Pukul 19.00 WIB
Saat ini Dita masih menunggu mamahnya tersadar, ia tak henti-hentinya berdoa untuk kesembuhan orang yang amat ia cintai.
Tiba-tiba Dita melihat ada gerakan dari tangan mamahnya dan diikuti dengan suara hangat yang selama ini ia rindukan.
"Mamah? Mamah udah bangun??" tanya Dita gembira. "Bentar ya mah Dita panggil dokter dulu." kemudian ia berlari secepat mungkin menuju ruangan dokter Rian yang beberapa hari ini merawat mamahnya.
***
"Alhamdulillah mamah kamu sudah sadar dan kondisi tubuhnya sudah membaik." ucap dokter Rian setelah memeriksa keadaan Rumi.
Dita pun hanya bisa tersenyum penuh kebahagiaan.
"Ditaa..." panggil Rumi dengan volume yang hampir tak terdengar.
"Iya mah?" tanyanya sembari menggenggam tangan Rumi.
"Maafin mamah ya karena udah bikin Dita khawatir..." ucapnya lemas.
"Mamah jangan ngomong gitu, Dita yang seharusnya minta maaf ke mamah."
"Kamu ngga salah nak, mamah yang salah karena selama ini mamah telah nyembunyiin tentang penyakit mamah." ucap Rumi sembari menggenggam tangan anak kesayangannya.
"Udah mamah jangan ngomong kek gitu, kita sekarang fokus ke kondisi mamah aja, jangan mikir yang macem-macem. Lagian Dita sangat bersyukur karena masih bisa ngeliat mamah tersenyum."
"Ternyata anak mamah udah gede ya." lalu ia mengelus rambut Dita dan tak lupa ia selalu menyunggingkan senyum terbaik nya.
Dita tiba-tiba teringat dengan ucapan yang di lontarkan Ramadhan yaitu jika mamahnya bangun ia harus segera menghubungi Ramadhan. Dan tanpa pikir panjang ia pun menghubunginya.
Saat ini yang terdengar hanyalah nada sambung dan beberapa detik kemudian terdengar suara berat yang saat ini Dita tunggu. Lalu ia menceritakan Kepadanya tentang kesadaran mamahnya. Mendengar itu Ramadhan segera melesat pergi menuju rumah sakit dimana mamah Dita di rawat.
Tak butuh waktu lama akhirnya ia sampai di ruangan dimana mamah Dita di rawat. Dan saat ia masuk ke ruangan itu ia telah disambut oleh Dita, tanpa diduga saat ini ia tengah memeluk Ramadhan.
"Ram.. Akhirnya mamah bangun." ucapnya sembari memeluk Ramadhan tak lupa ia terus menyunggingkan senyum.
Ramadhan pun kaget dengan reaksi Dita saat memeluknya, sungguh Dita mampu membuat Ramadhan tak berdaya. Saat ini jantungnya berpacu tak karuan dan seketika ia tersadar dari lamunanya saat Dita telah melepaskan pelukannya.
"Gu-gue ikut seneng ndengernya." paparnya gerogi.
"Yuk gue mau ngenalin lo sama mamah gue." ucap Dita sembari menggandeng tangan ramadhan.
"Mah kenalin ini temen Dita namanya Ramadhan." ucapnya memperkenalkan Ramadhan pada Rumi.
"Selamat malam tante." ucap Ramadhan sopan.
"Malam nak Ramadhan." jawab Rumi sembari menyunggingkan senyuman.
"Tante seneng deh ada nak Ramadhan di sisi Dita, tante minta tolong jagain Dita ya nak."
"Ih mamah apaan si." ucap Dita sembari memanyunkan bibirnya.
"Hehe iya siap tante, saya bakal ngejaggain anak tante kalau perlu dengan segenap raga dan jiwa saya tan."
"Lo juga apaan si Ram." ucapnya pada Ramadhan sembari melayangkan pukulan ke lengan Ramadhan. "Eh bentar gue mau ngabarin Salwa dulu."
***
"Wah serius Dit? Iya oke gue segera ke sana." ucap Salwa saat Dita telah menceritakan semuanya.
"Eh lo kesini sama siapa? Ini udah malem loh." ucap Dita khawatir mengingat waktu telah menunjukan pukul 20.30 WIB.
"Gue naik taxi aja."
"Taxi mah udah jarang jam segini, mending lo datengnya besok aja deh."
"Mmm... Kalau gitu gue sama Arik aja."
"Yaudah kalau git--" belum sempat Dita menyelesaikan perkataanya sudah dipotong oleh Salwa.
"Ya ampun gue lupa, hari ini kan si Arik ada di Jogjakarta!"
"Tuh kan mending besok aja pulang sekolah lo kesini."
"Iya deh iya."
"Dan inget lo ngga boleh tidur kemaleman, ngga boleh main hp mulu, besok harus bangun pagi dan jangan lupa pasang alarm biar lo ngga kesiangan."
"Iya bu iya bawel amat."
Kemudian Dita memutuskan panggilannya dan duduk di sofa yang terletak tak jauh dari tempat tidur Rumi. Dan disusul dengan Ramadhan yang juga ikutan duduk di samping Dita.
"Mamah istirahat aja, biar Dita sama Ramadhan yang ngejagain mamah."
Tak lama kemudian Rumi pun terlelap ke alam bawah sadar. mungkin karena efek obat yang tadi di minumnya hingga ia bisa dengan cepat tertidur.
"Eh Dit, gue keluar sebentar ya ada urusan." papar Ramadhan dan Dita meng-iya kan. lalu Ramadhan pun melangkah keluar ruangan.
"Huaaaa....." ia pun menutupi mulutnya yang mengangap lebar dengan kedua tangannya.
Lalu ia membaringkan tubuhnya di sofa dan perlahan ia menutup matanya.
***
Jam dinding telah menunjukan pukul 00.35, dan saat ini Dita terbangun karena suara gaduh yang dihasilkan dari luar. Seperti suara brankar yang sedang dibawa oleh para suster dan diikuti dengan tangis seseorang.
Karena ia penasaran akhirnya ia keluar. Namun, tak mendapati apapun sepertinya suster telah membawa pasien ke UGD.
Tapi ada sesuatu hal yang menyita perhatiannya sekaligus terkejut saat melihat Ramadhan yang tertidur pulas di kursi tunggu. Ia tak mengira bahwa Ramadhan akan menginap di rumah sakit lagi, karena Dita berfikir setelah Ramadhan pergi ia takan kembali lagi ke sini.
Kemudian ia menghampiri Ramadhan, menatapnya penuh arti. Membayangkan betapa pedulinya ia kepada Dita akhir-akhir ini, ia selalu ada di saat Dita membutuhkan seseorang, ia begitu perhatian kepada Dita.
Ram, kenapa lo sebaik ini ke gue?
Melihat Ramadhan yang mulai menggigil karena kedinginan ia pun mengambil selimut yang tadi pagi ia bawa dari kosan dan memakaikannya pada Ramadhan.
Makasih untuk perhatian lo Ram, lo harus sehat terus.
Lalu ia pun kembali ke ruangan dan melanjutkan mimpi indahnya yang sempat tertunda.
***
Jangan lupa vote dan comment nya ya
Sampai ketemu lagi di chapter selanjutnya😘
Happy Reading
Januari 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Rasa[R E V I S I]
Teen FictionSebuah Rasa yang tiba-tiba hadir di hatiku, tapi apakah salah bila rasa ini hadir? entahlah benar atau salah bukan aku yang menentukan tapi orang lain lah yang akan menilai. Tapi sesungguhnya aku sudah berusaha menjadi yang terbaik. "Hanya karena pe...
![Sebuah Rasa[R E V I S I]](https://img.wattpad.com/cover/132285008-64-k537368.jpg)