Chapter 7

87 4 3
                                    

Maaf sebelumnya tapi tolong ya jangan jadi Silent
Readers usahakan vote or coment, makasih.

***

"Gimana udah ada yang menemukan?" tanya Bagas saat semua anak sudah berkumpul di ruangan osis.

"Belum Gas, tadi gue sama anak-anak udah nyari kemana-mana tapi ngga ada hasil." papar Erwin.

"Padahal tinggal 4 hari lagi pentas seni itu diadakan, harusnya hari ini udah diserahkan ke kepsek." lalu Bagas pun berpikir mencari solusi bagaimana menyelesaikan masalah ini.

"Gas, biar nanti gue buat lagi dan gue janji besok udah jadi." Dita pun sebenarnya tak yakin bisa menyelesaikannya dalam satu malam, tapi ia harus bertanggungjawab.

"Boleh, kalau gitu biar gue nanti bantu lo deh."

"Eh ngga usah Gas, ini kan udah tanggungjawab gue jadi biar gue aja yang ngerjain."

***

Saat ini Dita berada di depan layar laptop memainkan tombol-tombol huruf, berbagai kata tersusun dalam kalimat hingga menjadi beberapa paragraf.

Pukul 17.00 WIB ia masih berada di sekolah dan tepatnya saat ini ia sedang duduk di ruang perpustakaan seorang diri. Sebenarnya Salwa tadi mau menemaninya tapi ia menyuruh Salwa pulanh terlebih dahulu, awalnya si dia sempet nolak tapi akhirnya dia mau dan dia juga menyerahkan kunci motor kepada Dita karena hari ini dia dijemput oleh Arik.

Sungguh badan ini terasa sangat lelah, jari-jari pun sudah memberontak untuk berharap berhenti menekan tombol, dan ia pun berkali-kali menghembuskan nafas kasar sembari merengangkan otot-otot. Dan ia pikir saat ini sekolahan sudah tidak ada lagi manusia tapi tidak masalah ia akan tetap semangat menyelesaikan proposal ini. Fighthing!!!

"Dita....?" ucap seseorang bersamaan dengan suara pintu terbuka. "lo belum pulang?" tanyanya dengan sedikit terkejut.

"Ehh Ramadhan, belum gue lagi nyelesaiin proposal."

"Lah bukannya udah selesai ya?"

"Iya tapi proposal nya hilang."

"Lah kok bisa?"

"Gue juga ngga tahu."

"Ini udah sore banget loh, pulang yuk."

"Bentar lagi lah nanggung." ucapnya sembari merenggangkan otot-otot. "lah lo sendiri ngapain jam segini masih keluyuran di sekolahan?"

"Tadi siang tuh gue naruh flashdisk di perpus eh malah ketinggalan di perpus, akhirnya terpaksa deh balik lagi ke sekolah, dan ngga taunya ada lo disini." jelasnya.

"Oh gitu."

"Iya, lo masih lama ngga?  sinih biar gue bantu." lalu dia mengambil laptop dari tangan Dita dan duduk di sampingnya sembari meletakan laptop di hadapan dia dan mulai memainkan keyboard.

Tak disadari ternyata saat ini Dita sedang menatapnya dalam-dalam, dan tak ia sangka ternyata Ramadhan memiliki mata hazel yang sangat indah memancarkan cahaya yang tak dapat dimengerti, dan rahang yang kokoh yang memancarkan ketampanannya,
dia memiliki postur tubuh yang sangat ideal, berbadan sispek, tak lupa dia memiliki jambul khatulistiwa andalanya dan dia termasuk anak yang cerdas, waww perfect. tak heran jika banyak wanita yang tergila-gila dengan nya.

"Oii."

"E-ehh." ucap Dita gelagapan karena menyadari bahwa dari tadi dia sedang menatap Ramadhan.

"Lo ngapain ngeliatin gue mulu, ntar naksir loh." ucapnya sembari tersenyum geli.

"Dih, apaan siapa juga yang lagi ngeliatin lo."

"Alah jangan boong lo kira gue kagak tau apa..Hahaha."

"Jangan kepedean deh lo."

"Hahaha... Jangan ngambek napa, gue tadi bercanda kok."

"Iya iya." kemudian Dita memainkan ponselnya dan mencoba mengalihkan perhatian dari Ramadhan. Dan Ramadhan pun kembali mengetik sebuah kalimat.

"Dasar bego, bego, gue emang bego!" Batin Dita.

"Udah ngga usah nyalahin diri lo. Gue seneng diliatin lo kok..Hahaha."

"Hah?" kok dia bisa tahu ya, apa jangan-jangan dia punya indra ke enam, ih ngga mungkin, ngaco deh! "Ih apaan si Ram."

"Hehehe.."

"Lahh kok lowbatt si." ucap Dita kesal saat mengetahui ada peringatan di ponsel. "Ram lo bawa charger ngga?"

"Bawa, tuh di tas ambil aja." ucapnya sembari mengarahkan dagu nya ke tas yang berada di samping nya. Lalu Dita mengambil charger tersebut dan memasangnya di lubang ponsel miliknya, tak lupa sebelum di ces, ponselnya ia matikan terlebih dahulu.

***

"Udah hampir malem kok Dita belum balik ya? gue jadi khawatir." kemudian Salwa menekan salah satu nomor yang ada di kontaknya. Namun, nihil tak ada nada tersambung pun. "Pake ngga aktif segala lagi HP nya."

Pikirannya pun berkecamuk, memikirkan hal-hal yang tidak-tidak, dan dengan segera ia tepiskan pikiran itu, dan mulai berpikir positif. "Apa gue susul aja ya, tapi naik apa coba? oh iya gue minta tolong aja ke Arik, siapa tau Arik mau... Hehe sekalian modus." kemudian ia menekan nomor Arik dan terdengar nada sambung tak lama kemudian suara berat yang dimiliki laki-laki itu terdengar, dan segera ia menceritakan keinginannya dan yups 15 menit lagi Arik sampai di kosan.

Yups tepat 15 menit Arik sudah sampai di depan kosan dan dengan segera Salwa duduk di belakang Arik, lalu mereka pun melaju melintasi jalan raya.

Tak butuh waktu lama akhirnya mereka sampai di depan sekolah. Dan Salwa menyuruh Arik untuk menunggu di lobi sedangkan ia berjalan menuju perpustakaan. Namun, saat ia sampai di depan pintu perpustakaan dia mendengar suara tawa dari dalam ruangan itu. Ya, itu suara Dita tapi dia dengan siapa? Ngga mungkin kan dia tertawa sendiri. Lalu ia mengintip dari balik pintu yang kebetulan agak terbuka sedikit.

"Lah itu kayak Ramadhan." lalu ia memperhatikan nya dalam-dalam dan ya, itu memang bener Ramadhan.

Tapi kok gue ngerasa ada yang aneh ya, kok gue ngga seneng si ngeliat Dita dan Ramadhan ketawa bareng. kenapa perasaan gue jadi gini...? batin Salwa.

"Ngintipin apa Ay?" sontak ia pun terkejut saat mendengar suara Arik.

"Mmm...."

"Lah ada Ramadhan juga?" tanyanya saat mengintip. "Kenapa ngga masuk aja Ay?"

"H-hah?, eh i-iya tadi gue mau masuk tapi tiba-tiba lo nongol..Hehehe." paparnya sedikit gelagapan.

Jangan gini Sal, lo ngga boleh kayak gini! Lo harus bersikap biasa! batin Salwa.

"Ayok masuk." perintah Arik sembari membuka pintu.

***

jangan lupa vote and coment nya ya..😉

Januari 2018

Sebuah Rasa[R E V I S I]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang