Chapter 15

28 2 0
                                        

"Pulang yuk." ajak Dita mencairkan suasana, Ramadhan hanya mengangguk.

Mereka segera menuju ke parkiran, dan segera melesat pergi.

Di perjalanan mereka terlihat sangat canggung, tak ada yang mengeluarkan sepatah kata pun. Rasanya Dita ingin berteriak saat itu juga.

Namun, apa daya dia hanya bisa menahan teriakan nya ditengah kerongkongan.

Jalanan pun sedikit ramai mengingat waktu telah menunjukan pukul 19.00 WIB dimana semua orang berlalu lalang menuju tempat hiburan atau sekedar mencari makan.

Lega, ini membuat suasana agak sedikit mencair.

Tak lama kemudian motor Ramadhan telah memasuki jalanan setapak dan diujung sana rumah Dita berdiri dengan kokoh.

Tepat di depan gerbang berwarna putih Ramadhan menghentikan motornya.

"Mau mampir dulu ngga?" tanya Dita.

"Besok-besok aja ya gue mampirnya, sekarang udah malem ngga enak sama tetangga." paparnya.

"Iya deh, hati-hati ya di jalan." ucapnya sembari menyunggingkan senyuman.

Dan dibalas senyuman juga dari Ramadhan. Setelah itu dia menyalakan motornya dan perlahan-lahan dirinya sudah tak terlihat lagi.

Setelah Ramadhan benar-benar telah pergi, Dita kemudian masuk ke dalam rumah.

"Assalamu'alaikum." salam Dita sembari membuka pintu.

"Wa'alaikumsalam, kenapa jam segini baru pulang?" tanya Rumi yang saat ini sedang duduk di sofa sembari memegang majalah.

"Mamah? Kenapa mamah disini? Kenapa ngga di kamar aja."

"Mamah bosen dikamar mulu tau, masa iya mamah harus tinggal di kamar melulu."

"Ya kan mamah harus istirahat."

"Mamah udah istirahat kok dari tadi pagi mamah dikamar terus, lagian Dita kemana aja jam segini baru pulang?"

"Hehehe maap mah Dita abis main sama temen tadi lupa ngabarin mamah."

"Sama siapa?"

"Samaa....." dia menggantung kalimatnya, dia ragu menyebutkan nama Ramadhan karena takut mamahnya akan memarahi Ramadhan karena sudah membawanya keluar sampai jam tujuh malam.

"Siapa?"

"Mmm Ramadhan mah." ucapnya sembari tertunduk.

"Ramadhan yang waktu itu?"

Dita mengangguk.

"Wah jadi abis kencan nih, pantes aja muka anak mamah merah gitu." ledek Rumi, dia sama sekali tak marah malah justru dia sangat bahagia melihat Dita jalan dengan Ramadhan, karena dirasa Ramadhan adalah anak baik-baik dan mampu menjaga anaknya ini.

"Hah jadi mamah ngga marah?" tanya Dita senang.

"Marah? Marah buat apa?"

"Eh engga, ya udah kalau gitu Dita masuk ke kamar dulu ya mah." lalu dia mencium kening Rumi dan segera menuju ke kamar dengan senyum yang masih mengembang.

Rumi yang melihat tingkah laku anaknya pun hanya bisa geleng-geleng kepala.

Namun, dia bersyukur bisa melihat anaknya bahagia kembali setelah beberapa tahun lalu hidup anaknya selalu diselimuti kesedihan.

Sesampainya di kamar, Dita langsung membaringkan tubuhnya di ranjang, merenggangkan otot-otot, merilekskan tubuh yang satu hari telah penuh dengan aktifitas.

Sebuah Rasa[R E V I S I]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang