengambil paper bag itu dan karena penasaran ia pun membukanya. Dan seketika ia dibuat terkejut setelah ia mengeluarkan buku itu, karena tak disangka Ramadhan telah membelikan novel yang sejak seminggu lalu ia sangat inginkan.

"Kena--" belum sempat ia berbicara langsung dipotong oleh Ramadhan.

"Udah jangan banyak nanya lagi, yuk buruan kita pergi."

"Makasih ya Ram." ucap Dita tulus.

"Iya sama-sama." kemudian mereka menaiki motor ninja milik Ramadhan dan segera melaju menembus cakrawala.

"Kita nonton dulu yuk."

"Hah apa? Lo bilang apa barusan? gue ngga denger." jawab Dita yang sedikit mendekat pada Ramadhan karena tidak mendengar perkataan Ramadhan.

"Ki-ta non-ton du-lu ma-u ngga?" ucap Ramadhan lagi sembari mengeja dan sedikit meningkatkan volumenya karena paham dengan kebisingan yang diakibatkan oleh kendaraan lain.

"Oh gitu, iya udah ayok."

***

Saat ini mereka sudah berada di gedung bioskop, lalu Ramadhan memesan dua tiket. Ya saat ini mereka akan menonton film yang berjudul 'Insidious'.

"Lo berani ngga nonton film ini?" tanya Ramadhan saat mereka duduk di lobi sembari menunggu jam tayang film tersebut.

"Jangan salah gini-gini gue berani loh."

"Yakin?" ucapnya sembari meledek.

Tiba-tiba posel Dita berdering dan ia mengernyitkan dahi saat membaca nama yang tertera di layar ponselnya. Pak Trio nama itu yang saat ini menelfon nya.

Pak Trio adalah supir pribadi keluarga Dita ia sudah mengabdi pada keluarga Dita kurang lebih 5 tahun dan saat ini ia bekerja untuk mamah nya Dita mengingat mamah nya yang sendiri di rumah dan hanya di temani oleh bi Sumi yaitu pembantunya. Karena Ayah Dita sudah meninggal 8 tahun yang lalu disebabkan kecelakaan. Waktu itu ia masih berumur 9 tahun dan saat ia mengetahui ayahnya telah meninggal ia sangat terpukul.

Nenek Dita berada di New York dan dulu Dita sempat menetap disana sampai akhirnya ia memutuskan untuk menetap di Indonesia.

"Hallo?"

"Hallo non, non ada dimana?" tanya laki-laki paruh baya tersebut.

"Lagi diluar, emang kenapa?"

"Gini non, anu....."

"Anu apa?"

"Non mending sekarang cepet ke rumah sakit deh."

"Lah emang siapa yang sakit?" tanyanya bingung.

"Tadi nyonya besar pingsan non jadi sekarang dibawa ke rumah sakit, non buruan gih kesini."

"Apa?!!! Ya-yaudah gue kesana." lalu Dita memutuskan telefonnya.

"Ada apa Dit?" tanya Ramadhan.

"Ram kayaknya kita ngga jadi nonton, soalnya nyokap gue masuk rumah sakit." paparnya panik.

"Hah serius?? Iya udah kalau gitu biar gue yang nganter lo."

Tak butuh waktu lama sampai akhirnya mereka sampai di rumah sakit dan Dita bergegas menuju ke ruang UGD dimana mamah nya di rawat.

"Pak gimana keadaan mamah?" tanya Dita dengan cemas pada pak Trio saat ia sudah berada di depan ruang UGD.

"Nyonya besar masih tak sadarkan diri non." mendengar itu ia langsung meneteskan air mata tak kuasa menahan air mata yang sedari tadi ia bendung.
Dan di sisi lain ada Ramadhan yang mencoba menenangkannya.

Air matanya mengalir semakin deras saat ia sudah berada tepat di hadapan mamahnya memandangi sosok yang selama ini ia anggap sosok yang sangat kuat yang saat ini sudah terpasang berbagai alat medis di sekujur tubuhnya.

"Mah...." rintihnya sembari jongkok disamping mamahnya.

"Mamah ngga boleh kayak gini, mamah harus sehat terus, mamah ngga boleh sakit, mah... Dita sekarang ngga punya siapa-siapa lagi selain mamah, Dita sayang banget sama mamah, Dita ngga mau kehilangan mamah, mah..... bangun mah...." rengek Dita sembari menggenggam tangan mamahnya.

Ramadhan yang melihat itu pun ikut meneteskan air mata dan dengan segera ia hapus air mata itu.

"Apakah anda keluarga dari pasien?" tanya seorang dokter.

"I-iya saya anaknya." lalu Dita mengahapus air matanya.

"Boleh bicara sebentar?"

"Iya boleh."

"Kalau gitu mari ikut keruangan saya."

***

Segini dulu aja kali yak?? Author udah ngantuk nih hehehe.
*padahalmasihjamsetengahsembilan*

Dan author sangat berharap atas partisipan dari kalian, yaitu dengan vote dan comment kalian.

Bagi kalian yang sudah melakukan itu author sangat berterima kasih.
I love you😚

Januari 2018

Sebuah Rasa[R E V I S I]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang