"Apa dok?!! Ma-mamah saya punya penyakit kanker?!"
"Iya, mamah kamu sudah memasuki stadium akhir."
"Stadium akhir??!" tanya nya lagi tak percaya dan dokter hanya bisa mengangguk kecil. "Dok, mamah saya bisa sembuh kan?"
"Kemungkin untuk sembuh itu sangat kecil. Namun, kita berdoa saja kepada yang di atas agar diberikan kesembuhan."
Tak terasa butiran air telah membasahi pipinya dan saat ini ia merasa ditusuk dengan beribu-ribu jarum. Ia merutuki dirinya sendiri karena selama ini ia tidak begitu peduli pada mamahnya. Ia sangat menyesal karena selama ini tak mengetahui penyakit yang diderita oleh mamahnya. ia tak mengira bahwa mamahnya selemah itu.
"Lo kenapa Dit?" tanya Ramadhan saat Dita telah keluar dari ruangan.
Ia tak menjawabnya dan hanya tertunduk lesu. Ramadhan pun ikut duduk disamping Dita dan ia meletakan kepala Dita di pundaknya.
"Dit, jangan pernah merasa sendiri lagi. Karena gue akan selalu ada di sisi lo." papar Ramadhan.
Lagi-lagi air mata Dita mengalir dengan deras dan dengan segera Ramadhan menghapus air mata yang jatuh di pipi Dita.
Tiba-tiba ponsel Ramadhan bergetar dan ia segera mengangkat telefon tersebut.
"Hallo Sal."
"Ram lo sekarang dimana? Udah jam sepuluh kenapa belum pulang coba? Trus Dita mana kok gue telefon dia, ngga aktif si?"
"Sal, gue sekarang ada di rumah sakit."
"Hah rumah sakit? Lo sama Dita kenapa?!"
"Besok gue jelasin, dan kayaknya Dita malam ini ngga pulang." ucapnya sembari melihat ke arah Dita. "Udah dulu ya." lalu Ramadhan mematikan panggilannya.
"Ram, ini udah malem mending lo pulang sekarang gih." tutur Dita sembari membetulkan posisi duduknya.
"Engga gue akan tetap disini, nemenin lo."
"Udah gue ngga papa kok, mending lo pulang aja kasihan mamah lo ntar nyariin."
"Ngga gue ngga bakalan pulang, gue akan nemenin lo disini titik!"
Dita hanya bisa menghela nafas kasar saat Ramadhan bersikeras untuk tak pulang.
----
Mentari telah menyambut dari balik tirai. Namun, kedua insan tersebut masih terlelap ke dalam mimpi. Ramadhan yang saat ini sedang tidur di sofa yang berada di ruang dimana mamahnya Dita di rawat. Dan Dita yang tertidur di kursi dekat dengan ranjang mamahnya.
Dret.. dret.. dret..
Dita pun terbangun saat ponselnya bergetar dan melihat notif dari Salwa yang sejak dari tadi malam menghubunginya.
Jam dinding menunjukan pukul 06.05 WIB, dan dilihat Ramadhan masih terlelap ke dalam mimpi. Lalu ia mencoba membangunkannya.
"Ram... Ram bangun udah siang nanti lo terlambat." ucapnya sembari mengguncangkan tubuh Ramadhan.
"Huaaaaaa....."
"Udah jam enam lebih buruan deh bangun."
"Nanti lah masih pagi, gue masih ngantuk, lagian kan hari ini kita ada pentas seni jadi boleh dong berangkat siang."
"Tapi kan lo harus persiapan buat tampil."
"Lima menit lagi."
"Bangun ngga!" ancamnya dengan tangan yang kini telah memegang satu gayung air.
"Iya iya, bawel banget."
"Apa tadi? Lo bilang apa barusan?!"
"Eh ngga kok hehe." lalu Ramadhan berjalan ke arah WC untuk mencuci mukanya. "Lo berangkat ngga?" tanya nya saat sudah kembali dari WC sembari memakai jaket.
"Ngga, tadi gue udah izin ke Bagas."
"Oh gitu, ya udah gue cabut dulu ya, kalau lo butuh sesuatu panggil gue aja." dan ia pun segera melesat dari pandangan Dita.
Dita yang saat ini sedang menatap sosok mamahnya yang terbaring lemah pun kembali meneteskan air mata. Karena sejak tadi malam mamahnya tak kunjung sadarkan diri.
Mah, maafin Dita... Dita janji bakalan nurut sama mamah, Dita akan ngelakuin apapun yang mamah minta.
Lalu ia segera menghapus air matanya, dan berniat keluar untuk membeli sarapan.
----
Saat ini matahari telah berada tepat di atas kepala dan sampai detik ini pun mamahnya tak kunjung sadarkan diri. Namun, dokter sempat mengatakan bahwa kondisi mamahnya sudah membaik dan akan segera sadar.
Ia terus memandang mamahnya lesu, ia tak bisa membayangkan jika harus kehilangan orang yang ia cintai untuk yang ke dua kali. Ia tak ingin mengalami kejadian seperti 8 tahun yang lalu dimana ia harus kehilangan ayah tercinta disebabkan kecelakaan saat hendak menjemput Dita pulang dari sekolah. Kejadian itu begitu pilu, sempat karena kejadian itu Dita tak mau makan selama 2 hari dan akhirnya ia jatuh sakit. Namun, berkat mamahnya yang selalu menguatkan Dita akhirnya ia bisa menerima semuanya dan mencoba untuk tegar kembali.
"Dit....." panggil seseorang. mendengar ada yang memanggil ia pun menengok ke arah suara itu berasal.
"Salwa?"
"Dit kenapa lo ngga ngabarin gue?! Kenapa lo ngga bilang kalau mamah lo sakit?!"
"Maaf Sal..." ucapnya tertunduk karena merasa bersalah. Kemudian Salwa memeluk Dita dan tak lama kemudian air mata mereka pecah hingga membasahi pipi.
"Lo ngga papa kan Dit?" tanya nya sembari terus memeluk Dita. "Coba ceritain kronologinya kenapa bisa sampai mamah lo masuk rumah sakit?"
"Jadi gini..." lalu Dita melepaskan pelukan Salwa dan mulai bercerita. "Jadi ternyata selama ini nyokap gue menderita kanker payudara Sal."
"Apa?!"
"Dan bodohnya gue selama ini gue ngga pernah tau soal itu."
Salwa yang mendengar itu hanya bisa menghembuskan nafas kasar. Ia sangat mengerti bagaimana perasaan Dita saat ini dan ia mencoba menenangkan Dita dan memberi semangat.
Ramadhan yang melihat mereka pun hanya bisa menatap pilu mencoba memahami apa yang di rasakan Dita saat ini.
"Btw pentas seni nya udah selesai?" tanya Dita pada Salwa dan Ramadhan memecahkan kesedihan.
"Sebenarnya belum selesai tapi kita izin untuk pulang cepat." papar Ramadhan.
"Maaf ya... gara-gara gue kalian jadi ninggalin pentas seni nya."
"Lo ngga perlu minta maaf orang kita aja yang pengin kesini, iya ngga Sal?"
"Iya bener tuh kata Ramadhan, kita kesini karena kemauan diri sendiri lo ngga perlu nyalahin diri lo."
"Makasih ya karena kalian selalu ada disisi gue." ucap Dita tulus.
~~~~~~
Haii... Makasih untuk kalian yang udah menyempatkan membaca😘 jangan lupa untuk memberi vote dan comment.
Author sangat mengharapkan itu😢 lagian gratiskan cuma tinggal nge-klik aja.
Happy Reading❤
Januari 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Rasa[R E V I S I]
Teen FictionSebuah Rasa yang tiba-tiba hadir di hatiku, tapi apakah salah bila rasa ini hadir? entahlah benar atau salah bukan aku yang menentukan tapi orang lain lah yang akan menilai. Tapi sesungguhnya aku sudah berusaha menjadi yang terbaik. "Hanya karena pe...
![Sebuah Rasa[R E V I S I]](https://img.wattpad.com/cover/132285008-64-k537368.jpg)