Setelah Ramadhan mengutarakan perasaannya pada Dita.
Salwa saat ini masih berada di Rooftop. Dia benar-benar kecewa dengan Dita, bisa-bisanya Dita mengkhianatinya. Sungguh itu sangat-sangat diluar fikiran Salwa.
Menangis?
Tak bisa dipungkiri karena Salwa benar-benar terluka, dia ingin menangis sejadi-jadinya.
Tapi untuk apa dia menangis? Menyesali pertemanannya dengan Dita? Atau menangis karena Ramadhan lagi?
Sudah cukup Salwa menangis karena Ramadhan dan tidak ada gunananya juga Salwa menangisi pertemanannya dengan Dita. Semuanya sudah jelas Dita telah mengkhianatinya.
Dan mulai saat ini juga dia tak mau lagi melihat Dita. Jika kalian berfikir bahwa Salwa jahat, maka dia akan bertanya pada kalian.
Lebih jahat gue atau Dita? Dia telah nusuk gue dari belakang, gue sahabatnya sendiri.
Salwa tak ingin lama-lama meratapi kesedihannya, lantas dia melihat ke arah jam tangannya dan telah menunjukan setengah lima lantas Salwa berniat untuk turun ke kelas dan pulang ke kosan.
***
"Ram kenapa muka lo ditekuk gitu dari tadi?" tanya Rahyan pada Ramadhan.
Saat ini Ramadhan tengah duduk di tempat biasa mereka untuk nokrong yaitu di Cafe yang tak jauh dari rumahnya.
Ramadhan terlihat sangat tak bersemangat dan tidak seperti biasanya.
"Kenapa lagi? Masalah si Dita?" tanya Rahyan lagi.
Memang Rahyan lah tempat untuk Ramadhan menceritakan segala sesuatunya karena dia merasa Rahyan dapat menjaga rahasiannya dan dia juga orang yang mampu diandalkan dalam nasehat menasehati.
"Gue udah jujur ke Dita tentang perasaan gue, tapi...." Ramadhan menggantungkan kalimatnya.
"Tapi apa?" tanya Rahyan sembari menyruput Coffee Latte yang telah dipesannya tadi.
"Dia nolak gue." jawabnya dengan malas sembari mengarahkan pandangannya ke suatu arah menghindari kontak mata dengan Rahyan.
"Serius Dita nolak lo?"
Ramadhan hanya mengangguk.
"Kenapa bisa dia nolak lo? gue bisa baca ekspresi si Dita kok kalau lagi ngomong sama lo, dan dia itu suka sama lo." paparnya
"Entahlah, dia cuma bilang 'ingin menjaga perasaan seseorang aja' itu kata dia."
"Dita punya cowo??" tanya Rahyan penasaran.
Ramadhan hanya mengangkat bahu.
"Lo kenal Bagas?" tanyanya.
"Bagas siapa? Ketua osis kita?"
Ramadhan mengangguk.
"Kenapa emang?"
"Tadi gua liat dia meluk Dita di sekolah." jelasnya.
"Sumpeh lu???" tanyanya tak percaya.
"Mungkin itu alesan Dita nolak gue."
"Sejak kapan Dita jadian sama tuh anak?" entah mengapa Rahyan sedikit tak menyukai Bagas.
"Gue kurang tau." jawab Ramadhan.
"Trus lo gimana sama perasaan lo?"
"Gue ngga akan nyerah, gue akan tetep merjuangin Dita." ucapnya dengan sangat yakin.
"Yaudah kalau gitu lo ngga usah sedih-sedih lagi, anggep aja Dita belum tau kalau lo suka ke dia, jadikan nanti lo ngga canggung ketemu dia."
"Gue usahain."
"Lo kan cowo ngga boleh gini dong masa cuma gara-gara cewe lo lemah si." kemudian Rahyan meyruput Coffee Latte nya hingga habis.
"Iya iya." Ramadhan pun ikut meminum Coffee Latte milikinya.
"Dari pada galau-galau mending kita nge band aja yuk." ajak Rahyan dan Ramadhan menyetujuinya.
Sebelum mereka pergi dari cafe mereka membayar terlebih dahulu ke kasir.
***
Salwa saat ini sedang berada di mini market dia mengambil makanan ringan seperti Taro, lays, citato, piatos, citaro, oreo, tim tam. Lalu dia beralih ke rak sebelah yang semua berisi mi instan, Salwa mengambil dua samyang cup.
Lalu setelah itu dia menuju ke lemari pendingin dia mengambil 3 botol minuman bersoda.
Dan saat dia berbalik tiba-tiba saja ada Ramadhan di sampingnya.
Sontak hal itu membuat Salwa terkejut.
"Banyak banget belinya, emang abis tuh." ucap Ramadhan.
"Bukan urusan lo." jawab Salwa dengan ketus.
Lalu dia berjalan menuju kasir.
"Lah tuh bocah kenapa lagi." Ramadhan menggaruk keningnya yang tak gatal.
Lalu dia mengambil sebotol Coca-Cola dan kemudian menuju kasir.
Salwa masih berada di kasir dan dia tak menengok ke arah Ramadhan yang saat ini sudah berada di sampingnya.
Ramadhan tengah melihat Salwa, dia tak tau salahnya apa pada Salwa.
Setelah Salwa selesai membayar belanjaannya kemudian dia pergi menuju tempat parkiran.
Ramadhan meletakan belanjaannya di meja kasir.
"Bentar ya mba." ucapnya pada mbak kasir.
Mbak kasir hanya mengangguk.
Lalu Ramadhan keluar untuk mengejar Salwa.
"Sal..." panggilnya sembari berlari kecil.
Namun, Salwa tak menggubrisnya dia terus jalan menuju motornya.
"Sal..." panggilnya dengan menahan tangan Salwa.
Alhasil Salwa berhenti dan menengok ke arah Ramadhan yang saat ini sudah berada di belakangnya dengan Ramadhan yang masih menggenggam pergelangan tangannya.
"Sal, lo kenapa si?" tanya Ramadhan
"Gue ngga papa." Jawabnya dengan cuek.
"Tapi kenapa lo jadi gini? lo ada masalah?"
"Kalau ngga ada yang penting gue permisi dulu." ucap Salwa dan kemudian dia melepaskan tangan Ramadhan yang masih menggenggam pergelangan tangannya.
Kemudian Salwa menaiki motornya dan meninggalkan Ramadhan.
Ramadhan hanya terdiam melihat sikap Salwa yang sangat aneh.
***
Apakah kalian menunggu cerita ini?
Kalau iya komen ya...
kali ini ceritanya ngga terlalu panjang, author lagi dibuat deg-degan soalnya besok pembagian rapot... Duhhhh seriusss takuttt banget kalau nilainya turun😭😭
Doain author ya biar dapet nilai bagus😓
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Rasa[R E V I S I]
Teen FictionSebuah Rasa yang tiba-tiba hadir di hatiku, tapi apakah salah bila rasa ini hadir? entahlah benar atau salah bukan aku yang menentukan tapi orang lain lah yang akan menilai. Tapi sesungguhnya aku sudah berusaha menjadi yang terbaik. "Hanya karena pe...
![Sebuah Rasa[R E V I S I]](https://img.wattpad.com/cover/132285008-64-k537368.jpg)